Ruteng, infopertama.com – Kader Partai Demokrat, Maksi Ngkeros digadang – gadang sebagai salah satu kandidat kuat dengan latar belakang birokrasi yang siap meramaikan bursa Pilkada Manggarai 2024.
Nama Maksi Ngkeros, yang sarat pengalaman di dunia birokrasi diharapkan mampu mengubah Manggarai kekinian menuju Manggarai yang lebih baik lagi, terutama menghadapi bonus demografi 2045.
Ditemui infopertama.com di kediamannya, Jumat, 5 April 2024, pensiunan kepala Bapenda Manggarai Timur ini penuh semangat menyampaikan gagasannya, yang melatarinya maju pada Pilkada Manggarai 2024 yang bakal gelar pada November mendatang.
Menurut Maksi, bahwa situasi sekarang ini, Manggarai ini tidak baik-baik saja kondisinya, bahwa ada banyak hal yang harus dibenahi. Baik dari segi pembangunannya maupun segi tata kelola pemerintahannya.
“Kalau dari segi tata kelola pemerintahannya, kita tau persis bahwa apa yang dialami oleh pemerintah kabupaten Manggarai saat ini menurut saya perlu dibenahi kembali.” Tegas Maksi mengawali narasinya kepada infopertama.com.
Ia menilai, tindakan-tindakan atau keputusan-keputusan yang tidak sesuai regulasi itu harus dibenahi kembali. Salah satu contohnya, kata Maksi, soal ASN yang berperkara dengan pemerintah dan pemerintah kalah terus di PTUN sampai dengan Mahkamah.
“Berartikan keputusan ini sudah salah.” Ujarnya menilai, Jumat.
Artinya, lanjut dia, harus kita benahi ke depan seperti apa, bahwa betul apa yang disampaikan orang-orang bahwa the right man on the right place.
Kemudian, dari segi pembangunan, yang menjadi alasan Maksi Ngkeros maju di pilkada kali ini bahwa kebijakan-kebijakan dalam pemenuhan kebutuhan dasar itu wajib diprioritaskan.
“Urusan pemerintah daerah itu ada undang-undangnya yang jadi acuan soal tugas dan wewenang pemerintah daerah sudah jelas dalam undang-undang itu. Alat ukurnya sudah jelas. Nah, kondisi Manggarai sekarang ini, indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang menjadi ukuran utama sampai sejauh mana tingkat pembangunan di sebuah daerah.”
IPM di Manggarai ini, kata Maksi masih kategori sedang. Kategori ini, dapat diukur melalui alat ukurnya IPM, yang indikatornya ada tiga yakni pendidikan, kesehatan dengan ekonomi.
Menurutnya, pada sektor pendidikan, yang perlu kita lihat itu rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah itu, di Manggarai masih rendah. Hak itu karena memang akses masyarakat ke pendidikan, fasilitas pendidikan masih belum memenuhi standar. Semisal gedung sekolah dan fasilitas di dalamnya tidak layak dan memadai. Belum lagi soal akses masuk seperti kondisi jalan dan jarak sekolah.
Kemudian, dari indeks kesehatan, menyangkut rata-rata usia harapan hidup masyarakat kita di Manggarai. Di mana, faktor utamanya yang membuat usia harapan hidup kita itu diukur dengan angka kematian ibu dan anak (bayi). Bahwa kita di Manggarai ini angka kematian ibu dan bayi masih tinggi.
“Belum mencapai persyaratan yang harus nol, sementara kita itu masih tinggi. Ini menjadi ukuran kita bagaimana membangun sektor kesehatan ke depannya.” Urainya meyakinkan.
Sektor Ekonomi, soal pendapatan. Ini soal bagaimana trik kita ke depan untuk membangun perekonomian di Manggarai. Ekonomi ini, jelasnya, kan sangat berkaitan dengan lapangan pekerjaan. Bahwa, ada 17 sektor ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dalam hal pekerjaan yang belum semuanya dimanfaatkan.
“Kita selama ini terlalu berpaku pada sektor pertanian. Sektor pertanian itu betul kita butuhkan, tapi dia itu sektor primer yang menghasilkan bahan baku. Tapi tidak seluruh masyarakat Manggarai ini bekerja di sektor pertanian. Masih sebagian besar itu di luar sektor pertanian. Makanya, ke depan itu kita harus bergeser dari sektor pertanian yang primer ini ke sektor sekunder dan tersier.”
Sektor sekunder itu, jelas dia adalah sektor pengolahan, seperti yang sekarang Jokowi gaung-gaungkan hilirisasi.
“Maksudnya, bahan baku yang dihasilkan sektor primer harus diolah untuk mendapatkan nilai tambah bagi petani. Dan, itulah lapangan pekerjaan berikutnya bagi generasi-generasi muda yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi.”
Sementara berikutnya, yang harus dikembangkan itu sektor tersier yaitu sektor jasa. Semisal menjadi broadcasting, fotografer, pemandu wisata dan sebagainya itu harus kembangkan ke depan.
“Jadi, sekali lagi jangan terlaku fokus ke sektor pertanian sekarang. Kita mesti kembangkan sektor sekunder dan tersier. Karena bekerja sekarang menurut saya tidak harus di kantor, bisa di rumah dan mesti menghasilkan uang. Itulah sektor jasa.”
Sehingga, orientasi ke depan ini diharapkan bahwa generasi muda Manggarai ini jangan terlalu berorientasi bahwa bekerja itu harus berkantor. Dan, bekerja menghasilkan uang itu penting walaupun dari rumah saja. “Karena itu, ke depannya kita jangan bertumpu pada satu sektor saja, harus merambah sektor-sektor lainnya.”
Ia kembali menekankan khusus untuk sektor pendidikan, bagaimana menciptakan generasi masa depan masyarakat Manggarai yang cerdas.
“Karena itu, saya pengen sekali mindset anak-anak Manggarai sekarang ini bahwa kita punya tanah kelahiran itu Indonesia. Di mana-mana saja di Indonesia itu kita diterima dan siap untuk bekerja, itulah tanah kita. Sehingga, ke depannya, anak-anak kita siapkan jadi generasi cerdas yang siap bekerja dan bersaing dengan orang-orang di luar Manggarai.”
Ke depan itu, orang-orang Manggarai jangan lagi merantau untuk sekolah lalu pulang bekerja di Manggarai, sebaliknya sekolah di Manggarai lalu merantau untuk bekerja.
Ia pun meyakini, bahwan bukan tidak mungkin, Manggarai ke depannya akan mampu menciptakan BKH – BKH yang lain, Boni Hargens dan banyak lagi yang sukses di Jakarta karena kecerdasannya.
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp ChanelÂ
Â