Kembali pada saat ini. Berita kematian bunuh diri terus menjadi trend topik yang hangat diperdebatkan dan terus menghiasi setiap laman media dari hari ke hari.
Bu*uh diri
Mengapa orang mengakhiri hidupnya dengan cara yang tragis seperti itu? Mengapa bu*uh diri? Pertanyaan-pertanyaan ini jugalah yang dilontarkan kepada penulis oleh beberapa orang yang penulis jumpai selama ini. Mereka menginginkan alasan jelas yang melatarbelakangi tindakan bunuh diri ini. Para orang tua menjadi takut dan khawatir, kalau-kalau peristiwa yang sama harus terjadi terhadap anak-anak mereka atau orang-orang terdekat mereka.
Ada beberapa kasus bu*uh diri yang mungkin masih terekam dalam benak masyarakat Nusa Tenggara Timur di awal-awal tahun 2021. Di Kota Kupang, Karlos Kebo (rohaniwan) ditemukan gantung diri dengan tali di dahan Pohon Kedondong, pada 09 Januari 2021. Fransiska Malo (Lenti) seorang gadis 18 tahun di Ende (Desa Embuteru) yang tewas gantung diri di Pohon Cengekeh (RakyatNTT.com 28/01/2021). Juga pada 02 Maret 2021 lalu, Presidensius Urbanus (Mahasiswa Politeknik Pertanian di Kota Kupang) ditemukan tak bernyawa gantung diri menggunakan slang di sebuah dahan pohon di samping rumah.
Pada tahun 2022 ini, kita mencoba merekam kembali beberapa peristiwa bu*uh diri. Pada tanggal 14 dan 16 Februari terdapat dua kasus bu*uh diri di Kabupaten Manggarai Barat. Pemuda berusia 20 tahun dan Siswa SMAK berusia 16 tahun meninggal dengan cara gantung diri (kupang.tribunnews.com _ 24/02/2022). Pada tanggal 11/09/2022, seorang ibu rumah tangga berusia 32 tahun di Kecamatan Lamba Leda – Manggarai Timur, tewas gantung diri di hadapan anaknya yang berusia 9 tahun (kompas.com_ 12/09/2022). Peristiwa tragis serupa menimpa seorang mahasiswi cantik asal Flores-NTT yang meninggal dengan cara gantung diri di Kamar Kosnya di Denpasar (radarbali.id_ 09/11/2022).
Selain itu, pada 15 November lalu sebuah berita yang mengejutkan warga Flores Timur yaitu ditemukan seorang Pegawai Dinas Lingkungan Hidup yang tewas gantung diri (kupang.tribunnews.com _ 15/11/2022).
Peristiwa-peristiwa nahas ini tentu tidak saja mengundang duka bagi keluarga atau kerabat dekat mereka. Namun juga luka yang dalam bagi semua orang yang mendengar atau mengetahui kisah mereka. “Mengapa harus bu*uh diri?” Ratapan sesal ini spontan keluar dari kita yang sangat menyayangkan jalan pintas akhir hidup mereka. Tidak bermaksud untuk mencatat dan menghadirkan semua berita terkait bu*uh diri serta sebab dan motif-motifnya, penulis sekadar mengangkat kasus-kasus di atas sebagai bentuk keprihatinan. Mengapa peristiwa bu*uh diri, masih terus ada dan berlanjut?
Sebelum masuk pada teori dari Erich Fromm, untuk memahami perilaku bu*uh diri, terlebih dahulu kita perlu tahu siapa tokoh ini dan bagaimana latar belakang pemikirannya.
Erich Fromm adalah profesor psikologi di New York universitas dan profesor psikoanalisis di National universitas of Mexico. Dia adalah salah satu pemikir di mazab Frankfurt yang giat mengkritik teori dan filsafat sosia Marx dan Freud. Fromm dianggap sebagai salah satu psikoanalisis paling populer dan berpengaruh di Amerika, dan karyanya telah terjual berjuta-juta eksemplar dalam berbagai bahasa (Erich Fromm. 1963, dalam Aquarina Khrisma Sari (penerj.) dan A. Yusrianto Elga (ed.). Perang dalam Diri Manusia, 2020).
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel