Cepat, Lugas dan Berimbang

FIFA Izinkan Satu Negara Kirim Dua Timnas atau Lebih di Piala Dunia 2022 Qatar

Doha, infopertama.com – Kita semua mungkin tidak tahu bahwa ternyata ada negara peserta Piala Dunia 2022 Qatar yang mengirim dua timnasnya berlaga pada ajang bergensi tersebut. Dan, kebetulan keduanya berada di grup yang sama.

Keduanya adalah Wales dan England, dan sama-sama berada di Grup B dalam putaran final Piala Dunia Qatar 2022. Pada 29 November 2022 nanti keduanya akan bertemu, perang saudara di negara orang.

Kok bisa itu terjadi dan FIFA sebagai induk organisasi sepak bola tertinggi di dunia mengizinkan?

Ceritanya cukup panjang, namun sebetulnya itu bukanlah hal baru. Bahkan, menurut catatan thesefootballtimes.co, pernah terjadi pada tahun 1958. Empat tim dari satu negara masuk ke putaran final Piala Dunia 1958 di Swedia. Empat tim adalah England, Wales, Skotlandia serta Irlandia Utara.

Dalam konteks politik dan kenegaraan, empat tim itu merupakan bagian dari satu negara yang sama. Yakni negara United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland, yang sering sebut singkat United Kingdom. Dan, di Indonesia banyak terjemahkannya sebagai Inggris.

Mengenai kata “Inggris”, cukup banyak (terutama media) di Indonesia yang apabila menemukan kata “England”, “United Kingdom” dan “Great Britain” langsung saja terjemahkan sebagai Inggris. Samakan saja.

Memang mulai ada yang menerjemahkan Great Britain sebagai Britania Raya, namun sepertinya belum begitu banyak. Yang lebih sering ditemukan, Great Britain ya diterjemahkan Inggris. Entah ini demi kepraktisan ataukah karena alasan yang lain.

Alhasil, kata “England” diterjemahkan ”Inggris”; “United Kingdom” pun disebut “Inggris” dan “Great Britain” masih banyak pula yang menerjemahkannya sebagai “Inggris”.

Di Piala Dunia 2022 Qatar, misalnya, tim England ya disebut sebagai tim Inggris. Demikian pada umumnya media-media di Indonesia menulis.

Sama halnya, di papan nama meja (tablename plate) di hadapan Perdana Menteri (PM) Rishi Sunak saat KTT G20 Bali yang baru lalu tertulis “United Kingdom”. Dan, media kemudian menulisnya PM Inggris Rishi Sunak. Jadi, lagi-lagi, United Kingdom terjemahkan Inggris.

Padahal, England, Great Britain dan United Kingdom adalah tiga hal yang berbeda.

Perlu ketahui, yang selama ini orang awam sebut sebagai negara Inggris merupakan negara kepulauan yang berada di lepas pantai barat laut Eropa.

Di negara kepulauan itu terdapat dua pulau yang gede. Pulau yang terbesar ialah Great Britain (great berarti besar atau raya), kemudian disusul Irlandia.

Di pulau bernama Great Britain itu terdapat tiga wilayah otonomi yakni England, Wales dan Skotlandia. Wilayah otonomi itu kurang-lebih seperti negara bagian di Amerika Serikat.

Dengan demikian, jelas bahwa England, Wales dan Skotlandia bukanlah negara.

Jadi, nama Great Britain sesungguhnya lebih menunjuk ke geografi ketimbang ke negara. Di Indonesia, ada yang menerjemahkan Great Britain sebagai Britania Raya.

Sedangkan nama resmi negara Inggris sebetulnya panjang sekali, yakni United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland. Terjemahannya: Persatuan Kerajaan Britania Raya dan Irlandia Utara.

Akan tetapi, secara umum dalam forum/pergaulan internasional, nama United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland biasa sebut secara singkat sebagai United Kingdom, bahkan sebut UK saja.

Terus apa terjemahan England?

Mengutip beberapa sumber, ada yang menerjemahkan United Kingdom sebagai Inggris Raya, Great Britain terjemahkan Britania Raya, dan England sebagai Inggris.

Dalam konteks tersebut, maka bisa simpulkan bahwa United Kingdom (UK) atau Inggris Raya adalah satu negara berdaulat yang di dalamnya mencakup antara lain England (Inggris), Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara.

Sedangkan Britania Raya atau Great Britain ialah sebuah pulau terbesar di dalam wilayah negara Inggris Raya.

Sementara Inggris (England) adalah satu dari empat wilayah otonomi di negara Inggris Raya (United Kingdom) selain Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara.

Kenapa FIFA Izinkan Ada Empat Tim dari Inggris Raya?

Mengapa FIFA mengizinkan Inggris Raya memiliki tim-tim yang berbeda di Piala Dunia (FIFA World Cup). Kok tidak satu tim saja atas nama Inggris Raya?

Bahkan tidak hanya di Piala Dunia, di ajang EURO pun tersedia empat tiket untuk masing-masing empat wilayah otonomi di Inggris Raya itu (yakni England/Inggris, Wales, Skotlandia dan Irlandia Utara).

Padahal, pasal 11 paragraf 1 aturan FIFA menyebutkan: “Hanya satu asosiasi (sepak bola) yang diakui sebagai asosiasi anggota (FIFA) di setiap negara.”

Mengingat FIFA mendefinisikan “negara” sebagai “negara merdeka yang diakui oleh komunitas internasional”, maka semestinya hanya ada satu tim untuk negara Inggris Raya. Bukan lebih dari satu tim seperti saat ini.

Di kursi keanggotaan PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa), misalnya, hanya ada satu kursi untuk Inggris Raya.

Demikian pula, kontingen yang tampil di Olimpiade adalah atas nama Inggris Raya (United Kingdom). Tidak ada kontingen England, Wales, Skotlandia, dan Irlandia Utara.

Jadi, ada kesan bahwa FIFA menganakemaskan Inggris Raya, dan diskriminatif terhadap negara-negara lain. Karena ada empat tim dari Inggris Raya yang diberi kesempatan untuk memperebutkan tiket di ajang Piala Dunia.

Tetapi, memang demikianlah kenyataannya. Lihat saja, pasal 11 paragraf 1 aturan FIFA di atas ternyata tunduk pada paragraf 5 dari pasal sama. Yakni, yang berbunyi: “Masing-masing dari empat asosiasi sepak bola Inggris Raya diakui sebagai asosiasi anggota FIFA yang terpisah.”

Dalam artikelnya di The Sun 13 November 2022 lalu, Jude Efson menulis bahwa selama bertahun-tahun, sebagian penggemar sepak bola di negara Inggris Raya sebetulnya sangat mengharapkan para pemain kelas dunia dari England (Inggris) dan Wales bermain bersama di satu tim atas nama Inggris Raya.

Mereka bahkan berangan-angan, andaikata di Piala Dunia 2022 Qatar, Gareth Bale (yang asal Wales) bisa satu tim dengan duo England, Harry Kane dan Raheem Sterling, di timnas Inggris Raya. Wow akan betapa luar biasa kekuatan serang dari tim Inggris Raya.

Namun, harapan tinggal harapan, dan angan-angan jelas bukanlah kenyataan.

Menurut Thomas Smith dalam tulisannya “Why Does Great Britain Have Separate Football Teams?” di sqaf.club, asal-usul turnamen sepak bola internasional (tentu termasuk kejuaraan dunia sepak bola, red) adalah dari Inggris Raya pada akhir abad ke-19. Persisnya tahun 1872.

Bahkan ada yang menulis, sejak tahun 1883 Skotlandia bersama England (Inggris), Wales dan Irlandia sudah memainkan turnamen internasional bersama di antara mereka.

Mereka bahkan membentuk asosiasi sepak bola internasional pertama di dunia, yang disebut The International Football Association Board (IFAB) pada tahun 1886, dan beranggotakan empat entitas tersebut.

Sementara itu, FIFA sebagai induk organisasi sepak bola dunia baru lahir pada 21 Mei 1904.

Artinya, dari sisi sejarah, sepak bola dan kejuaraan sepak bola internasional itu bercikal bakal dari Inggris Raya.

Cika bakal di sini termasuk yang terkait dengan tetek bengek sepak bola seperti aturan pertandingan dan lain-lain. Di Inggris Raya juga hal-hal itu dicetuskan.

Bahkan, ketika FIFA lahir, justru organisasi sepak bola dunia ini mencontek aturan-aturan sepak bola yang disusun oleh keempat pelopor tersebut, yakni England (Inggris), Skotlandia, Wales dan Irlandia.

Keempatnya kemudian disebut FIFA sebagai Home Nations, yang diartikan sebagai Negara-negara Asal Sepak Bola.

Dengan kata lain, organisasi FIFA sebetulnya yunior jika bandingkan dengan asosiasi sepak bola Home Nations. Pengalaman dan “jam terbang” FIFA sebagai organisasi sepak bola kalah lama bandingkan dengan Home Nations.

Dengan alasan historis tersebut, saat FIFA berdiri, organisasi ini pun sungkan dan menaruh respek terhadap asosiasi sepak bola England (Inggris), Wales, Skotlandia dan Irlandia, sehingga FIFA memberi privilege (keistimewaan) saat mereka berempat mendaftarkan diri sebagai entitas (tim) yang berbeda, yang itu berlaku hingga saat ini.

Kenyataan tersebut sudah berjalan ratusan tahun, dan sepertinya mustahil untuk direformasi.

Bisa saja, dengan kekuatan politik, pemerintah pusat Inggris Raya memaksakan membentuk satu tim nasional (timnas) sepak bola Inggris Raya, yakni dengan melebur tim-tim England, Wales, Skotlandia dan Irlandia Utara menjadi satu tim. Dan itu sudah terjadi di ajang Olimpiade 2012 di London.

Saat itu, di cabang sepak bola, Inggris Raya wakili oleh satu tim nasional. Tidak ada tim-tim terpisah England, Wales, Skotlandia dan Irlandia Utara.

Namun, Piala Dunia (World Cup) ternyata spesial dan kasus yang berbeda.

Di Piala Dunia, masing-masing asosiasi sepak bola dari Home Nations (England/Inggris, Wales, Skotlandia dan Irlandia Utara) teryata bertahan untuk tetap menampilkan tim-timnya sendiri.

Prestise cabang olah raga sepak bola di Olimpiade anggap lebih rendah daripada prestise sepak bola di ajang Piala Dunia.

Jangan coba-coba mengutak-atik komposisi itu, dan memaksakan Inggris Raya tampil sebagai satu timnas di Piala Dunia. Akan menjadi isu politik apabila pemerintah Inggris Raya memaksa menggabungkan empat tim jadi hanya satu tim Inggris Raya.

Jika paksakan, semangat suku-bangsa Wales, Skotlandia dan Irlandia Utara bisa terpicu bangkit. Dan, terbuka kemungkinan mereka menuntut pemisahan diri dari Inggris Raya, khususnya Skotlandia yang berpotensi lebih besar.

Melebur tim-tim sepak bola dari empat Home Nations itu menjadi satu tim Inggris Raya juga bertentangan dengan tren desentralisasi politik untuk mereka, demikian kata William Allen dalam artikelnya yang berjudul “Why do England, Scotland, Wales & Northern Ireland play as separate teams if they belong to UK?” di www.en.as.com pada 12 Juni 2021.

Pengamat bola Szymanski bahkan percaya, memaksakan pembentukan satu timnas Inggris Raya akan berkontribusi pada pecahnya negara kesatuan Inggris Raya.

Andaikata Inggris Raya menekan FIFA, sehingga akhirnya hanya ada tim Inggris Raya yang tunggal di Piala Dunia daripada memiliki empat tim Home Nations seperti selama ini, “maka Skotlandia akan benar-benar menuntut kemerdekaan,” ucap Szymanski sebagaimana kutipan allfootballapp.

Szymanski menyebutkan, rakyat Skotlandia telah mengadakan referendum kemerdekaan (untuk pisah dari Inggris Raya) pada tahun 2014 lalu. Dan, suara pro-kemerdekaan hanya kalah tipis dari suara pro-Inggris Raya.

Kalau paksakan Inggris Raya membentuk satu tim, kata Szymanski, maka kemungkinan pendukung pro-kemerdekaan Skotlandia akan bertambah. Dan, bisa-bisa wilayah itu benar-benar lepas dari Inggris Raya.

Menurut Szymanski, mempertahankan tim sepak bola masing-masing Home Nations adalah cara untuk mengekspresikan kebanggaan masing-masing suku bangsa di Inggris Raya.

Kalau satu-satunya cara untuk mengekspresikan kebanggaan itu juga ditindas, ucap Szymanski, maka akan sangat banyak yang mendukung kemerdekaan Skotlandia.

“Saya tidak ragu tentang hal itu,” tandas Szymanski.**

Sumber: Tribun Bali

Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel