Puisi-Puisi Yunita Sedia

Yunita Sesia
Yunita Sedia (Yuni), Mahasiswi PBSI Unika St. Paulus Ruteng angkatan 2020. (Foto: Dokumen Pribadi)

Yunita Sedia, begitulah nama panjang mahasiswi yang satu ini, Ia merupakan mahasiswi prodi PBSI Unika Santu Paulus Ruteng. Teman-teman di kampus mengenalnya dengan nama Yuni, tanpa ta. Kalaupun ada tambahan di belakang Yuni katanya pasti Sedia, bukan yang lain. Toh itu namanya.

Belum ada tambahan seperti nama wanita beruntung semisal istri pejabat. Di belakang nama asli mereka, ada tambahan nama sang pendamping.

Ahh sudalah, Yunita Sedia, ehh Yuni maksudnya memiliki beberapa puisi, seperti penjelasan di atas yang hanya berakhir pada nama Sedia, puisi-puisinya pun berkisah seputar kegundahan hati wanita umumnya.

Ia mungkin kadang kecewa, tapi pada titik tertentu Ia merindukan moment itu. Moment bersama orang-orang terdekat, juga terhadap sang Empunya. Salah satu dari karyanya soal Patah Hati. Berikut, beberapa puisi karya Wanita kelahiran Owak pada Mei 2021 silam.

Berbalik dan Bertobat

Serpihan-serpihan kasih-Mu Tuhan
Berantakan di atas kesombonganku
Dibasahi oleh lumuran darah putera-Mu
Memerah seperti kasih-Mu…

Saat ini kuucapkan tobat
Tabir ungu Kau turunkan
Pataka suci perdamaian pun
Kau camkan pada birunya persahabatan…

Tuhan…
Insafku adalah kosong serat afeksi
Tiada usai Tuhan
Kasih-Mu abadi
Cinta-Mu kekal…

Pada saat ini, di perbatasan puji-pujian
Engkau membangunkan jembatan yang kuat
Pada tempat itulah kaki-kakiku
Engkau membiarkan menginjakinya
Tiada bernoda
Tuhanku
Tiada lagi…

Sajak Merindu


Saat ini kutuliskan nostalgia tentang k ita
Rintikan rindu berlahan membasahi
Terbentang antara engaku dan aku…

Saat kudendangkan syair ini
Alunan melodi syaduh menyentuh hatiku yang memerah…

Tentang kita kuabadikan
Kisahkita kukekalkan
Pada kata dan syair
Kertas putih dibanjir air mata…

Cinta ini
Kuberikan
Untuk-mu

Penyiksaan Pertama

Tercabik muka-Nya dinodai oleh gerombolan pendosa
Liur-liur penghianat melekat pada mukaNya…

Aroma Zaitun yang menyatu dengan keserakahan semesta
Cacat yang mencakup semua benua berayun pada dahan-Mu…

Ah…
Rupa yang begitu ramah
Tiada pantas digampar para pendosa
Abu-abu asmara tengah membias di sana…

Aba…..
Terjadilah
Semuanya akan ku teguk…

Sajak Pata Hati

Kekasih…
Sahajamu memikat kesombonganku
Engkaulah air di padang yang gersang
Kurindu cerita kita meski pedih
Mengguyuri kisah yang dahaga…

Kekasih….
Pada senja ini kukecup kisah kita yang telah patah
Indah dan memukau kekasihku
Namun kini bagai dian yang meredup
Tak lagi bersuara
Kekasihku
Tak lagi…

Syair Perindu

Teruna…
Terang matamu menatapku
Membelai lembut pada rinduku
Lewat kaul yang terucap pada malam itu
Hasrat ini meleleh
Pada hati yang kini telah membiru…

Teruna…
Kau membujukku untuk menutup kisah ini
Memilih seia sekata
Malam-malam itu kini perih
Rinduku memudar
Teruna
Ia memudar……

error: Sorry Bro, Anda Terekam CCTV