Cepat, Lugas dan Berimbang

Gereja dan Tambang, Kontradiksi Khotbah Moral di Mimbar Agama

Penolakan Geothermal di Flores: Sebuah Kontras yang Tajam

Di Pulau Flores, sejumlah umat dan tokoh Gereja bahkan berdiri di garis depan menolak proyek geothermal (panas bumi), seperti PLTP Ulumbu dan proyek serupa di Wae Sano. Alasan mereka jelas: proyek ini mengancam wilayah adat, sumber air, dan ketenangan spiritual masyarakat lokal. Mereka menuntut pendekatan yang lebih manusiawi dan kontekstual terhadap transisi energi.

Ironisnya, ketika umat Katolik di Flores mempertaruhkan relasi sosial dan ekologis untuk melindungi tanah mereka, institusi nasional Gereja melalui DPKWI justru menyimpan investasi besar di perusahaan batubara—simbol paling jelas dari energi kotor.

Bagaimana mungkin Gereja bersuara lantang menolak satu jenis energi (meski terbarukan) karena dianggap tidak adil, tapi justru diam saat uangnya menyokong energi yang lebih merusak dan penuh jejak pelanggaran HAM?

Gereja Bicara Ekologi, Tapi Investasi di Batubara?

Paus Fransiskus dalam Laudato Si’ (2015) menegaskan bahwa krisis iklim adalah krisis moral dan spiritual. Ia menyerukan pertobatan ekologis—meninggalkan ketergantungan pada energi fosil demi keadilan antargenerasi dan martabat manusia. Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) pun menyambut seruan itu, mendorong perlindungan lingkungan dan menolak proyek-proyek merusak seperti PLTU batubara.

Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel