Pekan Biasa V
Senin, 7 Januari 2022
1Raja-Raja 8: 1-7.9-13; Markus 6: 53-56
Setelah Rumah Allah selesai dibangun, Raja Salomo memerintahkan tua-tua Israel dan semua kepala suku … untuk mengangkut tabut perjanjian Tuhan dari kota Daud, yaitu Sion. Dan, menempatkannya di dalam rumah Allah yang barusan dibangun itu … Kemudian imam-imam membawa tabut perjanjian Tuhan itu ke tempatnya, yakni di ruang belakang rumah itu. Di tempat mahakudus, tepat di bawah sayap kerub-kerub (1Raj 8: 1.6).
Ketika imam-imam keluar dari tempat kudus, turunlah awan memenuhi rumah Tuhan, sehingga oleh karena awan itu, imam-imam tidak tahan berdiri untuk menyelenggarakan kebaktian. Sebab kemuliaan Tuhan memenuhi rumah itu. Pada waktu itu berkatalah Salomo: “Tuhan telah menetapkan matahari di langit, tetapi Ia memutuskan untuk diam dalam kekelaman. Sekarang aku telah mendirikan rumah kediaman bagi-Mu, tempat Engkau menetap selama-lamanya” (1Raj 8: 10-13).
Dari kata-kata Raja Salomo ini, tampak ada satu kontradiksi. Pada satu sisi, kemuliaan Tuhan memenuhi seluruh rumah-Nya. Bahkan Tuhan telah menetapkan matahari di langit. Tetapi pada sisi lain Tuhan memutuskan untuk diam dalam kekelaman.
Menjadi pertanyaan, apakah Tuhan tidak suka dengan kemuliaan atau terang matahari?
Tentu saja Tuhan menyukai terang kemuliaan. Akan tetapi Ia tidak mau berpisah dari manusia yang mengalami kekelaman. Dengan terang kemuliaan-Nya Tuhan tetap hadir dalam kekelaman atau kegelapan hidup manusia. Tujuannya adalah agar manusia tidak terus bertahan dalam kehidupan yang kelam atau gelap karena dosa, tetapi dengan terang kemuliaan Tuhan, manusia mesti berani keluar dari kehidupan yang kelam dan gelap. Manusia seperti “binatang laron” yang keluar dari sarangnya yang gelap karena melihat cahaya lampu atau matahari yang bersinar di luar sarangnya yang gelap itu.
Seperti binatang laron itu, manusia di dalam “sarang hidupnya yang gelap karena dosa” ingin keluar untuk melihat dan mengalami terang kemuliaan dari Tuhan sendiri.
Sebab itu ketika Tuhan diam di dalam kekelaman atau kegelapan dosa kita, bangkitlah dan bangunlah dengan penuh kesadaran dari dosa dan salah kita. Dari tengah kekelaman dosa, milikilah selalu kerinduan yang mendalam akan terang kemuliaan dari Tuhan. Tuhan tinggal dan masuk di dalam kegelapan kita bukan karena Ia senang dengan kegelapan dosa dalam hidup kita. Tetapi karena Tuhan ingin mengangkat kita keluar dari kegelapan dosa untuk memindahkan kita kepada terang kemuliaan hidup-Nya yang merupakan tujuan kerinduan hati kita.
Doaku dan berkat Tuhan
Mgr Hubertus Leteng
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel