Antologi puisi Ronaldus Heldaganas ini hadir dari sejumlah perkara perasaan. Siapa yang tak pandai merefleksi akan menjadi problem bagi tubuhnya dan retaknya lingkungan sosial. Sejumlah puisi Ronal Heldaganas lahir dari sejumlah refleksi melawan pertikaian rasa yang selalu ingin menampak diri di permukaan. Dari UNIKA St. Paulus Ruteng Ronaldus Heldaganas menyuguhkan kita sejumlah perkara perasan dalam melawan rindu, perkara perasaan dalam melawan realitas waktu. Hingga lingkungan kampus sebagai ruang bertemunya manusia yang menciptakan beragam kenangan.

Hilang Menjadi Kenangan
Kesedihan itu kembali dirajut malam yang begitu tenang
Kumenyelam dalam karam yang dalam
Atas keheningan kuberdiam diri dalam ruang
Membisu tak tentu bersama waktu kutenggelam
Gerak-gerikku terbatas atas langkah
Senyap suara menerpa dalam kesunyian
Buatku tak mampu meratap keramaian
Hilang sudah jalanku tanpa arah
Bintang-bintang sudah tak nampak di langit malam
Sebuah kehilangan sudah lama menikam
Hanya kerinduan yang mampu menceritakan
Dalam tangisan kucoba ungkapkan semua masa kenangan
Sudah malam yang kesekian kalinya
Wajah yang dulu selalu membayang
Kini hilang ditelan jalannya jarum jam
Aku hanya bisa menanti pada mimpi-mimpi malam.
Ruteng, Juni 2022
Menantikan Wisuda di Akhir Masa Kuliah
Di ujung waktu senja
Aku menyapa dan bercerita
Tentang suatu masa yang tak dilupa
Masa-masa kuliah berakhir di hari wisuda
Meraih mimpi merajut jati diri
Menemukan cinta beralas cita-cita
Kita sudah sungguh siap-siap berlalu
Di ujung tombak kata berpadu
Pisah dengan sejuta kisah
Bertemu pun nanti belum tentu
Andai waktu masih merangkul menjadi satu
Pertemukan kita di tempat yang pernah kita singgah selama masa kuliah
Lorong-lorong sudut gedung kampus menyongsong kekosongan
Ketika kita pergi beranjak nantinya
Pintu utama seolah tak lagi ingin terbuka
Saat ia tak melihat kita berpijak di sana
Itu nanti jika sudah usai masanya
Kita hanya menanti
Semoga bisa terjadi
Selesaikan kuliah di akhir wisuda.
Nggori, 29 Juni 2022.
Rinduku Membendung
Rinduku membendung di penghujung ratapan waktu
Padamu gadis manisku yang tertinggal di kota tua itu
Pilu menghantui hari-hariku
Semenjak beranjak menjauh darimu
Ingin kembali mendekapmu sepenuh hati
Tanpa ragu merangkulmu dengan sungguh
Dan mendengar keluh kesahmu sepanjang hari
Saling menguatkan diri agar tak jatuh menjadi rapuh
Gadis manisku, rinduku masih membendung terkumpul
Aku tahu engkau di sana menjalani hari ditemani sunyi dan sepi
Bayangan-bayang wajah dan jejak terlihat melintas menjadi kekal
Seolah berusaha menemanimu tanpa henti lewati hari-hari
Seutuhnya aku tak ingin meninggalkanmu sendiri
Di sana tempat kita berbagi cerita, canda dan tawa bersahaja.
Nggori, 24 Juni 2022.
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel