Ruteng, infopertama.com – Salah satu guru berinisial BM (32 tahun) pada SMK Mutiara Bangsa Reok, kab. Manggarai diberhentikan atau dipecat dari sekolah tanpa suatu alasan yang jelas.
Kepada media ini, BM mengaku telah mengabdi di SMK Mutiara Bangsa Reok selama lima (5) tahun sebagai honorer.
Namun, kini BM harus mengalami kenyataan dipecat dari sekolah tersebut usai perayaan ekaristi HUT ke-5 SMK Mutiara Bangsa Reok.
Demikian, BM bahwa pemecatan terhadapnya bermula adanya ketersinggungan atas dugaan pencatutan nama Kepala SMK Mutiara Bangsa Reok, Pius Jemadu. Yakni terkait uang kolekte misa syukur HUT ke-5 sekolah tersebut.
Via gawainya, Rabu, (02/11/2022) BM mengisahkan terkait awal mula peristiwa tersebut dengan Kepala SMK Mutiara Bangsa Reok hingga berujung pemecatan.
“Jujur saya begitu kecewa terhadap Kepala SMK Mutiara Bangsa Reok, Pius Jemadu, yang baru berjalan 1 tahun menjabat sebagai Kepsek Baru. Namun, terkesan arogan dan sewenang-wenang terhadap saya.”
Padahal, kata dia tidak ada persoalan serius. Hanya gegara uang kolekte lantas masalah ini oleh kepala SMK Mutiara Bangsa Reok membesar-besarkannya yang berujung secara sengaja mengeluarkan saya dari Sekolah.
“Saya sama sekali tidak pernah mencatut namanya untuk menuduh kepala SMK Mutiara Bangsa Reok seperti yang telah disampaikan oleh salah satu guru berinisial MS yang merupakan pembina agama katolik pada sekolah tersebut.”
Bahkan ironisnya lagi, sebelum persoalan ini diminta untuk klarifikasikan oleh Kepsek kepada saya dan Ibu MS, ternyata kepsek sendiri telah menanyakan langsung ke pihak sekertariat Paroki terkait kebenaran informasi soal uang kolekte tersebut.
Dan, pihak sekertariat sendiri menyampaikan bahwa benar uang kolekte itu telah mereka terima dari pa Bino pada Jumat malam, 07/10/2022. “Namun, kami yang lupa mengumumkanya pada perayaan misa di hari Minggu.” Tulis Bino meniru keterangan pihak sekertariat Paroki, ibu Celni.
Lebih lanjut, BM menyampaikan bahwa, informasi ini juga bertepataan ketika dia berada di Ruteng pada Jumat, 14/10/2022. Saat itu kepsek menanyakan langsung melalui pesan WhatsAppnya soal informasi terkait kebenaran uang kolekte ini kepada saya yang membuat saya kaget dan heran.
“Karena setahu saya, bahwa uang kolekte misa syukur tersebut telah saya berikan ke pihak sekertariat melalui Ibu Celni, pegawai Sekertariat Paroki Reo.”
Selanjutnya, Senin, 17/10/2022, sekembalinya dari Ruteng, BM langsung menghadap Kepsek di ruangannya untuk memberitahu bahwa ia sudah pulang dari Ruteng. Namun, seketika itu respon kepsek sendiri kembali menyinggung soal uang kolekte tersebut.
Kemudian, beber BM saat itu juga ia menyampaikan kepada kepsek, untuk memanggil ibu MS. Adapun tujuannya agar bisa mengklarifikasi soal kebenaran informasi yang mengatakan bahwa uang kolekte tersebut itu ada di kepsek.
Setelah itu, selang setengah jam, ibu MS kembali menelpon saya untuk menghadap kepsek membahas kembali soal informasi uang kolekte tersebut di ruangannya.
Saat pembahasan tersebut, kepsek terkesan masi mempertahankan kebenaran informasi yang telah ibu Merlin sampaikan. Padahal BM sendiri berkali-kali membantah pernyataan ibu merlin tersebut tidak benar.
“Bahkan saat itu juga saya menawarkan kepada kepsek, sebaiknya kepsek bisa bertanya langsung ke pihak sekertariat soal uang kolekte tersebut.”
Namun kepsek tetap membantah dan menyampaikan pernyataan bahwa benar saya telah menjual namanya.
Merasa tidak puas dengan pernyataan kepsek, BM langsung membantah kalau ia tidak pernah menjual namanya kepsek. Apa lagi hanya gegara soal uang kolekte.
Bahkan dalam situasi seperti itu, kata BM kepsek juga mengeluarkan bahasa yang menyapanya dengan bahasa yang sangat tidak etis.
“Menurut saya itu tidak pantas didengar, hingga menurut saya proses penyelesaiaan klarifikasi tersebut sudah bukan lagi mengarah pada konteks persoalan tentang masalah uang kolekte. Tetapi menyudut ke hal yang pribadi.” Jelas BM.
“Karena merasa tidak nyaman, saat itu juga saya spontan pamit keluar dari ruangan. Dan, di saat itu juga saya dan kepsek sempat terjadi adu mulut karena kepsek memanggil saya dengan cara menunjuk. Seketika itu saya juga menjawab panggilan kepsek untuk menyampaikan jangan memanggil orang dengan cara menunjuk, lalu kepsek mengusir saya dari ruangan.”
Setengah jam berlalu, BM yang sedang santai duduk di ruangan Bengkel Motor, terkejut karena kepsek mengeluarkannya dari grup WhatsApp Internal Sekolah.
“Bahkan esoknya, Selasa (18/10/22), saya masi kurang mood untuk masuk sekolah, karena merasa masih kurang nyaman. Ternyata di hari itu juga, saya mendapatkan informasi melalui telephon dari salah satu guru yang menyampaikan pesan Kepsek kepada saya, saat pertemuan internal Bpk/ibu guru SMK Mutiara Bangsa Reok untuk memberitahu kepada saya agar saya tidak boleh lagi datang ke sekolah.
“Saya sempat kaget, kok bisa kepsek menyampaikan pernyataan ini kepada saya. Dan, dari pernyataan kepsek tersebut, saya bisa menyimpulkan Kepsek secara sengaja berupaya untuk mengeluarkan saya dari sekolah secara tidak hormat dan sepihak.”
Setelah kejadian itu, saya langsung meminta pertimbangan yayasan, Ibu Ina Genok, selaku Ibu Yayasan Risjonson Manggarai yang menaungi SMK Mutiara Bangsa Reok. Sekalian minta mengundurkan diri. Namun, saat itu pertimbangan Ibu yayasan tersebut menolak permintaaan pengunduran diri dan meminta saya terlebih dahulu mengklarifikasi persoalan tersebut bersama kepsek dan ibu MS. Sayapun mengamini itu.
“Berdasarkan rekomendasi Yayasan, pada Rabu, 19/10/2022, saya mencoba ke sekolah untuk bertemu Ibu MS dan Kepsek. Namun, sampai di Sekolah, saya hanya bertemu ibu Merlin dan Kepseknya tidak ada di tempat, sehingga klarifikasi masalah tersebut tidak berlanjut.”
Pada Kamis, 20/10/2022, saya kembali lagi ke Sekolah dan langsung bertemu kepsek, untuk melanjutkan klarifikasi. Namun, klarifikasi tersebut tidak ada penyelesaian, karena beberapa pertimbangan yang menjadi penyampaiaan saya, kepsek belum menjawabnya. Termasuk alasan kepsek terkait peryataannya kepada Bpk/ibu Guru yang meminta saya untuk tidak boleh datang lagi ke sekolah.
Jumat, 21/10/2022, saya kembali ke yayasan untuk menyampaikan hasil pertemuan saya ke kepsek, dan meminta yayasan untuk bisa memediasi masalah ini dengan kepsek. Namun yang mewaliki Ketua Yayasan, Rimba Nimbrot Ho, mengaku kecewa, karena pada hari kamis kemarin saya datang sebagai wartawan, bukan sebagai guru. Bahkan saat itu juga yayasan meminta saya untuk tetap masuk sekolah dan jangan tinggalkan les, termasuk les sore harinya, Jumat. Hal itu dengan pertimbangan otoritas yayasan sebagai pemilik Sekolah bahkan akan berupaya untuk memediasi masalah saya dan kepsek.
Namun saya tidak mengindahkan permintaan yayasan, termasuk tidak masuk les di jam pelajaran sore hari. Karena saya masi merasa tidak nyaman dengan pertimbangan persoalan saya dan kepsek belum ada penyelesaian.
Pada Kamis, 25/10/2022, saya sempat berupaya untuk masuk sekolah. Dan, saat itu juga yayasan kembali memanggil saya untuk memberikan surat skorsing kepada saya, selama empat hari tanpa melampirkan tanggal batasan skorsing, dengan alasan kemarin sore saya tidak Masuk les.
Sejak senin, 31 /10/2022, saya kembali ke sekolah dan sempat menghubungi ketua yayasan untuk bisa mendampingi saya bertemu kepsek. Memediasi masalah saya bersama kepsek. Namun ternyata yayasan sendiri sudah menunggu saya di sekolah, dan terlebih dahulu mempertanyakan soal keterlambatan kehadiran saya yang terlambat hadir di sekolah hari ini, sehingga mediasi tersebut tidak berlanjut.
“Bahkan saya meminta klarifikasi dengan kepsekpun tidak diindahkan oleh yayasan, dengan alasan tidak ada lagi yang perlu diklarifikasi. Saat itu, saya meminta kepada piket untuk pertemukan saya dan kepsek namun kepsek tidak mengindahkan permintaan saya untuk bertemu. Terakhir, sebelum saya pulang, saya meminta kepada ketua yayasan dan piket untuk memanggil ibu Merlin menanyakan soal kebenaran pernyataannya yang telah ia sampaikan ke kepsek soal uang kolekte tersebut. Dan, ibu merlin dengan lantang menjawab benar saya telah menyampaikan pernyataan seperti itu. Bahkan saya meminta agar ibu Merlin harus bisa mempertanggungjawabkan pernyataannya itu nanti, karena saya tidak pernah menyampaikan pernyataan tersebut.
Surat Pemecatan
Selasa, 01/11/2022, saya tidak masuk sekolah karena masi merasa tidak nyaman untuk ke sekolah, apa lagi masalahnya belum selesai. Tiba-tiba muncul surat pemberhentian kerja yang bawakan oleh salah satu guru pada sekolah kepada saya. Hal ini tanpa dengan resmi harus memanggil saya untuk menjelaskan indikator dasar dan pertimbangan pemberhentian kerja kepada saya tersebut.
Kalaupun saya dinilai tidak disiplin terhadap aturan sekolah, setidaknya ada mekanisme tertentu yang bisa dijelaskan secara detail kepada saya tentang alasan pemecatan tersebut.
Karena saya menganggap surat pemberhentiaan ini hanya sepihak. Sejauh ini saya hanya mendapat teguran lisan, SP 1 dari Kepsek dan surat Skorsing dari yayasan, dengan alasan tidak disiplin. Tiba-tiba terakhir saya menerima surat pemberhentian kerja oleh yayasan.
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp ChanelÂ
Â