Wanita membutuhkan monogami. Mengapa?
Walau pun pernikahan dalam masyarakat barat telah menjadi harimau tak bergigi dari persepsi hukum, hal itu masih merupakan ambisi dari kebanyakan wanita. Dan, 91 persen orang masih ingin menikah. Itu karena, bagi wanita pernikahan adalah pernyataan pada dunia bahwa seorang pria menganggapnya ‘istimewa’ dan berniat memiliki hubungan monogami dengannya.
Perasan menjadi ‘istimewa’ ini memiliki efek dramatis pada aksi kimiawi dalam otak wanita yang telah terbukti oleh penelitiaan. Riset-riset telah menunjukan bahwa orgasme seorang wanita rata-rata empat hingga lima kali lebih tinggi di atas tempat tidur pernikahan dan dua hingga tiga kali lebih tinggi dalam sebuah hubungan monogami.
Ada perasaan di antara orang tua bahwa orang muda berpendapat kalau pernikahan merupakan sebuah institusi yang ketinggalan zaman. Hasil penelitian juga berkata bahwa kalau persahabatan adalah hal yang lebih penting daripada hubungan seksual bagi 92 persen dari masing-masing gender.
Kemudian, ketika membicarakan gagasan menikahi satu orang saja sepanjang hidup, 86% wanita dan 75% pria menyukai gagasan itu. Hanya 35% dari pasangan itu merasa bahwa hubungan masa kini lebih baik daripada generasi orang tua mereka.
Kesetiaan Adalah Prioritas Wanita
Kesetiaan adalah prioritas tertinggi bagi wanita. Berdasarkan tingkat usianya, berkesimpulan bahwa semakin muda usia seorang wanita semakin kuat juga mereka dalam menghadapi pria yang tidak setia dan semakin penting pula nilai kesetiaan dan monogami bagi mereka.
Itulah perbedaaan yang tidak pernah pria mengerti. Mayoritas orang percaya bahwa memiliki hubungan ringan dengan orang lain selain pasangan mereka tidak akan memengaruhi hubungan mereka. Karena pria memiliki masalah kecil dengan pemisahan antara cinta dan seks dalam otak mereka.
Sementara bagi wanita, seks dan cinta saling terkait. Sebuah hubungan kecil dengan wanita lain dapat dianggap sebagai pengkianatan besar dan merupakan alasan kuat untuk mengakhiri sebuah hubungan.
Jika pernikahan gagal sering terjadi, mengapa begitu banyak orang yang tetap melakukannya? Mengapa tidak hidup sendiri atau dengan keluarga atau dengan teman dan hanya memiliki kekasih-kekasih jika sedang ingin?
Ada dua jawaban: pertama, pernikahan yang bahagia dan stabil terus merupakan cara yang paling baik untuk membesarkan anak-anak yang bahagia dan sehat. Kedua, pernikahan dapat memiliki efek menentramkan jiwa dan jasmani.
Pria Menolak Komitmen. Mengapa?
Seorang pria yang menikah atau berhubungan dalam jangka waktu panjang selalu secara diam-diam mengkuatirkan kalau-kalau pria lajang mendapatkan seks lebih baik dan lebih banyak darinya. Ia ingin membayangkan pesta-pesta gila kaum lajang, petualangan-petualangan, berpacaran bebas tanpa komitmen dan sebagainya.
Ia takut kesempatan-kesempatan seperti itu akan terlewatkan begitu saja. Sementara dirinya betul-betul rugi. Walaupun, sebenarnya ketika ia masih lajang, kesempatan-kesempatan itu juga tidak pernah mendatanginya.
Ia juga lupa tentang malam-malam ketika ia harus duduk sendirian makan latung tapa (jagung bakar-pen) rasa malu karena wanita menolaknya di pesta teman-temanya. Dan, dalam jangka waktu yang lama tanpa kegiatan seksual. Ia hanya tidak dapat berhenti menyesali, mengapa komitmen artinya merugi.
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel