infopertama.com – Proyek geothermal untuk pengembangan PLTP Ulumbu di wilayah Poco Leok, kini semakin mengundang atensi publik. Terutama ketika agama semakin terang dijadikan senjata untuk melawan negara yakni melawan PSN geothermal Poco Leok. Tidak heran ajaran agama yang tersucikan dalam kitab-kitab suci kini dijadikan alat untuk mendoktrin dan memprovokasi masyarakat.
Baru-baru ini, muncul pernyataan mengkwatirkan dari seorang imam Katolik konggregasi SVD, Pater Feliks Baghi yang mengatakan bahwa siapapun orang katolik yang mendukung geothermal adalah orang yang gagal memahami ajaran Katolik, orang yang imannya kurang. Konon, sang imam mendasarkan dalilnya pada kisah Penciptaan pada Kitab Suci Perjanjian Lama.
Praktik penggunaan ayat-ayat suci dalam menolak PSN geothermal sebenarnya secara gamblang menunjukan dua hal. Pertama, para pemuka agama memiliki kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat dan terutama terhadap alam yang tidak lain ibu bumi. Namun sayangnya kepedulian tersebut dilakukan dengan kurang elok yakni “menjual” ajaran-ajaran suci untuk menguatkan suara penolakan. Padahal, bukankah agama dan ajarannya itu sesuatu yang mulia dan agung?
Kedua, masyarakat kita masih banyak yang candu agama. Kecanduan masyarakat dapat kita lihat dari masih banyaknya kelompok masyarakat yang menolak PSN geothermal gegara doktrin-doktrin berlabel agama dari para pemuka agama. Padahal, pasca Konsili Vatikan II gereja dan umat Katolik dikehendaki untuk terbuka dengan perkembangan dan kemajuan. Bagi saya sebagai umat Katolik, yang terpenting dalam menyikapi perkembangan dan kemajuan adalah diskusi dan dialog berkelanjutan. Bukan menebarkan narasi-narasi menakutkan yang dibungkus dengan ayat-ayat suci.
Sebagai manusia Katolik Manggarai yang hidup di sekitar wilayah PLTP Ulumbu, kami merasa tidak nyaman dengan pernyataan Pater Feliks Baghi yang menganggap kami sebagai masyarakat Katolik yang gagal dan kurang iman. Secara pribadi saya sangat bingung dengan tolok ukur yang dipakai sang Imam tentang menjadi manusia Katolik yang memiliki iman kokoh. Apakah kami harus menolak PSN geothermal yang notabene telah membantu kesejahteraan kami masyarakat disekitar PLTP Ulumbu; untuk menjadi orang Katolik yang sukses dan mempunyai iman yang kuat?
Rasa-rasanya semua pihak perlu mawas diri dalam menghadapi proyek geothermal di wilayah Flores umumnya dan Poco Leok khususnya. Jargon “100% Katolik 100% Indonesia” sebagaimana digaungkan pertama kali oleh Uskup Agung Pribumi pertama di Indonesia Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ; barang kali penting untuk dilekatkan pada insan-insan nasrani. Semboyan yang mengajak umat Katolik untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tidak kemudian ditumpulkan oleh narasi-narasi yang kurang elok. Terutama sekali narasi yang dibungkus dengan ayat-ayat suci.
Polemik PSN geothermal Flores, terlebih lagi wilayah Poco Leok sekiranya dapat ditengahi oleh diskusi dan dialog berimbang dan intens antara seluruh pihak. Terlebih antar pihak penolak geothermal dengan segenap stakeholders proyek yakni jajaran PLN dan Pemerintah. Ataupun antara masyarakat yang mendukung dengan menolak geothermal. Menemukan solusi terbaik tidak mungkin dapat ditempuh dengan jalan searah. Kelompok penolak geothermal Flores sebaiknya membuka diri untuk intens dialog dengan pihak terkait.
Kalau dicermati polarisasi masyarakat yang terbentuk karena narasi mendukung dan menolak geothermal semisal di wilayah Poco Leok, sepertinya masyarakat yang mendukung dengan kelompok penolak memiliki agenda masing-masing. Lihat saja kelompok penolak yang biasanya cenderung eksklusif. Seolah-olah mereka yang paling heroik dalam memperjuangkan hak-hak masyarakat. Siapa saja yang ingin berdialog dengan kelompok ini akan ditolak bahkan diusir. Padahal, keterbukaan diri dalam menyatukan pikiran sangatlah penting guna menemukan kesepakatan yang sifatnya adil dan tidak merugikan umat dan alam.
Agama sekali-kali tidak boleh dijadikan sebagai alat untuk melawan negara. Agama diperbolehkan menjadi alat untuk melawan, selama itu demi kepentingan umum; umat dan alam. Bukan untuk kepentingan yang lain-lain.
Kemunculan narasi-narasi mengkhawatirkan dari para pemuka agama Katolik Flores yang menolak geothermal pada akhirnya memperkeruh suasana. Maka dari itu, sangatlah bijak jika gereja Katolik Flores untuk bersikap secara jujur dan berani. Begitu pula gereja Katolik Manggarai dalam menyikapi geothermal Poco Leok.
Dalam pada itu, sebagai insan Katolik kita patut mengapresiasi tinggi usaha dan perjuangan para pemuka agama Katolik Flores, baik yang mendukung maupun menolak geothermal. Suara para gembala memang wajib untuk didengar. Apalagi kalau suara-suara mereka sungguh-sungguh lahir atas nama kepedulian akan umat dan kelangsungan alam.
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel