Cepat, Lugas dan Berimbang

Respon Hery Nabit Soal Tudingan PLTP Poco Leok Rugikan Perempuan dan Anak

Polemik Poco Leok
Bupati Hery Nabit saat mengikuti diskusi daring Google Meet "Puan Floresta Bicara" pada Sabtu, 22 Maret 2025.

Ruteng, infopertama.com – Pemerintah Kabupaten Manggarai, NTT menampik tudingan atau rumor yang sengaja dikembangkan kelompok penolak pengembangan Geothermal di Poco Leok, kecamatan Satar Mese.

Rumor bahwa pengembangan Geothermal di Poco Leok selain dinilai cacat prosedur dan berbagai tudingan lainnya, juga soal isu perempuan dan anak.

Bahwa menurut kelompok aktivis yang menolak pengembangan di Flores termasuk di Poco Leok telah merugikan hak-hak perempuan dan anak – anak poco leok. Tudingan itu sempat disampaikan Pater Feliks Baghi dalam forum Puan Floresta Bicara yang berlangsung daring, Sabtu, 22 Maret 2025, petang.

Hal itu pulalah sebagai salah satu alasan sehingga munculnya forum Puan Floresta Bicara yang menghadirkan beberapa nara sumber di antaranya Hery Nabit sendiri selaku Bupati Manggarai, Feliks Bahgi, SVD (Dosen di IFTK Ledalero), Tadeus Sukardin (Masyarakat Poco Leon), Alexander Aur (Dosen Filsafat UPH) dan Gregorius Lako (Masyarakat Mataloko) dan dipandu Suster Herdiana Randut.

Bupati Manggarai, Herybertus Nabit dalam forum diskusi daring Puan Floresta Bicara itu menegaskan bahwa tudingan-tudingan yang berseliweran di ruang publik tidak sepenuhnya benar, termasuk soal kaum perempuan dan anak – anak sangat dirugikan dengan kehadiran Geothermal.

Menurut Hery Nabit, bahwa yang terjadi sesungguhnya adakah kaum perempuan dan anak – anaklah yang lebih banyak diuntungkan.

Demikian Bupati Hery Nabit, bahwa jika dulu sebelum ratio elektrifikasi di Manggarai, mungkin juga berlaku di Flores kaum mama-mama atau perempuan itu lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah kala suami atau bapak-bapak kerja di kebun.

“Dulu, sebelum listrik ini masuk sampai ke pelosok Manggarai yang ke kebun itu bapa-bapa saja, karena mama-mama biasanya memasak dengan kayu bakar. Kalau sudah pakai kayu bakar kan artinya tidak bisa ditinggalkan. Harus dijaga.” Ujar Herybertus.

Ia menambahkan, “sekarang, dengan adanya listrik dia (perempuan) rata-rata memasak pakai rice cooker, jadi tinggal colokan saja dia sudah bisa ikut ke kebun bantu suaminya.”

Atau, “Kalau yang ekonominya lumayan buat cuci pakaian juga kan bisa pakai mesin cuci. Dari segi waktu, tenaga dan sebagainya sangat dibantu.” Ujar Hery Nabit.

Pun demikian juga buat anak-anak kita yang masih usia sekolah dengan sistem pembelajaran yang serba digital. Buat belajar di rumah sudah ada listrik, mengerjakan tugas rata-rata menggunakan gadget, laptop dan seterusnya yang tentunya sangat membutuhkan listrik.

“Jadi, hemat saya sejauh ini pemanfaatan listrik ini sangat membantu pekerjaan perempuan dan anak-anak kita, itu di Manggarai, saya tidak tahu persis di tempat lain di Flores ini. Tetapi, saya yakin kondisi itu hampir sama, di Ngada, di Ende, Maumere atau di mana pun di Flores yang sudah ada listriknya.”

Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel 

Â