Setelah mendengarkan kedua murid dalam perjalanan ke Emaus, Yesus Yang Bangkit, “mulai menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab Nabi-nabi” (Luk. 24:27). Hati para murid bergairah, sebagaimana mereka kemudian saling mengungkapkan isi hati mereka, “Bukankah hati kita berkobar-kobar, saat Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan saat Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?” (ayat 32). Yesus sendiri adalah Sabda yang hidup, satu-satunya yang dapat membuat hati kita terbakar di dalam diri kita, ketika Ia menerangi dan mengubahnya.
Dengan cara ini, kita dapat lebih memahami ucapan Santo Hieronimus bahwa “ketidaktahuan akan Kitab Suci adalah ketidaktahuan akan Kristus” (Penjelasan dalam Prolog – Yesaya). “Tanpa Tuhan yang memperkenalkannya pada kita, mustahil bagi kita untuk memahami Kitab Suci secara mendalam. Begitu pun sebaliknya, tanpa Kitab Suci, peristiwa-peristiwa misi Yesus dan Gereja-Nya di dunia tetap tidak terbaca” (Aperuit Illis, 1).
Oleh karena itu, pengetahuan akan Kitab Suci penting bagi kehidupan Kristiani, dan terlebih lagi untuk pewartaan akan Kristus serta Injil-Nya. Kalau tidak demikian, apa yang Anda sampaikan kepada orang lain jika bukan hanya sekadar ide dan proyek Anda sendiri? Hati yang dingin tidak akan pernah bisa membuat hati lain terbakar!
Untuk itu marilah kita tanpa ragu selalu membiarkan diri kita ditemani oleh Tuhan Yang Bangkit saat Dia menjelaskan kepada kita arti Kitab Suci. Semoga Dia membuat hati kita berkobar-kobar di dalam diri kita. Semoga Ia menerangi dan mengubah kita, sehingga kita dapat mewartakan misteri keselamatan-Nya kepada dunia dengan kuasa dan hikmat yang berasal dari Roh-Nya.
2. Mata kita “terbuka dan mengenali-Nya” saat pemecahan roti. Yesus dalam Ekaristi adalah sumber dan puncak misi.
Kenyataan bahwa hati mereka berkobar-kobar karena firman Tuhan, mendorong dua murid Emaus untuk meminta si Pengelana misterius tinggal bersama mereka saat malam semakin dekat. Ketika mereka berkumpul di sekitar meja perjamuan, mata mereka terbuka dan mereka mengenali-Nya saat Dia memecahkan roti.
Unsur penentu yang membuka mata para murid adalah urutan tindakan yang dilakukan Yesus: Dia mengambil roti, memberkatinya, memecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Itu adalah gerakan yang lazim dilakukan seorang kepala rumah tangga Yahudi, tetapi, ketika itu dilakukan oleh Yesus Kristus dengan rahmat Roh Kudus, gerakan itu dibarui bagi kedua rekan seperjamuan-Nya, simbol penggandaan roti dan terutama simbol Ekaristi, sakramen kurban salib.
Namun, pada saat mereka mengenali Yesus yang sedang memecahkan roti, “Ia lenyap dari tengah-tengah mereka” (Luk. 24:31). Di sini kita dapat mengenali realitas esensial dari iman kita: Kristus, yang memecahkan roti, sekarang menjadi Roti yang dipecahkan, dibagikan kepada para murid dan dimakan oleh mereka. Dia tidak terlihat lagi, karena sekarang Dia telah memasuki hati para murid, untuk membuat mereka semakin terbakar, sehingga mendorong mereka bergegas pergi untuk berbagi dengan semua orang pengalaman unik mereka berjumpa dengan Tuhan Yang Bangkit. Maka, Kristus Yang Bangkit adalah Orang yang memecahkan roti, dan pada saat yang sama, merupakan Roti itu sendiri, terpecah bagi kita.
Oleh karena itu, setiap murid yang diutus dipanggil untuk menjadi seperti Yesus dan di dalam Dia melalui karya Roh Kudus, sebagai orang yang memecahkan roti dan orang yang menjadi roti yang terpecah bagi dunia.
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel