Cepat, Lugas dan Berimbang

Belajar Mental Wirausaha dari Noldi: Komunitas Lako Cama Tumbuhkan Semangat Agribisnis Muda Manggarai

infopertama.com – Tujuh anggota Komunitas Agribisnis Muda Lako Cama melakukan lejong edukasi atau kunjungan belajar ke tempat usaha Noldi, seorang pengusaha tempe dan tahu yang sukses membangun usahanya dari nol, 23 Oktober 2023.

Kegiatan ini difasilitasi oleh Yayasan Ayo Indonesia dan MissionProkur SVD Swiss, bertujuan menumbuhkan mental wirausaha di kalangan anak muda Manggarai.

Komunitas Lako Cama sendiri dibentuk pada 7 Oktober 2023 di Kampung Kalo, Desa Lentang, melalui pelatihan kewirausahaan dengan pendekatan lejong—sebuah konsep belajar reflektif dan dialogis khas budaya Manggarai. Anggota komunitas ini berjumlah 15 orang.

Visi komunitas ini adalah “membangun generasi muda Manggarai yang berjiwa wirausaha, inklusif, sosial, tangguh menghadapi tantangan, serta berperan aktif menciptakan perubahan positif melalui agribisnis dan produk olahan pertanian berkelanjutan, yang dilandasi spiritualitas Katolik.”

Bangkit dari Lima Kilogram Kedelai

Dalam lejong edukasi tersebut, para peserta belajar langsung dari kisah hidup Noldi—seorang pengusaha lokal yang memulai perjalanan usahanya pada tahun 2016 hanya dengan lima kilogram kedelai. Dari langkah kecil itulah ia menapaki perjalanan panjang yang penuh perjuangan, pembelajaran, dan pengorbanan.

Namun, jalan menuju kesuksesan tidak selalu mulus. Pada 2019, Noldi menghadapi ujian berat ketika produksi tempenya dari satu ton kedelai gagal berfermentasi. Kerugian yang ditanggung mencapai puluhan juta rupiah.

“Apakah saya menyerah? Tidak. Saya anggap itu ujian yang harus dilalui,” ujar Noldi mengenang. “Saya sudah mengikuti proses sesuai standar, tapi hasilnya gagal. Dari situ saya belajar bahwa setiap kegagalan menyimpan pelajaran yang berharga.”

Keputusan memindahkan lokasi usaha menjadi titik balik yang membawa kesuksesan baru. Dalam proses itu, Noldi banyak belajar dari teman-teman wirausahawan lain dan terus berdoa agar tetap kuat menghadapi cobaan. “Kuncinya sabar dan tetap berpikir positif,” katanya.

Belajar dari Akar Keluarga dan Tradisi

Kisah Noldi juga berakar dari perjalanan keluarganya. Kakeknya dulu dikenal sebagai sosok yang dihormati dan berkecukupan secara ekonomi. Namun, di masa ayahnya, kondisi keluarga berubah drastis hingga membuat Noldi tidak dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Alih-alih menyerah, ia menjadikan masa lalu itu sebagai pelajaran. “Saya ingin membangkitkan kembali kejayaan kakek saya, tapi dengan cara yang lebih bijak—belajar tanpa henti, membangun relasi yang sehat, dan mendekatkan diri kepada Tuhan,” ujarnya.

Salah satu cara Noldi menjaga semangat adalah dengan melestarikan tradisi adak teing hang kolang—ritual syukur keluarga yang ia lakukan setiap tahun sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur dan sumber kekuatan batin.

Doa, Relasi, dan Integritas sebagai Kekuatan

Dalam menjalankan usahanya, Noldi selalu mengandalkan tiga hal utama: belajar, membangun relasi positif, dan berdoa. Ia meyakini bahwa lingkungan yang sehat berpengaruh besar terhadap keberhasilan seseorang.

“Saya memilih berteman dengan orang-orang yang searah visi. Saya menjauh dari lingkungan yang negatif. Relasi yang sehat itu penting,” tegasnya.

Nilai kepercayaan juga menjadi prinsip utama dalam usahanya. Noldi aktif menjadi anggota koperasi kredit yang membantunya dalam hal permodalan.

“Menjadi anggota koperasi bukan hanya soal pinjaman modal, tapi soal menjaga kepercayaan. Kredibilitas itu segalanya,” ujarnya.

Dengan dukungan koperasi kredit, Noldi mampu mengembangkan usahanya secara bertahap dan berkelanjutan. Kini, ia mengelola berbagai bidang usaha, mulai dari produksi tempe dan tahu, toko kebutuhan harian, hingga kebun hortikultura.

Seluruh usaha tersebut menjadi sarana untuk mewujudkan kemandirian ekonomi sekaligus meningkatkan kesejahteraan keluarga. Untuk mendukung operasional bisnisnya, Noldi juga memiliki satu unit dump truck dan satu unit pick-up L300.

Peran Istri dan Nilai Keluarga

Di balik keberhasilan Noldi, ada peran besar istrinya yang berfungsi sebagai bendahara keluarga. Ia mengelola keuangan rumah tangga dengan cermat dan disiplin menabung setiap bulan.

“Istri saya adalah pengatur keuangan terbaik. Kami sering berdebat soal ide, tapi bukan untuk saling menyalahkan. Semua demi mencari solusi terbaik untuk keluarga,” kata Noldi sambil tersenyum.

Kini mereka memiliki enam orang karyawan, tiga di antaranya perempuan. Selain membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga, usaha Noldi juga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat di sekitarnya.

Dari Kegigihan Menuju Arti Hidup

Dalam keseharian, Noldi tetap menjunjung nilai syukur dan kepedulian sosial. Ia rutin memasukkan kolekte harian ke kaleng yang disiapkan khusus untuk kegiatan sosial, membantu umat di Komunitas Basis Gerejani (KBG), dan bahkan pernah menyumbangkan sebuah sepeda motor untuk seorang imam Katolik.

Bagi Noldi, kesuksesan bukan sekadar tentang materi, melainkan tentang berbagi dan memberi makna bagi orang lain. “Kebahagiaan sejati adalah ketika kita bisa menolong sesama,” ujarnya.

Inspirasi bagi Generasi Muda

Salah satu peserta lejong edukasi, Nelci Amung, mengaku sangat terinspirasi oleh sosok Noldi.

“Om Noldi adalah sosok inspiratif di balik usaha tahu dan tempe yang sukses. Dari beliau saya belajar bahwa kesuksesan besar berawal dari langkah kecil dan keberanian memulai dari nol,” ujarnya.

“Yang paling membekas adalah pesannya: jangan takut gagal, karena dari kegagalanlah lahir kekuatan dan kebijaksanaan.”

Kisah Noldi menjadi bukti nyata bahwa kerja keras, doa, dan relasi yang sehat mampu melahirkan keberhasilan yang tidak hanya mengubah hidup seseorang, tetapi juga memberi dampak bagi lingkungan sekitar.

Sebuah Teladan dari Kampung Null

Perjalanan Noldi adalah cerminan dari perpaduan antara usaha, iman, relasi, dan nilai keluarga. Ia berhasil mengubah keterbatasan menjadi kekuatan dan menjadikan usahanya sebagai sarana berbagi berkah bagi banyak orang.

Bagi para anggota Lako Cama, pengalaman belajar bersama Noldi bukan sekadar kegiatan edukasi, melainkan pembelajaran hidup yang menginspirasi. Dari lima kilogram kedelai, mereka menyaksikan bagaimana kerja keras, ketulusan, dan semangat pantang menyerah dapat mengubah hidup seseorang—dan bahkan menggerakkan sebuah komunitas

                    

Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel