Dikotomi dan polarisasi opositoris sudah bergema. Genderang perang sudah ditabuh. Gaung gemanya pelan-pelan bersaut-sautan. Kemenangan sepertinya sudah terasa. Namun, tidak kah semuanya ini mulai munculkan ‘luka-luka sosial?’ Itulah yang mesti dialami. Kerukunan, kedamaian, rasa kekeluargaan, persaudaraan dan persaudaraan di ambang prahara. Taruhannya mahal memang.
Demokrasi tidak selamanya wajib se-iya se-kata, apalagi mesti se-hidup se-mati. Harus ada yang mengingatkan atau mengkritisi sejadi-jadinya. Jika tidak, bukan kah kekuasaan itu cenderung koruptif dan otoriter yang merasa tak bisa terjamah dan tak boleh tergugat?
Bagaimana pun, mari kita kembali ke tesis awal. Sesungguhnya yang dipentaskan belakangan ini adalah kegalauan hati. Cemas sudah mengintip dan membidik. Terdengar suara lantang, terdengar alarm penuh serius, terdengar raungan siaga satu. Tertangkap pula peringatan dini yang terkesan premature sebenarnya. Namun, semuanya tak dapat menutup hati penuh gelisah, cemas.
Akal sehat dan emosi: tertentun dalam politik pesta rakyat
Suara tegas, berirama serta beralun pro popolo et pro patria, tidak juga sanggup memblokir pintu batin: bahwa sesungguhnya ada kecemasan. Ada kekuatiran yang lagi menempel lekat dan ketat di ruang hati yang paling dalam. Tapi, entahkah ini adalah ke(cemas)an ad intentionem beraura patriotisme? Atau kah memang demi satu masa depan yang belum pasti hanya bagi segelintir?
Saling sikut sana-sini? Ya, sudahlah! Wajarlah. Dalam keluarga besar, terkadang adalah ‘normal’ jika ada suasana gontok-gontokan. Tapi, yang sering bikin rumit dan repot jika ada anggota keluarga sendiri yang mulai ‘curiga.’ Bahwa, nantinya ia ‘tak diundang dan tak dilibatkan dalam satu kondangan besar.’ Bahwa merasa dipaksa untuk jadi penonton pasif atau apalagi bila ‘ia sampai tercegat oleh penerima tamu di pintu pesta.’ Maka, gagallah ia masuk kontestasi pesta. Terasa pilu memang.
Sebab itulah, memperhitungkan ‘jasa dan segala kebaikan’ yang dipaket dalam prestasi ini itu mesti dibentangkan. Tak ada yang salah di situ. Hati siapa yang tak gelisah bila sejak awal ‘mulai was-was’ bahwa andai tak disediakan tempat untuk kondangan maharaya itu?
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel