Ganjar Pranowo, Apakah kandidat ini seperti Jokowi? Perpecahan dukungan di kalangan internal PDIP akhir-akhir ini menunjukan jika partai ini punya persedian kader yang berjiwa leadhership. Sebut saja Ganjar Pranowo yang saat ini menduduki orang nomor satu di Provinsi Jawa Tengah dan Puan Maharani yang saat ini menahkodai senayan. Kedua orang ini punya peluang untuk mencalonkan ataupun dicalonkan. Akan tetapi posisi Ganjar Pranowo menjadi daya tarik bagi masyarakat karena dinilai sangat humanis, rendah hati, dekat dengan kalangan milenial, dekat dengan masyarakat. Sehingga publik menilai kalau dirinya sebagai penerus Jokowi.
Lalu bagaimanakah peluangnya? Di setiap lembaga survei orang nomor satu di Provinsi Jawa Tengah ini selalu menempatkan posisi kedua setelah Prabowo Subianto. Artinya tingkat elektabilitas dan popularitasnya sangat mumpuni. Hal ini sebagai nilai jual Partai PDIP kepada partai lainnya untuk berkoalisi pada Pilpres 2024 akan datang. Efek Ganjar Pranowo layak untuk dinantikan, apakah akan perpasangan dengan Prabowo Subianto? Jika keduanya disatukan maka sangat besar peluang keterpilihannya pada pemilu 2024 nanti.
Anies Baswedan, orang yang dengan gaya bicara akademis ini memosisikannya di urutan ketiga lembaga survei dari segi elektabilitas dan popularitasnya. Kehadirannya di kanca perpolitikan tanah air mulai saat Ia mencalonkan sebagai orang nomor satu di Provinsi DKI Jakarta. Ia berhasil unggul atas Ahok-Djarot pada pilkada 2017 dengan jumlah suara 3.240.987 jika bandingkan dengan Ahok-Djarot yang memeroleh suara sebesar 2.350.366 dari total suara sah yaitu 5.591.353.
Pertarungan pilkada DKI Jakarta tahun 2017 sebagai pertarungan yang menimbulkan perpecahan yang cukup tajam. Hal itu berlanjut sampai di Pilpres 2019. Kelanjutan perpecahan itu bukan tanpa sebab, karena Prabowo Subianto mendukung penuh Anies Baswedan pada pilkada DKI. Juga adanya dukungan dari kelompok 212 sebagai basis masa Anies Baswedan. Kelompok ini pun mendukung Prabowo Subianto pada pilpres 2019 yang berujung munculnya narasi (cebong dan kampret). Tapi dukungan itu tidak menghantarkan Prabowo Subianto menduduki kursi RI 1. Artinya Anies Baswesdan efek tidak begitu signifikan dalam kanca perpolitikan nasional. Ini karena dicederai oleh Pilkada DKI yang kental dengan nuansa SARA dan dinilai dekat dengan kelompok intoleran.
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel