Kupang, infopertama.com – Warga menyebut ada fakta mengerikan di balik viralnya kasus Video 19 detik yang melibatkan salah satu bakal calon legislatif (bacaleg) dari Partai NasDem di NTT.
Kasus video 19 detik Bacaleg NasDem NTT yang menggegerkan publik itu muncul pada pekan lalu. Kemunculan video syur itu tak hanya mencoreng nama baik pribadi dan keluarga. Tetapi juga merugikan partai yang mengusung Anies Baswedan pada kontestasi Pilpres 2024.
Alex Pandang, seorang warga di Kupang dalam postingan yang viral pada aplikasi Tiktok, menyebut bahwa pola dan kronologi kasus viral video 19 detik Bacaleg Nasdem NTT itu dapat diindikasikan sangat terorganisir.
Alex dalam kontennya mengaku mendapat informasi valid dari orang yang berada dalam lingkaran terdekat dari MRRH, bacaleg NasDem pemeran video 19 detik itu.
“Kejadian ini baru sekarang saja viralnya. Tapi kejadian ini sesungguhnya sudah berlangsung dua atau tiga bulan lalu,” kata dia berdasarkan keterangan sumbernya.
Jual Beli Foto Bugil
Menurut dia, viralnya video 19 detik Bacaleg NasDem itu berawal dari transaksi foto bugil antara korban dan pelaku penyebar video syur itu.
“Korban awalanya diumpan. Diumpan dan diiming-imingi untuk kirim foto (bugil) dan dibayar. Korban termakan iming-iming, lalu mengirimkan foto kepada pelaku dan ditransfer (uang dari pelaku),” ujar dia.
Menurutnya, korban mengirim foto sebanyak dua kali dan menerima bayaran dari pelaku.
“Sampai yang ketiga (pelaku) minta dikirimi video dengan iming iming bayaran yang lebih besar atau dua kali lipat. Setelah video dikirim pelaku malah mengancam korban,” lanjut dia.
Pelaku saat itu mengancam apabila tidak dikirimi uang sebanyak dua kali lipat dari yang pernah ditransfer oleh pelaku maka pelaku akan menyebarkan videonya.
Karena tidak mentransfer uang seperti yang diinginkan pelaku maka video bugil tersebut akhirnya disebar sehingga viral. Akibatnya, MRRH yang telah tersdaftar sebagai bacaleg dalam DCS pun mengundurkan diri.
“Ini akibat fenomena gaya hidup mewah, hedon, sehingga mudah diiming imingi,” kata dia.
Alex berharap agar masyarakat dapat belajar dari kasus tersebut, apalagi jika melihat dari pola dan kronologi kasus yang memang terorganisir. “Kita patut belajar dari peristiwa ini,” sebut dia.
Bagi Alex, jejak digital tidak pernah benar-benar selesai walau kita punya power tuk take down. “Jangan pernah merekam video-video tak senonoh menggunakan HP, karena bisa tanpa sadar video itu akan tersebar di luar kendali kita.”