Cepat, Lugas dan Berimbang

Pesan Paus Fransiskus untuk Hari Minggu Misi Sedunia Ke-97

Di sini harus diingat bahwa membagikan roti milik kita kepada orang yang lapar dalam nama Kristus sudah merupakan sebuah karya misi Kristiani. Terlebih lagi pemecahan roti Ekaristi, yaitu Kristus sendiri, merupakan sebuah karya misi yang luar biasa (par excellence), karena Ekaristi adalah sumber dan puncak kehidupan dan misi Gereja.

Seperti yang ditunjukkan oleh Paus Benediktus XVI, “Kita tidak dapat menyimpan sendiri kasih yang kita rayakan dalam Sakramen [Ekaristi]. Pada dasarnya, kasih itu menuntut untuk dikomunikasikan kepada semua orang. Yang dibutuhkan dunia adalah kasih Allah, untuk berjumpa dengan Kristus dan percaya kepada-Nya. Untuk alasan inilah Ekaristi bukan sekadar sumber dan puncak kehidupan Gereja; Ekaristi juga merupakan sumber dan puncak misi Gereja: ‘Gereja Ekaristi yang otentik adalah Gereja misioner’” (Sacramentum Caritatis, 84).

Untuk menghasilkan buah, kita harus tetap bersatu dengan Yesus (bdk. Yoh. 15:4-9). Persatuan ini dapat dicapai melalui doa harian, khususnya dalam adorasi Ekaristi, saat kita berdiam diri di hadirat Tuhan, yang tinggal bersama kita dalam Sakramen Mahakudus. Dengan penuh kasih memupuk persekutuan dengan Kristus, murid yang diutus dapat menjadi seorang mistikus dalam perbuatan. Semoga hati kita selalu merindukan persekutuan dengan Yesus, menggemakan permohonan yang berapi-api dari kedua murid Emaus, terutama di malam hari, “Tinggallah bersama kami, Tuhan!” (bdk. Luk. 24:29).

3. Kaki kita bergegas pergi, dengan sukacita menceritakan kepada orang lain tentang Kristus Yang Bangkit. Keabadian masa muda sebuah Gereja yang selalu pergi keluar.

Setelah mata mereka terbuka dan mereka mengenali Yesus “sedang memecahkan roti”, para murid “lekas-lekas berangkat dan terus kembali ke Yerusalem” (bdk. Luk. 24:33). Ketergesa-gesaan untuk berbagi dengan orang lain akan sukacita berjumpa Tuhan, menunjukkan bahwa “sukacita Injil memenuhi hati dan seluruh hidup mereka yang berjumpa dengan Yesus. Mereka yang membiarkan diri mereka diselamatkan oleh-Nya untuk dibebaskan dari dosa, kesedihan, kekosongan batin, dan keterasingan. Bersama Yesus Kristus, sukacita selalu lahir dan lahir kembali” (Evangelii Gaudium, 1). Seseorang tidak dapat benar-benar menjumpai Yesus Yang Bangkit tanpa dibakar dengan antusiasme untuk mewartakan-Nya pada semua orang. Oleh karena itu, sumber utama dan dasar dari misi adalah orang-orang yang telah mengenal Kristus Yang Bangkit di dalam Kitab Suci dan di dalam Ekaristi, yang membawa api-Nya di dalam hati mereka dan terang-Nya di dalam tatapan mereka. Mereka mampu menjadi saksi akan hidup yang tidak pernah mati, bahkan di dalam situasi-situasi tersulit dan di saat-saat tergelap sekalipun.

Gambaran “kaki yang bergegas pergi” mengingatkan kita sekali lagi akan keabsahan abadi misi kepada segala bangsa (missio ad gentes), misi yang dipercayakan kepada Gereja oleh Tuhan Yang Bangkit untuk menginjili semua orang dan bangsa, bahkan sampai ke ujung bumi. Saat ini, lebih dari sebelumnya, keluarga manusia kita yang terluka oleh begitu banyak situasi ketidakadilan, perpecahan dan peperangan, membutuhkan Kabar Baik tentang perdamaian dan keselamatan di dalam Kristus. Saya menggunakan kesempatan ini untuk menegaskan kembali bahwa “setiap orang berhak menerima Injil. Umat Kristiani berkewajiban untuk memberitakannya tanpa mengecualikan siapa pun, bukan sebagai orang yang memaksakan kewajiban baru, tetapi sebagai orang yang berbagi sukacita, yang menunjukkan suatu cakrawala yang indah, dan menawarkan suatu perjamuan yang menggiurkan” (Evangelii Gaudium, 14). Pertobatan misioner tetap merupakan tujuan utama yang harus kita tetapkan bagi diri kita sendiri baik sebagai individu maupun sebagai komunitas, karena “paradigma misioner merupakan model bagi semua kegiatan Gereja” (ibid., 15).

Seperti yang ditegaskan oleh Rasul Paulus, kasih Kristus menguasai dan mendesak kita (bdk. 2 Kor. 5:14). Kasih ini rangkap: kasih Kristus bagi kita, yang memanggil, mengilhami dan membangkitkan kasih kita untuk-Nya. Sebuah kasih yang membuat Gereja secara terus-menerus berangkat pergi dengan cara baru, selalu muda. Kepada semua anggotanya dipercayakan misi pewartaan Injil Kristus, dengan keyakinan bahwa “Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri. Tetapi, untuk Dia yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka” (ayat 15). Kita semua dapat berkontribusi pada gerakan misioner ini melalui doa-doa dan kegiatan-kegiatan kita, dengan persembahan materi dan penderitaan kita, serta dengan kesaksian pribadi kita. Serikat Misi Kepausan adalah sarana istimewa untuk memupuk kerja sama misioner ini baik di tingkat spiritual maupun material. Oleh karenanya, kolekte yang terkumpul pada Minggu Misi Sedunia dikhususkan untuk Serikat Kepausan untuk Penyebaran Iman.

Urgensi kegiatan misioner Gereja tentunya menuntut kerja sama misioner yang semakin erat di semua pihak anggotanya dan di setiap tingkatan. Ini adalah tujuan penting dari perjalanan sinode yang telah dilakukan Gereja, dipandu oleh kata kunci: persekutuan, partisipasi, dan misi.

Perjalanan ini tentu saja bukan berarti Gereja berbalik pada dirinya sendiri; juga bukan keputusan bersama mengenai apa yang harus kita yakini dan praktikkan, atau persoalan pilihan manusia. Sebaliknya, ini merupakan sebuah proses berangkat pergi, dan seperti dua murid Emaus: mendengarkan Tuhan Yang Bangkit. Karena Dia senantiasa datang di antara kita untuk menjelaskan arti Kitab Suci dan memecahkan roti untuk kita, sehingga dengan kuasa Roh Kudus kita dapat menjalankan misi-Nya di dunia.

Sama seperti kedua murid Emaus menceritakan kepada yang lain apa yang terjadi di tengah jalan (bdk. Luk. 24:35), demikian juga pewartaan kita akan menjadi kisah sukacita mengenai Kristus Tuhan, hidup, sengsara, kematian dan kebangkitan-Nya, serta keajaiban yang telah diperbuat oleh kasih-Nya dalam hidup kita.

Jadi marilah kita berangkat pergi bermisi, diterangi oleh perjumpaan dengan Tuhan Yang Bangkit dan didorong oleh Roh-Nya. Marilah kita berangkat pergi bermisi dengan hati yang berkobar-kobar, mata terbuka dan kaki yang sigap melangkah. Marilah kita berangkat pergi untuk membakar hati orang lain dengan sabda Allah, membuka mata orang lain kepada Yesus dalam Ekaristi. Dan, mengajak setiap orang untuk berjalan bersama di jalan perdamaian dan keselamatan yang telah dianugerahkan Allah dalam Kristus kepada seluruh umat manusia.

Bunda kami di dalam Perjalanan, Bunda para misionaris Kristus, dan Ratu Misi, doakanlah kami!

Roma, Santo Yohanes Lateran,
6 Januari 2023,
Hari Raya Penampakan Tuhan

FRANSISKUS

Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel