opini  

Pergaulan Bebas dalam Persepsi Sosial Remaja

Pergaulan Bebas
ilustrasi pergaulan bebas

Realita Lapangan

Pergaulan pasca milenium atau pada abad 21 di kalangan remaja di indonesia. Khususnya di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah sangatlah memprihatinkan. Rasa prihatin ini disampaikan atau dirasakan oleh pihak-pihak yang merasa lebih memahami atau yang memiliki pandangan lain tentang pergaulan bebas. Alvin Emanuela, peneliti dari UGM yang meneliti tentang pergaulan bebas remaja usia SMA. Dalam hasil penelitianya pada beberapa SMA swasta dan negeri di Yogyakarta ia menemukan bahwa pergaulan di kalangan remaja tidak memiliki batas yang pasti. Atau bebas dalam arti seluas-luasnya.

Beberapa remaja putri di salah satu SMA swasta di Yogyakarta menyatakan bahwa pergaulan bebas adalah suatu bentuk pergaulan atau relasi sosial yang terjadi kapan dan di mana saja serta dengan siapa saja. Baik dengan sesama jenis, lawan jenis, dengan yang muda maupun yang tua. Lalu, dalam kepentingan apa saja yang penting bisa tercipta komunikasi yang baik.

Dalam hasil penelitian mahasiswa FISIPOL universitas Atma Jaya yogyakarta mengatakan bahwa pergaulan remaja sekarang lebih bebas daripada pergaulan remaja 4 atau 5 tahun yang lalu. Terbukti dari hasil penelitiannya mengatakan bahwa dari 50 responden sebanyak 30 responden atau sebagian besar menganggap pergaulan bebas merupakan suatu cara bergaul tanpa batas. Bebas dalam artian bahwa orang bergaul dengan siapa saja, di mana saja dan kapan saja agar dapat mengekspresikan dirinya dengan cara apa saja.

Dari pernyataan beberapa responden di atas peneliti menarik kesimpulan singkat bahwa para remaja bergaul bebas sebebas-bebasnya dengan menghalalkan berbagai cara.

Tingginya kasus penyakit HIV/AIDS, khususnya pada kelompok umur remaja, salah satu penyebabnya akibat pergaulan bebas. Hasil penelitian di 12 kota di Indonesia termasuk Denpasar menunjukkan 10-31% remaja yang belum menikah sudah pernah melakukan hubungan seksual. Di kota Denpasar dari 633 pelajar SLTA yang baru duduk di kelas II, 155 orang atau 23,4% mempunyai pengalaman hubungan seksual. Mereka terdiri atas putra 27% dan putri 18%. Data statistik nasional mengenai penderita HIV/AIDS di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 75% terjangkit hilangnya kekebalan daya tubuh pada usia remaja.

Demikian pula masalah remaja terhadap penyalahgunaan narkoba semakin memprihatinkan. Berdasarkan data penderita HIV/AIDS di Bali hingga Februari 2005 tercatat 623 orang, sebagian besar menyerang usia produktif. Penderita tersebut terdiri atas usia 5-14 tahun satu orang, usia 15-19 tahun 21 orang, usia 20-29 tahun 352 orang, usia 30-39 tahun 185 orang, usia 40-49 tahun 52 orang dan 50 tahun ke atas satu orang.

Semakin memprihatinkan penderita HIV/AIDS memberikan gambaran bahwa, cukup banyak permasalahan kesehatan reproduksi yang timbul di antara remaja. Belum lama ini ada berita tentang keinginan sekelompok masyarakat agar melegalkan aborsi, dengan dalih menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia. Ini terjadi karena tiap tahunnya peningkatan kasus aborsi di Indonesia kian meningkat, terbukti dengan pemberitaan di media massa atau TV setiap tayangan pasti ada terungkap kasus aborsi. Jika melegalkan hal ini sebagaimana yang terjadi di negara-negara Barat akan berakibat rusaknya tatanan agama, budaya dan adat bangsa. Berarti telah hilang nilai-nilai moral serta norma yang telah lama mendarah daging dalam masyarakat. Legalnya aborsi akan mendorong terhadap pergaulan bebas yang lebih jauh dalam masyarakat.

Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel 

 

error: Sorry Bro, Anda Terekam CCTV