Cepat, Lugas dan Berimbang

Kampus Rumah Pancasila: Membangun Ketahanan Ideologi di Era Globalisasi

Oplus_131072

Ruteng, infopertama.com – Dalam upaya memperkuat pembinaan ideologi di kalangan masyarakat dan dunia pendidikan, pentingnya menjadikan kampus sebagai “Rumah Pancasila” -ruang intelektual yang menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan moral Pancasila kepada generasi muda.

Pandangan ini dikemukan Kanisius Teobaldus Deki, S.Fil.,M.Th., dalam seminar bertajuk “Penguatan Relawan Gerakan Kebajikan Pancasila kepada Masyarakat Kabupaten Manggarai”, Jumat, 10 Oktober 2025 di Aula St. Aloysius Efata – Ruteng.

Seminar yang mengikutkan ratusan peserta ini digelar sebagai bagian dari program Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) yang menekankan peran pendidikan tinggi sebagai benteng ideologi bangsa.

Tantangan Ideologi di Era Reformasi

Menurut Dosen STIE Karya Teobaldus Deki ini, bahwa sejak era Reformasi 1998–2002 muncul sejumlah gagasan yang berpotensi memecah-belah bangsa. Beberapa partai politik dan kelompok tertentu, bahkan di lingkungan kampus, berupaya menggantikan ideologi Pancasila dengan ideologi agama.

Fenomena tersebut, kata Teobaldus Deki, merupakan bentuk ketidakpuasan terhadap kinerja pemerintah, kondisi ekonomi, dan pemahaman agama yang sempit. “Ketidakpuasan itu melahirkan gerakan yang cenderung separatis dan berpotensi mengancam persatuan nasional.” Ujar Teobaldus, Jumat.

Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka

Secara mendalam makna ideologi, baik secara etimologis maupun historis. Menurutnya, Pancasila, bukan sekadar sistem ide, tetapi pandangan hidup yang mempersatukan seluruh keragaman bangsa Indonesia.

“Nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan Sosial sebagai dasar moral dan hukum dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.”

Ia menuturkan, Pancasila adalah living reality—jati diri bangsa yang tumbuh dari pengalaman hidup masyarakat Indonesia.

Kampus Sebagai Rumah Ideologi Bangsa

Kampus, memiliki peran strategis dalam membumikan Pancasila. Melalui pendidikan dan riset, perguruan tinggi harus menjadi tempat tumbuhnya gagasan dan perilaku yang berlandaskan nilai kebangsaan.

Aktualisasi Pancasila perlu hadir dalam semua bidang kehidupan: pendidikan, ekonomi, hukum, sosial, politik, kebudayaan, hingga lingkungan.

Panca Tantangan Pembumian Pancasila

Mengutip pandangan anggota BPIP (2019), Kanisius menyoroti lima tantangan utama dalam membumikan Pancasila, seperti:

  1. Lemahnya pemahaman nilai-nilai Pancasila di masyarakat.
  2. Meningkatnya eksklusivisme sosial akibat arus globalisasi.
  3. Kesenjangan sosial-ekonomi yang memicu polarisasi.
  4. Lemahnya pelembagaan nilai-nilai Pancasila dalam lembaga negara dan masyarakat.
  5. Kurangnya keteladanan dari para penyelenggara negara.

Tantangan tersebut, menurut Kanisius, hanya dapat diatasi jika masyarakat dan kampus mampu mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam penelitian, diskusi ilmiah, dan kehidupan sehari-hari.

Pancasila Sebagai Penuntun Moral

Pancasila, berperan sebagai penuntun moral bangsa di tengah derasnya pengaruh globalisasi, kapitalisme, dan individualisme.

Setiap kebijakan publik serta pedoman dalam menjaga keadilan sosial dan persatuan nasional. Pancasila bukan hanya warisan pendiri bangsa, tetapi ideologi yang hidup dan terbuka bagi perkembangan zaman.

Meneguhkan Relawan Gerakan Kebajikan

Melalui kegiatan ini, BPIP bersama para akademisi dan relawan diharapkan memperkuat gerakan kebajikan Pancasila yang berbasis pada kesadaran moral, intelektual, dan spiritual.

Relawan Pancasila bukan sekadar simbol, melainkan motor penggerak nilai-nilai kebangsaan dalam masyarakat.

                    

Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel