Cepat, Lugas dan Berimbang

Jalan Bersama Menuju Kesejahteraan

Oplus_131072

infopertama.com – Bonefasius Pedor, yang akrab disapa Boni, adalah seorang ayah dari empat orang anak. Salah satu anaknya merupakan penyandang disabilitas. Ia tinggal di Desa Ranaka, Kecamatan Wae Rii, Kabupaten Manggarai. Boni dikenal sebagai pribadi yang aktif dan berdedikasi dalam kehidupan sosial masyarakat.

Ia mengemban berbagai peran, antara lain sebagai Pengurus Kelompok Basis Gerejani (KBG) Santo Yosef, Wakil Ketua BPD, Ketua Kelompok Disabilitas Desa Ranaka, serta Ketua Kelompok Pariwisata Desa Ranaka.

Perjalanan Boni menuju kemandirian ekonomi dimulai dua tahun lalu, ketika Ayo Indonesia atas dukungan dana dari MissionProkur SVD Swiss mengajaknya merintis usaha kecil dengan menanam sayuran dan memproduksi pupuk organik berbahan karbon. Melalui pendekatan yang berkelanjutan, Ayo Indonesia mendampingi Boni untuk membangun pola pikir kewirausahaan dan menekuni usaha pupuk organik secara konsisten.

Menurut Prof. Dr. dr. Mohammad Ali, Sp.S(K), ahli neurosains dan neurologi Universitas Indonesia, perubahan perilaku membutuhkan intervensi serta pelatihan yang dilakukan secara berulang. Pendekatan inilah yang diterapkan Ayo Indonesia melalui pendampingan rutin. Staf Ayo Indonesia secara berkala mengunjungi Boni untuk lejong (berdiskusi) secara motivatif, melatih teknik produksi karbon dari sekam padi sebagai bahan pupuk organik, serta memfasilitasi pertemuan dengan para pelaku usaha yang telah berhasil. Seluruh proses ini bertujuan menumbuhkan mental kewirausahaan dalam diri Boni.

Seiring waktu, Boni mulai membangun kebiasaan baru demi meningkatkan ekonomi keluarganya. Setiap minggu, setelah sarapan pagi, ia berangkat menuju tanah lapang di Kampung Robo, tempat warga biasa mengikat sapi dan kerbau. Dengan karung plastik putih berkapasitas 100 kilogram, Boni mengumpulkan kotoran ternak sebagai bahan baku pupuk organik. Meski pekerjaan ini menuntut tenaga ekstra dan mengharuskannya berpeluh di bawah terik matahari, Boni menjalaninya dengan penuh ketekunan demi mencukupi kebutuhan finansial keluarganya.

Dalam proses produksi, Boni melibatkan tiga orang anaknya, termasuk Bernadus Pedor yang berusia 14 tahun dan memiliki kebutuhan khusus, serta dua anak tetangga. Mereka bersama-sama membakar sekam padi menjadi arang, lalu mencampurnya dengan tanah, daun-daun hijau yang mengandung unsur hara, serta kotoran ternak kambing, babi, kerbau, dan sapi.

Komposisi bahan yang digunakan terdiri atas 60 persen kotoran ternak, 15 persen arang sekam, dan sisanya lapisan tanah atas serta daun-daun yang telah dicincang.

Menurut Boni, keterlibatan anak-anak dan remaja sangat penting untuk menjaga keberlanjutan usaha.

“Saya ingin anak-anak saya ikut terlibat agar mereka bisa belajar dan memiliki keterampilan yang berguna di masa depan,” ujar Boni.

Sebagai orang Manggarai, Boni memegang teguh nilai kebersamaan dalam setiap langkah usahanya. Ia percaya bahwa kesejahteraan tidak layak dinikmati sendiri. Karena itu, ia secara sadar berpihak kepada mereka yang masih lemah secara ekonomi, terutama keluarga-keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus.

Melalui kerja sama penyediaan bahan baku dan pelibatan mereka dalam rantai usaha pupuk organik, Boni ingin membuka ruang penghidupan yang lebih adil. Baginya, usaha adalah alat untuk saling menopang, saling menolong, saling peduli—bukan untuk meninggalkan yang tertinggal atau tidak ada yang tertinggal dalam jalan bersama (sinodal).

Untuk meningkatkan kapasitas produksi, Ayo Indonesia mendorong Boni bergabung dengan KSP CU Florette. Lembaga keuangan yang berlandaskan asas kekeluargaan ini menyambut Boni dengan baik dan menyediakan pinjaman modal usaha. Dengan dukungan modal tersebut, Boni dapat menambah jumlah ternak sebagai sumber bahan baku pupuk.

Pendampingan Ayo Indonesia tidak hanya berfokus pada pengembangan usaha, tetapi juga pada peningkatan literasi keuangan. Boni terus diajarkan pentingnya menabung dari sebagian hasil usahanya demi masa depan dirinya dan keluarga. Setiap bulan, ia secara rutin menyisihkan penghasilan untuk ditabung di KSP CU Florette.

Ayo Indonesia juga berperan aktif dalam mempromosikan pupuk organik karbon produksi Boni. Upaya tersebut membuahkan hasil yang signifikan. Pada periode November hingga minggu pertama Desember, Boni berhasil menjual sebanyak 135 karung pupuk organik karbon dengan harga Rp50.000 per karung, sehingga memperoleh omzet sebesar Rp6.750.000.

Ayo Indonesia juga berperan aktif dalam mempromosikan pupuk organik karbon produksi Boni. Hasilnya cukup signifikan. Pada bulan Nopember hingga Minggu pertama Desember Boni telah menjual 135 karung pupuk organik karbon dengan harga Rp50.000 per karung, atau setara dengan omzet Rp6.750.000.

Untuk meyakinkan konsumen akan kualitas produknya, Boni memanfaatkan lahan di depan rumah seluas 3 x 10 meter dan lahan di belakang rumah berukuran 15 x 40 meter sebagai area uji coba. Berbagai jenis sayuran seperti kol, daun bawang, dan petsai tumbuh dengan baik tanpa menggunakan pupuk kimia. Lahan ini juga menjadi sarana edukasi bagi pembeli mengenai dosis pupuk yang tepat untuk berbagai jenis tanaman. Hasil panen sebagian dijual dan sebagian dikonsumsi oleh keluarga Boni.

Boni menargetkan produksi 200 karung pupuk organik pada Desember 2025 dengan harapan meraih omzet sebesar Rp10.000.000. Bahkan, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dari salah satu desa di Manggarai Timur telah memesan 60 karung pupuk untuk akhir Desember 2025.

Untuk mencapai target tersebut, Boni bekerja sama dengan sepuluh keluarga pemilik sapi, kambing, dan kerbau sebagai pemasok bahan baku. Sebagian dari mereka merupakan anggota Kelompok Disabilitas Desa (KDD) Ranaka. Harga pembelian kotoran ternak yang telah kering dan siap diolah ditetapkan sebesar Rp25.000 per karung.

“Saya tidak bisa bekerja sendiri. Saya harus berjalan bersama mereka,” tutur Boni. “Dengan kerja sama ini, bahan baku terjamin dan ekonomi mereka pun ikut terbantu.”

Boni optimistis permintaan pupuk organik karbon akan terus meningkat seiring tumbuhnya kesadaran masyarakat terhadap dampak perubahan iklim dan pentingnya menjaga lingkungan.

Ke depan, Boni berencana mengadakan mesin pengolah bahan baku pupuk serta merekrut lebih banyak tenaga kerja di bagian produksi. Ia juga bercita-cita membangun rumah produksi berkapasitas besar. Selain itu, Boni terus menjalin kerja sama dengan beberapa pemerintah desa di wilayah Manggarai dan Manggarai Timur untuk mempromosikan produknya, memperluas pasar, serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan manfaat pupuk organik.

“Dengan membangun relasi yang baik dengan pemerintah desa, saya berharap penjualan pupuk organik meningkat dan kesejahteraan masyarakat pun ikut terangkat,” ujarnya.

Dengan dukungan pendampingan dan kerja keras yang konsisten, Boni berhasil membangun usaha yang tidak hanya menopang keluarganya, tetapi juga menghadirkan harapan bagi banyak keluarga lain. Kisahnya menjadi pengingat bahwa kesejahteraan sejati tumbuh ketika seseorang memilih untuk berjalan bersama, bukan melangkah sendirian.

Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel