Ruteng, infopertama.com – Lalu lintas jalan di pertokoan Ruteng hari ini (Kemarin -Pen) agak padat, tampak manusia hilir mudik sambil memperhatikan kiri-kanan, kuatir ditabrak kendaraan. Kekuatiran itu bukan tanpa alasan, pasalnya trotoar yang tersedia buat pejalan kaki itu kini beralih fungsi.
Fungsi Trotoar yang peruntukannya khusus buat pejalan kaki malah berubah jadi lahan parkir kendaraan pribadi. Seperti mobil box milik tuan toko Bahagia, yang secara sengaja menggunakannya.
Tuan Toko Bahagia ketika ditanyai alasannya menggunakan fasilitas umum khusus pejalan kaki tersebut mengaku bahwa itu adalah miliknya, bukan milik umum.
“Itu milik saya, itu got bukan trotoar” ketus pria berperawakan tinggi besar itu.

Sementara itu, tak jauh dari situ, tampak dua orang berseragam dinas perhubungan kabupaten Manggarai sibuk mengatur parkiran sepeda motor. Satu dari mereka kepada media menjelaskan bahwa itu memang trotoar. Namun, enggan berkomentar soal klaim pihak toko Bahagia.
“Ini memang trotoar ka, bahwa di bawahnya ini ada got itu juga benar,” tukas pegawai perhubungan itu, Senin, (05/09/22).
Larangan Menguasai dan Memiliki Trotoar
Trotoar merupakan salah satu fasilitas pendukung penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan di antara fasilitas-fasilitas lainnya. Seperti lajur sepeda, tempat penyeberangan pejalan kaki, halte, dan/ atau fasilitas khusus bagi penyandang cacat dan manusia usia lanjut sebagaimana yang dikatakan dalam Pasal 45 ayat (1) Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (“UU LLAJ”).
Penyediaan fasilitas-fasilitas pendukung (termasuk trotoar) di atas diselenggarakan oleh pihak pemerintah bergantung pada jenis jalan tempat trotoar itu dibangun [Pasal 45 ayat (2) UU LLAJ].
a. Untuk jalan nasional, diselenggarakan oleh pemerintah pusat;
b. Untuk jalan provinsi, diselenggarakan oleh pemerintah provinsi;
c. Untuk jalan kabupaten dan jalan desa, diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten;
d. Untuk jalan kota, diselenggarakan oleh pemerintah kota;
e. Untuk jalan tol, diselenggarakan oleh badan usaha jalan tol.
Penting anda ketahui, ketersediaan fasilitas trotoar merupakan hak pejalan kaki yang telah disebut dalam Pasal 131 ayat (1) UU LLAJ. Ini artinya, peruntukan trotoar untuk pejalan kaki, bukan untuk orang pribadi.
Lebih lanjut dalam Pasal 25 ayat (1) huruf h UU LLAJ bahwa setiap jalan yang digunakan untuk lalu lintas umum wajib lengkapi dengan perlengkapan jalan. Yang salah satunya berupa fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang berada di jalan dan di luar badan jalan. Ini artinya, sebagai salah satu fasilitas pendukung jalan, trotoar juga merupakan perlengkapan jalan.
Masih berkaitan dengan trotoar sebagai perlengkapan jalan, berdasarkan Pasal 28 ayat (2) UU LLAJ, setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang mengakibatkan gangguan pada fungsi perlengkapan jalan.
Sanksi
Ada 2 (dua) macam sanksi yang dapat dikenakan pada orang yang menggunakan trotoar sebagai milik pribadi dan mengganggu pejalan kaki.

- Ancaman pidana bagi setiap orang yang mengakibatkan gangguan pada fungsi perlengkapan jalan adalah dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah) (Pasal 274 ayat (2) UU LLAJ); atau
- Setiap orang yang melakukan perbuatan yang mengakibatkan gangguan pada fungsi Rambu Lalu Lintas, Marka Jalan, Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, fasilitas Pejalan Kaki, dan alat pengaman Pengguna Jalan, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) (Pasal 275 ayat (1) UU LLAJ).
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel