Oleh P. Tarsy Asmat MSF★
infopertama.com – Merenungkan kematian Paus Franiskus membawa kita menghubungkan sosoknya dengan kenyataan dunia saat ini. Dulu saya menyimak para filsuf post-modern membicarakan tentang post truth. Post truth menunjukan realita sosial atau panggung kehidupan yang semakin rumit. Fantasi yang tidak realistik menghanyutkan manusia dari kenyataan konkrit. Semakin diperkuat pula oleh cita-cita teknologi sebagai pencerah peradaban, namun justru menjadi mercusuar bagi persaingan bangsa-bangsa, peperangan, krisis kemanusian dan krisis lingkungan hidup.
Visi pencerahan teknologi dan rasionalisme Descartes menarik manusia kedalam pusaran yang semakin absurd. Teknologi sebagai medium tidaklah dalam dirinya berfungsi melainkan menjadi alat eksploitatif. Teknologi menciptakan persepsi kehidupan yang imajiner dan melupakan kenyataan konkrit dunia yang bergerak ke jurang dehumanisasi dan krisis besar lainnya.
Tentu saja Gereja Katolik bergerak dan berjibaku di dalam pusaran perkembangan peradaban seperti itu. Sehingga pertanyaannya ialah bagaimana Gereja sebagai pelaku pewarta Kabar Sukacita menampilkan injil di tengah perkembangan dunia seperti ini? Pastoral seperti apa yang diperlukan oleh Gereja pada dunia post truth?
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel