Sorgum telah terbukti dapat hidup di lahan kritis sehingga harus dibubidayakan setiap tahun menjadi pangan alternatif dan pakan bagi ternak untuk mengurangi ketergantungan kepada beras dan pisang, untuk diketahui bahwa pada 2 tahun terakhir pisang tidak bisa dipanen akibat terserang penyakit dan hasil padi juga menurun tidak bisa dijual padahal beras merupakan sumber penghidupan atau penopang ekonomi dari petani sawah.
Selain itu, cita-cita kami, tambah Iwan, Desa Tal menjadi desa sorgum sebagai suatu identitas baru, tidak hanya dikenal sebagai desa penghasil beras. Untuk mencapai hal itu,lanjutnya, Pemerintah Desa Tal terus memperkuat kerjasama dengan Yayasan Ayo Indonesia, Kehati dan Pemerintah Kabupaten, bahkan harapan kami Bupati Manggarai mengeluarkan regulasi yang menetapkan sorgum sebagai pangan alternatif di Manggarai.
Sedangkan Rikhardus Roden Urut, sebagai narasumber pada kegiatan tersebut memaparkan tentang situasi yang berkaitan dengan ketahanan pangan di Manggarai. Menurut Dia berdasarkan Data BPS tahun 2022, sejak tahun 2018 hingga 2022, produksi padi di Manggarai menurun sebesar 10,9 persen padahal total luasan lahan padi sawah Kabupaten Manggarai sebesar 11.226 hektar. Penurunan ini mungkin ada kaitannya perubahan iklim yang sudah sedang terjadi di Manggarai.
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel