Cepat, Lugas dan Berimbang
Daerah  

Damai, Solusi Bijak Kasus Penganiayaan di Sirimese

Wunis Peheng

Acara awali dengan penyerahan wunis peheng (denda adat dalam budaya Manggarai) berupa uang tunai sebesar Rp25.000.000. Lalu, 1 ekor Babi, 1 ekor Ayam dan 1 Botol tuak (Beer) sebagai simbol perdamaian.

Setelahnya, masing-masing pihak berkesempatan untuk berbicara. Pada kesempatan itu, baik TNI-Polri maupun korban masing-masing saling meminta maaf. Dan, mengakui penganiayaan yang terjadi sebagai kekhilafan.

Pihak TNI-Polri, yang wakili Pasi Intel Kodim 1612/Mgr Lettu Inf. Valentinus Lanar menyampaikan jika semua yang terjadi adalah kekeliruan. Oleh karena itu, mewakili TNI-Polri, Ia meminta maaf atas semua yang telah terjadi.

“Aram manga potin tara mangas ngasang rintuk weki, sikut siku antara ro’eng dami onemai TNI-Polri agu ase daku hi Yosep. Sehingga one wie ho’os podo taungs salah situ, porong one wie ho’o taungs neho tae data tu’a, oke one Waes laud, one Lesos saled. (Barangkali  karena roh jahat/setan yang menyebabkan adanya saling sikut antara anak-anak dari TNI-Polri dengan adik saya Yosep, (korban). Acara perdamaian malam ini menjadi sarana untuk membuang semua yang telah terjadi dan semoga malam ini semua yang terjadi itu hendaknya hanyut terbawa arus air dan tenggelam bersama terbenamnya Matahari),” ujar Lettu Valentinus.

Serupa juga ungkapakan oleh korban Yosep, bahwa peristiwa yang telah terjadi hendaknya tidak lantas mengganggu  bahkan memutus hubungan pertemanan antara Ia dengan TNI-Polri. Begitu pun dengan Fendy (lawan tengkar Yosep). Ia justru berharap, agar tali silaturahmi antara Ia dengan TNI-Polri begitu pula kepada Fendy (lawan tengkar Yosep) tidak lantas mengganggu tali silaturahmi ke depan yang lebih erat lagi.

“Porong eme cumang tau one salang neka manga ndu’us tau, dasor mangan oe tau neho ata pande olo main (semoga tidak ada lagi amarah. Dan tidak saling merengut ketika bertemu di jalan dan hendaknya tetap ada saling tegur sapa. Sebagaimana yang telah terjalin sebelumnya).” Ungkap Yosep.

Sebagai wujud keikhlasan dan kesungguhan untuk berdamai, acara perdamaian tersebut selanjutnya sakralkan melalui acara adat tudak manuk. Tudak manuk oleh tua adat dengan memegang seekor ayam di tangan sambil menyampaikan permohonan dengan menggunakan go’et-go’et (pribahasa) Manggarai. Yaitu menyampaikan dan meminta restu agar para leluhur menyaksikan dan merestui perdamaian tersebut.

Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel