Cepat, Lugas dan Berimbang

Mencintai dengan Cara Sederhana, Doa Damai untuk Kedamaian Indonesia

Doa Damai
Ribuan masyarakat Manggarai berkumpul di Natas Labar Motang Rua melantunkan doa damai Untuk kedamaian Indonesia

Ruteng, infopertama.com – Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) bersama Pemda Manggarai dan Forkopimda, organisasi mahasiswa, LSM dan masyarakat umum menggelar Doa Damai, doa bersama di Natas Labar Motang Rua, yang berada pusat kota Ruteng, Selasa, 2 September 2025.

Doa Damai ini dilaksanakan merespon situasi nasional belakangan ini yang sedang tidak baik-baik saja.

Sebelum dilakukan doa bersama dari setiap Agama secara bergilir, didahului dengan orasi-orasi dan himbauan.

Ketua FKUB Manggarai, Suster Yohana, SSpS meminta semua yang hadir tuk senantiasa melantunkan doa untuk Kedamaian Indonesia. Kedamaian harus dimulai dari diri masing-masing, dari Manggarai dan untuk Indonesia dan Dunia.

Tentu, juga agar para pemimpin Bangsa, pemimpin pemerintahan bisa berlaku adil, jujur dan mengutamakan kepentingan rakyat, kepentingan bangsa tercinta, Indonesia.

Selanjutnya, Kajari Manggarai, Kapolres Manggarai dan Dandim 1612 Manggarai kompak menegaskan bahwa Manggarai adalah rumah kita sendiri. Rumah tinggal yang harus dijaga bersama dengan menjaga kedamaian bersama. Jika Manggarai Tidak Damai, Indonesia tidak damai dan karena itu tentu pembangunan tidak bisa berjalan.

Sementara Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) menyuarakan suara kritis khas organisasi gerakan. Mereka mendesak pemerintah bekerja profesional dan proporsional agar tidak ada ketimpangan-ketingan di masyarakat.

Orasi penutup disampaikan Bupati Manggarai Herybertus Nabit. Ia memastikan kehadiran semua elemen pada malam doa damai bersama bukanlah cara untuk membungkam semua suara.

“Ini cara kami untuk memastikan bahwa setiap orang, setiap kelompok boleh bersuara. Bahwa dalam perbedaan kita tetaplah saudara. Bahwa dalam perbedaan yang ekstrim sekalipun kita tetap bagian dari rumah besar Indonesia Raya.” Ujar Hery Nabit.

Kita harus tetap ingat, kata Hery Nabit, bahwa Manggarai sampai kapanpun tetap menjadi bagian dari Indonesia.

Menurutnya, negara dan rakyat itu ibarat rumah dan penghuni. Pemerintah hadir sebagai pengurus yang memastikan bahwa rumah memberikan keteduhan kepada yang menghuni. Dan, memastikan bahwa penghuni mendapatkan manfaat mendiami rumah.

Kalaulah ada hal-hal yang belum maksimal dilakukan oleh para pengurus rumah, mari dibicarakan dengan baik.

Unjuk rasa, demonstrasi adalah hal yang sah menurut undang-undang, tetapi undang-undang yang sama juga memberikan rambu-rambu yang akan menjamin bahwa unjuk rasa, demonstrasi dilakukan dengan damai.

Kita mencintai Indonesia dengan cara kita masing-masing. Ada yang mencintai dengan kelebihannya, karena itu dia membayar pajak lebih besar. Ada yang mencintai dari kekurangan, dari kesederhanaan, karena itu kontribusinya adalah menjaga kedamaian.

Karenanya, saya mengajak seluruh komponen masyarakat Manggarai, meskipun esok hari atau pada hari-hari berikutnya akan ada satu dua organisasi yang melakukan unjuk rasa, mari kita jaga bersama supaya setiap unjuk rasa yang dilakukan terlaksana dengan cara-cara yang damai, menghindarkan diri dari anarkisme.

“Kita mencintai Indonesia, mencintai Manggarai dengan cara yang sederhana menjaga kedamaian.” Ujar Hery Nabit di hadapan ribuan masyarakat berbagai lapisan yang memadati Natas Labar dengan melantunkan sebuah puisi “Aku Ingin” karya Sapardi Joko Damono.

                    

Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel