Ruteng, infopertama.com – Raimundus Wajong, warga asli Poco Leok bersama ratusan warga perwakilan 14 Gendang yang tersebar di 9 desa di Poco Leok menyatakan dukungan mereka terhadap pengembangan Geothermal Poco Leok.
Wajong menyatakan dukungan terhadap pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) Panas Bumi atau geothermal Poco Leok saat menggelar aksi damai di depan Kantor DPRD Manggarai, Selasa, 22 April 2025.
Dalam orasinya, Raimundus Wajong mengaku rencana pengembangan Geothermal sudah dimulai sejak 2017. Sejak itu, semua masyarakat Poco Leok menyetujuinya. Namun, dalam perjalanan, mulai ada kelompok-kelompok kecil yang mengatasnamakan Poco Leok menolak Geothermal.
“Penolakan-penolakan ini baru muncul semenjak Simon Suban Tukan, SVD masuk ke Poco Leok dan memprovokasi warga tuk menolak geothermal. Simon Tukan menyamakan Geothermal Poco Leok dengan Lumpur Lapindo di Sidoarjo.” Tutur Raimundus.
Hal lain yang disorot Raimundus adalah dasar penolakan yang bermula dari Simon Tukan kemudian diikuti oleh pihak gereja adalah soal menjaga keutuhan Ciptaan. Menurut Raimundus, bahwa klaim dan pendasaran itu sebagai bentuk keangkuhan Mayoritas yang melupakan sejarah.
“Bicara soal keutuhan Ciptaan, ai mori hanang koem ko (Tuhan itu bukan hanya milik atau untuk orang katolik -pen),” Tutur Wajong.
Demikian Wajong menilai klaim Keuskupan soal ekologis itu tidak total ketika kita sudah memanfaatkan hasilnya, termasuk gereja itu sendiri.
Karena itu ia meminta kepada keuskupan, kepada JPIC SVD agar mencari uang dengan cara yang benar, bukan dengan memprovokasi warga Poco Leok.
“Kalau geothermal pihak gereja, JPIC SVD getol menolak tapi bungkam ketika Hotel Mewah di Labuan Bajo mengkapling laut untuk kepentingan bisnis. Apa karena hotel mewah itu milik KWI, bos para Uskup di Indonesia termasuk di Flores.”
Demikian Wajong, bahwa selama ini masyarakat asli Poco Leok diam bukan karena tak paham, kami diam karena kami sadar akan manfaatnya Geothermal Poco Leok bagi kami dan bagi masyarakat Manggarai umumnya. Termasuk bagi kelompok penolak, kelompok gereja yang memanfaatkan PLTP tuk menjalankan mesin-mesin bisnisnya. (Merujuk pada lembaga-lembaga pendidikan milik keuskupan yang praktis menggunakan PLTP Ulumbu -pen).
Raimundus Wajong mengingatkan agar masyarakat manggarai jangan terjebak atau terlampau percaya pada jubah putih yang terkesan suci tapi aslinya busuk dan berbau kebencian.
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel