Cepat, Lugas dan Berimbang

Slowpy, Produk Lokal UMKM Paroki Ranggu Nongol di Festival Golo Curu 2023

Ruteng, infopertama.com – Deretan Botol Kaca  berukuran tanggung tampak berjejer pada salah satu tenda (Lapak) di pelataran Katedral Ruteng saat acara pembuka pameran Festival Golo Curu, Rabu (04/10/2023).

Slowpy /Sopi Ranggu, tulisan yang ada pada sisi botol seakan memberi penjelasan tentang isi dalam botol kaca tersebut. Terpisah dari jejeran botol lainnya, satu botol tampak terpisah, sebagai tester jika ada yang ingin merasakan efek hangat yang mampu menyegarkan badan.

Frau Lyan, atau ikeng Lyan biasa disapa yang stay di tenda itu tampak semangat memberikan penjelasan ke setiap orang yang mampir. Entah nanti membeli Slowpy atau hanya sekedar numpang mampir menggodanya, Ikeng Lyan tak peduli.

Bagi Lhyan, yang terpenting botol demi botol Slowpy di lapak itu laku terjual. Tak perlu merogoh kantong lebih dalam. Hanya dengan Rp60 ribu saja, sudah bisa bawa pulang satu botol Slowpy khas UMKM Paroki Ranggu, Manggarai Barat.

Kepada infopertama.com, Ia nampak semangat menjelaskan soal Slowpy khas Ranggu itu, Rabu, (04/10/23) malam.

Menurut penjelasan Ikeng Lhyan, UMKM Paroki Ranggu hanya mengurusi bagian packaging hingga usaha tuk pemasaran saja. Sementara, tuk proses produksi sampai benar-benar menjadi minuman penghangat badan bagian dari kerja para petani nira, yang bermitra dengan UMKM Paroki Ranggu. Sopi hasil hasil produksi para petani Nira itu kemudian mereka jualkan ke UMKM.

“Petani Nira jual sopi ke UMKM, lalu kami di UMKM yang buatkan kemasannya dengan merek Slowpy ini. Ada dua jenis atau kelas yang kami beli berdasarkan kualitas sopi. Pertama, sopi biasa, dan kedua kami sebut sebagai Bakar Menyala atau BM.

Tuk Sopi biasa,  kami pasarkan lagi dengan harga Rp60 ribu perbotol 600 ml. Sedangkan tuk BM, harga jualnya pasti lebih mahal, lanjutnya menjelaskan.

Slowpy

Masih menurutnya, bahwa UMKM Ranggu selama ini kesulitan tuk memasarkan produk Slowpy tersebut. “Selama ini hanya jual di Paroki Ranggu saja, sebagian bawa ke Labuan Bajo atau Ruteng jika ada permintaan. Biasanya, dari yang sudah pernah mencoba dan punya kepedulian bagi para Petani Nira di Paroki Ranggu.” Tutur Lhyan sembari mengumbar senyum ke pengunjung lain yang mampir di tendanya.

Dengan membeli Slowpy, kata Lhyan berarti membantu perekonomian sesama saudara di Paroki Ranggu yang masih bergantung dari olahan Nira.

Sementara itu, RD Lorens Saya, Pr pastor Paroki Ranggu yang ditemui di lokasi sangat berharap campur tangan pihak lain dan pemerintah akan keberlangsungan Slowpy hingga menjadi legal produk.

“Ini merupakan produk rintisan buat UMKM, buat kehidupan umat, para petani nira yang sangat bergantung pada penjualan sopi.” Beber RD Lorens.

Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel