Ruteng, infopertama.com – Produksi padi pada 4 tahun terakhir di Desa Tal, kec. Satar Mese mengalami penurunan dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu 1). Serangan hama dan penyakit yang menyebabkan tanaman padi tumbuh kerdil dan malai padi menjadi lebih pendek. Bahkan batang padi mengering ketika fase pembungaan. Dan, 2). Perubahan pola iklim dimana musim kering agak lama dan jika turun hujan intesitasnya sangat tinggi merusak pertanaman padi.
Pernyataan ini disampaikan oleh Yustinus Wanjunedi, Kepala desa Tal pada kegiatan sosialisasi budidaya sorgum untuk tujuan ketahanan pangan dan ekonomi pada situasi perubahan iklim yang sedang terjadi. Giat sosialisasi ini berlangsung di Aula Kantor Kepala Desa Tal, Kecamatan Satar, Kabupaten Manggarai, Kamis (22/6/2023).
Kegiatan sehari ini diselenggarakan oleh Yayasan Ayo Indonesia dan Pemerintah Desa Tal. Serta, didukung oleh Kedutaan Besar Polandia di Jakarta, dihadiri oleh 15 orang kelompok Tani Sorgum desa Tal.
Yosep Sudarso, Koordinator Program di Yayasan Ayo Indonesia kepada para peserta sosialisasi mengatakan bahwa Yayasan Ayo Indonesia dengan 8 Pemerintah Desa di Kawasan Pantai Selatan Kab. Manggarai bekerjasama untuk melaksanakan suatu proyek dengan judul memperkuat ketahanan petani kecil untuk menghadapi dampak perubahan iklim dan krisis pangan global melalui upaya promosi pangan lokal jenis sorgum yang kaya nutrisi kepada keluarga-keluarga di perdesaan di Manggarai. Tujuan program ini, jelas Yosep, adalah untuk meningkatkan ketahanan petani kecil dalam menghadapi dampak krisis pangan akibat efek perubahan iklim yang sedang berlangsung.
Yustinus Wanjunedi, Kepala Desa Tal pada penyampaian sambutannya mengungkapkan bahwa Pemerintah Desa Tal berkomitmen untuk mengembangkan sorgum untuk menyikapi persoalan menurunnya hasil padi bagi sebagian besar petani sawah di desanya.
Potensi lahan cukup tersedia seluas. Sejak tahun 2021 Pemerintah Desa Tal bekerjasama dengan Yayasan Ayo Indonesia dan Yayasan Kehati Jakarta untuk program pengembangan sorgum, kata Iwan. Dan, sejauh ini beberapa petani di Desa Tal telah menanam sorgum secara rutin di lahan kering yang sebelumnya tidak dimanfaatkan.
“Saya selaku kepala desa yang dipercayakan oleh masyarakat Tal untuk membangun Desa Tal menuju visinya, yaitu, Desa Tal Lebih Maju, Jujur, Mandiri, Adil, Sejahtera dan Lebih Ramah, Cepat dan Tepat terus menerus mendorong petani untuk menanam sorgum. Tidak hanya omong saja, tetapi saya sendiri menanam sorgum di atas lahan ¼ hektar pada tahun 2022. Sekarang, hasilnya mencapai 600 kg sorgum. Saya harus berbuat dulu untuk meyakinkan masyarakat bahwa sorgum dapat tumbuh di Tal dan bisa dimanfaatkan sebagai pangan sehat dan bergizi. Mengubah cara berpikir orang yang paling tepat adalah dengan cara memberi kesaksian tentang yang telah berhasil kita kerjakan,” ujarnya.
Berdasarkan pengalaman ini, jelas Iwan, pada tahun 2023 pemerintah Desa Tal mengalokasikan anggaran dari dana desa menyelenggarakan suatu pelatihan paska panen sorgum untuk melatih orang muda mengolah sorgum menjadi beras, tepung, dan aneka jenis kue berbahan baku tepung sorgum.
Tujuan pelatihan ini, tegasnya, adalah untuk meningkatkan keterampilan dan mendorong orang muda membangun UMKM kuliner berbahan baku tepung sorgum. Untuk mencapai tujuan ini, salah satu kebijakan desa adalah menghibahkan peralatan-peralatan pengolahan paska panen kepada orang muda agar mereka memproduksi aneka olahan pangan sorgum secara rutin. Pengembangan UMKM dimaksudkan untuk menciptakan lapangan bagi orang muda sehingga mereka tidak perlu mencari uang di luar daerah. Mereka bisa mengelola potensi pangan lokal sebagai sumber penghidupan, peluang pasar produk UMKM Kuliner di Manggaraia terbuka lebar.
Ke depan lanjut Iwan, Pemerintah Desa bersama masyarakat khususnya petani muda mengembangkan sorgum di atas lahan kritis seluas 56.65 hektar untuk menjamin ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat di Desa Tal.
Sorgum telah terbukti dapat hidup di lahan kritis sehingga harus dibubidayakan setiap tahun menjadi pangan alternatif dan pakan bagi ternak untuk mengurangi ketergantungan kepada beras dan pisang, untuk diketahui bahwa pada 2 tahun terakhir pisang tidak bisa dipanen akibat terserang penyakit dan hasil padi juga menurun tidak bisa dijual padahal beras merupakan sumber penghidupan atau penopang ekonomi dari petani sawah.
Selain itu, cita-cita kami, tambah Iwan, Desa Tal menjadi desa sorgum sebagai suatu identitas baru, tidak hanya dikenal sebagai desa penghasil beras. Untuk mencapai hal itu,lanjutnya, Pemerintah Desa Tal terus memperkuat kerjasama dengan Yayasan Ayo Indonesia, Kehati dan Pemerintah Kabupaten, bahkan harapan kami Bupati Manggarai mengeluarkan regulasi yang menetapkan sorgum sebagai pangan alternatif di Manggarai.
Sedangkan Rikhardus Roden Urut, sebagai narasumber pada kegiatan tersebut memaparkan tentang situasi yang berkaitan dengan ketahanan pangan di Manggarai. Menurut Dia berdasarkan Data BPS tahun 2022, sejak tahun 2018 hingga 2022, produksi padi di Manggarai menurun sebesar 10,9 persen padahal total luasan lahan padi sawah Kabupaten Manggarai sebesar 11.226 hektar. Penurunan ini mungkin ada kaitannya perubahan iklim yang sudah sedang terjadi di Manggarai.
Berdasarkan hasil kajian dari BPN/ Bappenas, Kabupaten Manggarai ditetapkan sebagai daerah top prioritas untuk penerapan pendekatan pembangunan berketahanan iklim di sektor pertanian, khusus pertanian pangan.
Dengan demikian, ungkapnya, semua pemangku kepentingan di Manggarai harus memberi perhatian terhadap isu ini dengan menyebar luaskan informasi tentang dampak perubahan iklim dan mencari aksi adaptif dan mitigatif.
Pada akhir kegiatan peserta membentuk kepengurusan kelompok tani sorgum desa Tal, berjumlah 15 orang.
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel