Yogyakarta, infopertama.com – Mahasiswa menjadi kelompok yang paling rentan terperangkap dengan pinjaman online (pinjol) ilegal berkedok investasi. Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Friderica Widyasari Dewi menyampaikan hal itu ketika memberikan kuliah umum berjudul “Merencanakan Masa Depan yang Lebih Sejahtera”.
Bertempat di Universitas Gadjah Mada (UGM), Friderica memaparkan bahwa sepanjang 2022, OJK telah menerima 53.851 pengaduan, dan 53.263 di antaranya berkaitan dengan pinjol ilegal. Menurutnya, pinjaman itu merugikan dan membebani. Pasalnya, pinjol ilegal menetapkan suku bunga yang tinggi dengan fee yang besar dan denda tidak terbatas.
Selain itu, pihak pinjol ilegal bisa mengakses semua data di ponsel, serta menggunakan modus intimidasi pada saat penagihan.
“Hati-hati karena ini biasanya menawarkan sesuatu yang sangat cepat, mudah, tapi kalau kita tidak membayar mereka akan datang, semua kontak kita akan dihubungi, dan itu sangat mengerikan,” terangnya melansir dari laman UGM, Sabtu, (19/11/2022).
Pinjol Ilegal Berkedok Investasi
Kamu tentu masih ingat dengan kejadian ratusan mahasiswa dari Institut Pertanian Bogor (IPB) mengalami tindak penipuan pinjol ilegal, kan?
Dalam kasus yang menimpa para mahasiswa IPB itu pinjol ditawarkan dalam bentuk investasi. Modus ini berhasil menggaet banyak korban karena investasi menurut banyak orang adalah jalan untuk membiayai cita-cita pribadi, mengatasi daya beli yang terus menurun, serta sebagai alternatif pendapatan.
“Tidak selalu dalam hidup kita akan menerima penghasilan, suatu saat pasti akan pensiun. Di saat itu kita harus bisa mempertahankan hidup kita agar kita bisa hidup lebih nyaman. Dan, itu tidak bisa tanpa persiapan,” imbuh Friderica.
Generasi muda, terangnya, adalah pelaku ekonomi yang penting, namun juga rentan secara finansial dan mudah terperdaya ajakan pemengaruh. Tingkat pemahaman masyarakat terhadap produk dan jasa keuangan berada di angka 49 persen. Namun, lanjut dia 86 persen orang sudah menggunakan akses keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan antara literasi dan inklusi keuangan.
“Artinya lebih banyak orang menggunakan produk dan jasa keuangan tanpa memahami,” terangnya.
Oleh karena, pada kesempatan kuliah umum di UGM itu, Friderica memberikan berbagai tips berinvestasi bagi mahasiswa.
Tips berinvestasi darinya adalah memahami diri dan kondisi keuangan, mengenali produk investasi. Mulai dari jumlah kecil dengan melakukan diversifikasi, nggak mudah mengikuti emosi, dan selalu memastikan legalitas.**
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel