Ruteng, infopertama.com – Pengembangan PLTP Ulumbu unit 5-6 Poco Leok di kecamatan Satar Mese, Manggarai, NTT sebagai upaya pemerintah melalui PT PLN (Persero) mewujudkan Flores Mandiri Energi, khususnya Manggarai Mandiri Energi.
Hal itu disampaikan Tri Satya Putra Pamungkas, Bagian Perizinan PT PLN UIP Nusra saat menggelar Free Prior Informed Consent (FPIC) atau persetujuan atas dasar informasi di awal tanpa paksaan (PADIATAPA) yang berlangsung di rumah gendang Lale, Senin, 02 Oktober 2023 siang.
Menurut Tri Satya Putra atau Satya bahwa kondisi beban kelistrikan Flores sampai dengan Maret 2023 total daya mampu berada pada angka 102.9 MW dan beban maksimumnya pada 83.9 MW. Sehingga, sistem kelistrikan Flores memiliki cadangan 19 MW. Karenanya, dijamin tidak ada pemadaman bergilir.
Namun, lanjut Satya terdapat kenaikan beban puncak 2023 dibanding 2022, naik sekitar 5%.
Masih menurut Satya, bahwa untuk memenuhi sistem kelistrikan di Flores masih mengandalkan pembangkit listrik yang mayoritas berasal dari energi batubara dan minyak bumi (74%).
Ketahui, bahwa suplai batubara dan minyak bumi pada pembangkit di Flores diperoleh dari luar Pulau. Bahkan, berasal dari luar Provinsi NTT. Rerata berasal dari Kalimantan, Sumatera, dsb.
“Suplai energi pembangkit di Flores bergantung dari luar. Belum mandiri.” Tutur Satya Putra.
Kemandirian Energi Kabupaten Manggarai
Kabupaten Manggarai total hanya memiliki dua (2) pembangkit, yakni PLTP Ulumbu dan PLTMH Wae Garit. Artinya kemandirian energi di Manggarai sangat bergantung pada operasi kedua pembangkit tersebut.
PLTP Ulumbu Unit 1-4 (eksisting), beber Satya, pertahun 2021 hanya mampu mensuplai kebutuhan energi listrik di Manggarai sebesar 50%. Atau, 6,5 MW dari total 13,06 MW; beban/ kebutuhan listrik yang tercatat di Gardu Induk Ruteng-11,76 MW. Dan, Gardu Induk Ulumbu-1,3 MW.
“Artinya, 50% sisa kebutuhan energi listrik di Manggarai disuplai dari sistem kelistrikan Flores, yaitu terutama dari PLTMG Rangko (20 MW) di Labuan Bajo dan/ atau PLTMG Maumere (40 MW).” Jelas Satya.
Menurutnya, besar beban listrik dari masyarakat di tahun 2023 lebih besar dari tahun 2021, sementara tidak ada penambahan pembangkit listrik. Sehingga, kondisi tersebut di atas pada dasarnya mencerminkan bahwa kondisi energi listrik untuk Kabupaten Manggarai mengalami defisit yang lebih besar.
Kenapa Harus Geothermal?
Assistant Manager Perizinan dan Umum PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Proyek (UPP) Nusra 2, Lalu Irlan Jayadi pada kesempatan yang sama, yakni sosialisasi FPIC di kampung Lale, Kawasan Sekitar PLTP Ulumbu menjelaskan beberapa alasan sehingga memprioritaskan Geothermal sebagai sumber energi Utama di Flores, khususnya di Manggarai.
Demikian Irlan, sapaan akrabnya bahwa Geothermal merupakan Energi Hijau dan
Bersih, sekaligus handal. Geothermal handal karena ketersediaan energi tidak berubah.
Energi Baru Terbarukan (EBT) selain
Geothermal, jelas Irlan sangat bergantung pada musim dan cuaca. Ia mencontohkan, PLTS (Surya) bergantung ketersediaan matahari; tidak bisa diandalkan ketika malam / awan mendung.
Kemudian, PLTA (Air) bergantung ketersediaan air; tidak bisa diandalkan saat kemarau. Begitupun PLTB (Bayu/Angin) bergantung ketersediaan angin, tidak bisa diandalkan karena hembusan angin berubah-ubah setiap waktu.
Selain itu, Geothermal juga memiliki banyak keunggulan. Di antaranya, tidak memerlukan lahan luas seperti pembangkit lainnya. Dapat menghasilkan energi berkelanjutan dalam waktu yang sama. Juga, bersifat domestik, artinya energi panas bumi hanya dapat dipakai langsung di tempat tersedianya.
Berikutnya, dapat digunakan langsung selain untuk listrik. Seperti untuk pemanasan, pengeringan biji kopi, dan sebagainya. Yang tak kalah penting, adalah Geothermal tidak ada limbah dan polusi, sebab emisi dari pembangkit didominasi uap air / air hangat.
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel