Ruteng, infopertama.com – Gubernur NTT, Melkiades Laka Lena mengumpulkan sejumlah Bupati di NTT dalam suatu pertemuan membahas masa depan kemandirian Energi, Energi Baru Terbarukan energi panas Bumi atau Geothermal.
Rapat kordinasi Pengembangan Geothermal dan Eksplorasi Pertambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan di wilayah NTT antara Gubernur NTT dengan para Bupati se NTT ini dilakukan secara daring via zoom dan luring yang berlangsung Rabu, 09 April 2025 dimulai pukul 15.00 WITA di Ruang Rapat Gubernur NTT, Gedung Sasando Lantai 1 Kantor Gubernur NTT, Jl. El Tari Nomor 52 Kupang.
Gubernur NTT, Melkiades Laka Lena melalui Sekda NTT, Kostas D. Lana, SH, M.Si dalam undangan rapat kordinasi dimaksud yang salinannya diperoleh media ini menjelaskan latar pelaksanan rakor.
“Dalam rangka mendukung pencapaian kemandirian dan ketahanan energi nasional serta pemenuhan komitmen Indonesia dalam dekarbonisasi dan transisi energi dalam hal penyediaan energi baru dan terbarukan, khususnya dalam usaha pemenuhan kebutuhan listrik berkelanjutan dan ramah lingkungan maka Pemerintah merancang sejumlah proyek pengembangan geothermal di Pulau Flores.”
“Inisitif ini bertujuan mengurangi ketergantungan terhadap pembangkit listrik berbahan bakar fosil yang hingga saat ini masih mendominasi system kelistrikan di wilayah Nusa Tenggara Timur. Namun demikian, dalam perjalanannya pengembangan geothermal di Pulau Flores menghadapi sejumlah tantangan termasuk penolakan dari sebagian masyarakat, sejumlah organisasi kemasyarakatan dan pernyataan keberatan dari pihak gereja. Hal ini menyebabkan proses pengembangan mengalami hambatan.”
Ia menambahkan, hal yang sama juga terkait eksplorasi dan produksi pertambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan di beberapa daerah di wilayah NTT yang tidak berkesesuaian dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah sehingga eksplorasi dan produksi Pertambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan mengalami hambatan dan penolakan dari sebagian masyarakat.
Berdasarkan kondisi yang terjadi di lapangan maka Pemerintah Provinsi NTT memandang perlu membangun komunikasi dan kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan agar program pengembangan geothermal di Pulau Flores serta eksplorasi dan produksi Pertambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan di beberapa daerah di wilayah NTT dapat berjalan lancar, memberi manfaat bagi masyarakat dan ramah lingkungan. dengan mengedepankan mitigasi resiko.
Sementara itu, Bupati Manggarai, Herybertus Nabit dikonfirmasi media menerangkan rakor tersebut pada intinya bahwa bapak Gubernur NTT, Melky Laka Lena benar-benar berusaha mendengar dan memahami jalan pikiran para tokoh agama terkait keberatan atas eksploitasi Geothermal untuk penyediaan listrik.
Demikian Hery Nabit, dalam rakor tersebut memerlukan solusi agar polemik Geothermal ini bisa berhenti agar pembangunan pada bidang-bidang lain bisa berjalan.
“Solusi diperlukan supaya berbagai keriuhan di publik bisa berhenti sehingga proses pembangunan di berbagai bidang bisa segera berjalan.” Ungkap Herybertus via gawainya, Rabu, 9 April.
Maka untuk itu, lanjut Herybertus, akan dibentuk sebuah tim yg terdiri dari semua pihak yang terkait di antaranya Pemprov NTT, Pemkab, Perusahaan Pembangun Instalasi Geothermal, PLN, dan kelompok-kelomook Masyarakat baik yang pro maupun kontra.
Menurutnya, tim ini akan segera dibentuk dan diupayakan mulai bekerja mengunjungi lokasi-lokasi sumber Geothermal, untuk mengetahui permasalahan dan bagaimana solusi mengatasinya.
Dirinya selaku Bupati Manggarai sangat berterimakasih kepada Gubernur NTT atas langkah-langkah taktis demi solusi mewujudkan Flores Mandiri Energi, terkhusus Manggarai Mandiri Energi dengan pemanfaatan PLTP Ulumbu dan pengembangannya untuk unit 5-6 di Poco Leok.
“Selaku Bupati Manggarai, saya menyambut baik dan berterimakasih atas solusi dari Bapak Gubernur NTT. Dan karenanya, Pemkab Manggarai siap untuk turut serta dalam Tim tersebut. Ditargetkan, tim mulai bekerja setelah Masa Paskah 2025.” Tutur Bupati Manggarai, Herybertus.
Sebagaimana diketahui, pembangunan proyek pemanfaatan potensi alam enegi panas bumi atau geothermal di NTT terutama di pulau Flores akhir-akhir ini mendapat penolakan dari sejumlah pihak yang berpura-pura memiliki atensi ekologis, keutuhan ciptaan di bumi Flobamora.
Meskipun tanpa kajian akademis secara keilmuan, pihak gereja yang mengaku peduli dengan masa depan alam umat Katolik Flores keukeh menolak pengembangan Geothermal.
Dengan mendasarkan pada ayat-ayat suci perjanjian lama, kitab Kejadian terkait Kisah Penciptaan, otoritas Gereja Katolik Flores sebagaimana dijelaskan Pater Feliks Bahgi, SVD gereja tegas menolak pengembangan Geothermal.
Bahkan, Feliks Baghi, SVD dalam pernyataannya pada sebuah diskusi daring google meet, “Puan Floresta Bicara” pada Sabtu, 22 Maret 2025 menyatakan bahwa siapapun orang katolik yang mendukung geothermal adalah orang yang gagal memahami ajaran Katolik, orang yang imannya kurang.
“Setiap orang Katolik yang menerima atau mendukung Proyek Geothermal berarti dia orang katolik yang gagal, orang katolik yang kurang beriman.” Ujar Feliks Baghi.
Meskipun di satu sisi, kelompok Gereja Katolik sebagai salah kelompok yang paling besar memanfaatkan listrik dari EBT Geothermal. Semisal, gedung-gedung milik lembaga katolik seperti sekolah dari SD hingga SMA/sederjat, kampus UNIKA Santu Paulus Ruteng, Stipas Santu Sirilus Ruteng, biara-biara katolik di Manggarai yang dalam kegiatan siang harinya menggunakan listrik yang disuplai dari PLTP Ulumbu.
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel