Oleh: Milikior Sobe
Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928 bukan sekadar catatan sejarah, melainkan fondasi moral dan sumber inspirasi abadi bagi pemuda Indonesia (Anderson, 1983). Di tengah derasnya arus globalisasi dan disrupsi teknologi, nilai-nilai luhur Sumpah Pemuda tetap menjadi kompas yang menuntun generasi muda untuk menavigasi perubahan zaman dan mengaktualisasikan diri secara optimal (Schwab, 2016).
Makna yang Tak Pernah Pudar
Teks Sumpah Pemuda mengandung makna yang melampaui batas waktu (Barthes, 1967; Eco, 1979). “Bertumpah darah satu, tanah Indonesia” menegaskan rasa cinta tanah air dan kebanggaan terhadap identitas kebangsaan. “Berbangsa satu, bangsa Indonesia” mengingatkan bahwa keberagaman etnis, agama, dan budaya adalah kekuatan pemersatu, bukan alasan untuk terpecah. Sementara “Berbahasa satu, bahasa Indonesia” menjadi simbol persatuan yang menghubungkan seluruh anak bangsa.
Kini, di era digital, semangat persatuan itu justru semakin dibutuhkan. Pemuda Indonesia harus cerdas memanfaatkan teknologi untuk mempererat persaudaraan, bukan sebaliknya menjadi korban hoaks dan ujaran kebencian. Bahasa Indonesia juga perlu berkembang sebagai bahasa ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni agar tetap berdaya di panggung global.
Tantangan dan Peluang Abad ke-21
Pemuda masa kini menghadapi tantangan yang kompleks: arus globalisasi yang mengikis jati diri, disrupsi teknologi yang mengubah peta pekerjaan, serta ancaman radikalisme dan intoleransi yang merusak harmoni sosial (Castells, 1996).
Namun, di balik tantangan itu tersimpan peluang besar. Bonus demografi adalah modal emas untuk memajukan bangsa. Teknologi digital bisa bermanfaat untuk memperluas akses pendidikan, layanan publik, dan kesehatan. Dunia wirausaha pun terbuka luas bagi mereka yang berani berinovasi dan beradaptasi dengan perubahan (Drucker, 1985).
Mengaktualisasikan Diri Sebagai Pemuda Indonesia
Agar mampu bersaing di abad ke-21, pemuda Indonesia perlu menguasai empat kompetensi utama: berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif (Trilling & Fadel, 2009). Literasi digital adalah kunci untuk memilah informasi secara bijak dan bertanggung jawab.
Selain itu, semangat kewirausahaan perlu bertumbuh dengan baik agar pemuda tidak hanya mencari pekerjaan, tetapi juga menciptakan peluang kerja bagi orang lain. Kepemimpinan yang berintegritas dan visioner harus terus terasah agar mampu menginspirasi perubahan yang positif di lingkungan sosialnya.
Sinergi untuk Memberdayakan Pemuda
Pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat perlu bekerja sama menciptakan ekosistem yang mendukung pengembangan potensi pemuda (UNDP, 2018; World Bank, 2012). Pendidikan harus dapat membentuk karakter unggul, kreatif, dan berdaya saing global, tanpa meninggalkan nilai-nilai Sumpah Pemuda (Kaelan, 2002).
Dukungan terhadap ekonomi kreatif dan wirausaha muda perlu dukungan melalui pelatihan, pendampingan, akses modal, dan pasar yang terbuka. Selain itu, promosi budaya nasional harus terus cangkan untuk memperkuat identitas bangsa sekaligus menanamkan semangat toleransi dan cinta tanah air.
Menghidupkan Kembali Api Sumpah Pemuda
Sumpah Pemuda adalah warisan yang hidup—panduan moral untuk setiap generasi muda yang ingin membawa Indonesia maju. Dengan memahami maknanya, mengamalkan nilainya, serta memanfaatkan peluang zaman dengan bijak, pemuda Indonesia dapat menjadi agen perubahan yang berintegritas dan berdampak nyata bagi bangsa (Popper, 1945; Kuntowijoyo, 1994).
Mari kita jadikan semangat Sumpah Pemuda sebagai energi untuk mewujudkan Indonesia yang adil, makmur, dan berdaulat.
Salam Semangat Sumpah Pemuda
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel


