Cepat, Lugas dan Berimbang

Upaya Mengurangi Ancaman Dampak Perubahan Iklim, Yayasan Ayo Indonesia Duduk Bareng Petani

Borong, infopertama.com – Yayasan Ayo Indonesia melalui program Voice for Inclusiveness Climate Resillience Actions (VICRA) menyelenggarakan suatu pertemuan dengan kelompok tani, orang muda, dan kelompok wanita tani di kebun milik kelompok NerdiFarm Mbolata Kel. Watu Nggene, Kecamatan Kota Komba, Manggarai Timur, Sabtu (5/8/2023) untuk menyebarluaskan hasil budget tracking APBD II Kab. Manggarai Timur tahun 2023 dan studi tentang tingkat kerentanan petani terhadap dampak perubahan iklim.

Tujuan dari kegiatan ini, jelas Rikhardus Roden, Koordinator Program adalah meningkatkan kemampuan dan keterampilan dari kelompok tani. Tentu dalam memperjuangkan haknya sebagai warga negara agar kebijakan pembangunan pertanian di kab. Manggarai Timur menitik beratkan pada upaya menghadapi ancaman perubahan iklim.

Kepada para peserta pertemuan, Rikhard, menjelaskan kebijakan pembangunan khusus di bidang pertanian dari Pemerintah Kab. Manggarai Timur sudah mengarah kepada upaya mengurangi ancaman dampak Perubahan Iklim dengan membangun Prasarana Pertanian, Pengembangan Prasarana Pertanian, Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan, menyediakan bantuan perbenihan padi yang tahan terhadap kondisi kering, penyediaan benih sorgum serta alat dan mesin pertanian (alsintan). Namun, tampaknya belum ada program kegiatan yang kerkait penguatan kapasitas para petani agar memiliki ketangguhan menghadapi dampak perubahan iklim. Misalnya pelatihan tentang penerapan tehnologi adaptif, sekolah lapang pertanian dan iklim.

Sedangkan hasil analisis tingkat kerentanan dari 100 respoden (petani) yang diwawancara dan berdasarkan data sekunder profil desa/kelurahan untuk mengidentifikasi kondisi biofisik pemukiman dan lahan pertanian, pendapatan petani, dan tingkat pendidikan maka tingkat kerentanan masyarakat di 4 lokasi studi, yaitu desa Golo Ngawan, desa Golo Ndari, Kelurahan Rana Loba dan Kelurahan Watu Nggene dinilai sangat tinggi. Sebab, tingkat pendidikan mereka rendah, pendapatan rendah, dan lahan pertanian umumnya terletak di lokasi yang rawan banjir dan longsor.

Dampak Perubahan Iklim
Rikhardus Roden (Topi Hitam) Koordinator Program Yayasan Ayo Indonesia saat berdiskusi dengan para petani (ist)

Berdasarkan fakta ini Yayasan Ayo Indonesia bersama wakil kelompok tani pada Juli 2023 ketika mengikuti diskusi publik untuk pembahasan aksi cepat adaptasi dan mitigasi yang selenggarakan oleh Bappeltibangda menyetujui tawaran aksi mitigasi dan adaptasi yang diajukan oleh Kelompok Kerja Perubahan Iklim Manggarai Timur melalui kegiatan sekolah lapang pertanian dan iklim, pengembangan pertanian organik, pembangunan Unit Pengolahan Hasil (UPH) pupuk organik, integrasi pangan (promosi pangan lokal sorgum) dan bantuan benih padi yang tahan kering. Aksi-aksi ini akan dimasukkan ke dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Manggarai Timur tahun 2024.

Oleh karena itu, Rikhard mengajak agar kelompok yang hadir pada pertemuan hari ini, Sabtu (5/8/2023), aktif berkoordinasi dengan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) mengajukan usulan guna mendapatkan dukungan pemerintah pada tahun 2023 dan tahun 2024. Baik untuk mendapatkan bantuan berupa benih sayur-sayuran/padi/sorgum, peralatan pertanian maupun pelatihan-pelatihan peningkatan kapasitas agar memliki ketangguhan menghadapi perubahan iklim.

Yustina Ngguna (65 tahun) petani sayur-sayuran asal kampung kalabumbu, Kelurahan Watu Nggene sangat mengharapkan dukungan pemerintah agar usahanya tetap berjalan meski terjadi perubahan iklim, misalnya dalam bentuk plastik mulsa.

Mama Yustina

“Sejak tahun 2002, saya menanam sayur-sayuran sebagai sumber penghidupan keluarga untuk membiayai pendidikan anak-anak. Namun, pada saat dureng yang curahnya tinggi bulan januari hingga maret tidak bisa menanam sayur-sayuran. Banyak hama ulat yang muncul dan sayur-sayuran menjadi rusak. Kemudian bulan September juga tidak bisa tanam sebab suhu tanah sangat tinggi lantas sayur-sayuran menjadi layu dan mati, ini terjadi pada 5 tahun terakhir. Iklim sudah berubah,” ungkap Yustina.

Yohanes Nerdi, Duta Petani Andalan Kab. Manggarai Timur tahun 2021 dan juga menjadi ketua kelompok NerdiFarm yang merupakan tuan rumah pada pertemuan para petani tersebut berbagi pengalaman tentang tehnologi irigasi tetes yang ia terapkan di atas lahan seluas ¼ hektar sebagai aksi adaptasi terhadap perubahan iklim, khusus untuk penghematan penggunaan air dan biaya produksi.

Menurut dia, sejak penerapan tehnologi irigasi tetes tahun 2021, lahan usahanya tetap berproduksi aneka jenis sayuran dan buah semangka. Sebagai petani, kata Nerdi, tidak boleh patah semangat jika menghadapi masalah. Petani harus bersikap dan bermental wirausaha. Tidak boleh menyerah tetap berproduksi, dengan cara banyak belajar kepada petani yang telah sukses atau di youtube.

Keberhasilan kita dalam berusaha tergantung mental kita, ujar Nerdi. Maka sebaiknya masalah/tantangan dipandang sebagai bagian dari perjalanan kita menuju kesuksesan, jika kita mengalami kegagalan itu merupakan pembelajaran. Sedangkan sukses itu adalah buah dari banyaknya pembelajaran yang kita peroleh dalam berproses.

Dampak Perubahan Iklim
Duta Petani Manggarai Timur, Yohanes Nerdi pemilik NerdiFarm

Usaha di bidang Pertanian Hortikultura saat ini, kata Nerdi, sangat menantang para petani, sebab langsung berhadapan dengan kondisi perubahan iklim.

Kepada para peserta pertemuan, Nerdi mengatakan bahwa banyak juga petani yang mengeluh tanah tidak subur, sebenarnya “kesuburan” mulai dari pikiran. Jika pikiran subur maka petani bisa mengelola lahan pertaniannya secara cerdas sehingga aktivitas dalam usaha tani menjadi seru dan menyenangkan. Sekarang ini dibutuhkan petani yang tangguh untuk menyesuaikan dengan perubahan iklim sehingga tetap berproduksi secara kontinyu dan konsisten.

Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel