Cepat, Lugas dan Berimbang

Pilih Mana, Menjadi Mahasiswa Kupu-Kupu atau Kura-Kura

Mahasiswa Kupu-Kupu
Ilustrasi Mahasiswa (ist)

Ruteng, infopertama.com – Pasti kamu pernah mendengar istilah mahasiswa kupu-kupu atau mahasiswa kura-kura kan. Namun apakah kamu mengetahui arti dari mahasiswa kupu-kupu dan/atau kura-kura?

Di dalam dunia perkuliahan sendiri tidak asing dengan julukan mahasiswa kupu-kupu, selain mahasiswa kupu-kupu, terdapat juga beberapa julukan lainnya, yaitu mahasiswa kura-kura, dan juga mahasiswa kunang-kunang.

Namun tahukah kamu mahasiswa kupu merupakan sebuah singkatan dari mahasiswa kuliah pulang kuliah pulang.

Mahasiswa yang disebut kupu-kupu dikarenakan hanya berfokus pada perkuliahan saja, tanpa adanya bersosialisasi dengan teman-teman lainnya.

Selesai kuliah, yang bersangkutan akan memilih pulang daripada melakukan aktivitas lain seperti mahasiswa yang lain.

Bagi mahasiswa jenis ini, dunia hanya seputar rumah dan juga kampus saja.

Biasanya mahasiswa jenis ini tidak mengikuti kegiatan mengikuti kegiatan atau perhimpunan di kampusnya.

Banyak faktor yang mempengaruhi seorang mahasiswa menjadi mahasiswa kupu-kupu, ada karena faktor keluarga dan juga faktor mahasiswa itu sendiri.

Jika dari keluarga, biasanya karena orangtua yang bersangkutan sangat strict dan tidak ingin anaknya terjerumus ke pergaulan bebas.

Karena itu, ia dibatasi gerak-geriknya sebagai mahasiswa agar tidak masuk ke dunia kampus yang mungkin bisa saja gelap.

Bagi orangtua yang bersangkutan, lebih baik anaknya menjadi anak rumahan saja ketimbang ikut apapun itu yang membuatnya tidak terpantau di dunia luar.

Sementara jika alasannya dari dalam diri yang bersangkutan, maka alasannya mungkin karena memang lebih nyaman di rumah.

Ia lebih nyaman dan merasa bisa lebih fokus belajar jika setelah kuliah langsung pulang.

Menjadi mahasiswa kupu-kupu juga memiliki berbagai dampak, dampak yang paling terasa adalah tidak memiliki banyak teman seperti halnya terjadi pada orang yang lebih aktif berkegiatan.

Lingkungannya menjadi lebih kecil dan tidak punya banyak relasi.

Namun mahasiswa kupu-kupu biasanya memiliki IPK yang tinggi, hal tersebut karena memiliki waktu belajar yang lebih.

Di sisi lain ada juga istilah mahasiswa kura-kura. Yang merupakan akronim dari kuliah rapat kuliah rapat karena banyaknya organisasi yang ia ikuti selama di kampus. Bagi segelintir orang, mahasiswa kura-kura merupakan tolok ukur mahasiswa ideal. Sebab, mahasiswa tersebut dianggap memiliki kontribusi terhadap kampus, bahkan masyarakat luas.

Melalui pemahaman seperti ini, mahasiswa kura-kura mendapatkan stigma yang lebih positif daripada mahasiswa kupu-kupu karena sejalan dengan visi “agent of change”.

Meskipun demikian, belum tentu mahasiswa kura-kura lebih baik daripada mahasiswa kupu-kupu.

Tak dapat dipungkiri bahwa mahasiswa kura-kura memang memiliki kesempatan yang lebih besar dalam berjejaring atau membangun networking. Mahasiswa tipe ini juga menguasai beberapa soft skill, seperti berbicara di depan umum, mengambil keputusan, cara bekerja dalam kelompok.

Hal ini nantinya akan memudahkan mereka dalam pergaulan, bahkan dalam mencari pekerjaan di masa yang akan datang. Akan tetapi, mahasiswa kura-kura seringkali terjebak dalam toxic productivity karena manajemen diri yang kurang baik. Mereka sibuk melakukan berbagai kegiatan dengan segudang program kerja dan aksi nyata. Namun, pada akhirnya yang ia dapat bukanlah pengalaman melainkan rasa lelah berkepanjangan.

Hal tersebut berbeda dengan mahasiswa kupu-kupu yang cenderung tidak suka untuk mengikuti serangkaian aktivitas organisasi di kampus. Biasanya, kelompok mahasiswa seperti ini hanya datang untuk kuliah dan akan pulang setelah kegiatan perkuliahan selesai.

Menjadi mahasiswa kupu-kupu atau mahasiswa kura-kura merupakan pilihan masing-masing individu. Pada dasarnya, kedua tipe mahasiswa ini sama sama memiliki nilai manfaat jika mengetahui apa yang ingin mereka peroleh selama menjadi mahasiswa. Mahasiswa yang terlalu aktif tanpa imbangi dengan manajemen diri yang baik, dapat melalaikan kewajiban untuk menuntut ilmu. Sebaliknya, mahasiswa yang terlalu pasif dan tidak memiliki pengalaman organisasi sama sekali juga akan kesulitan mencari pekerjaan setelah lulus.

*Saduran dari berbagai Sumber

Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel