Cepat, Lugas dan Berimbang

Eksistensi Literasi Media Melekat Pada Demografis Masyarakat (Sebuah Analisis Kehidupan Masyarakat Kota)

Literasi Media
Novi Selama (Dokpri)

Oleh: Claudia Novilista Selama (Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian, UNIKA St. Paulus Ruteng)

Pada abad ke-21 ini, media menjadi sangat intens kedudukannya dalam kehidupan masyarakat.

Media bukan hanya sebagai salah satu bagian kehidupan masyarakat tetapi ia melekat dalam kehidupan masyarakat.

Kehidupan masyarakat seolah-olah hampa tanpa media. Media sedang merajai kehidupan masyarakat secara luas. Hal ini riil dimana masyarakat tanpa hadirnya media. Tentu, tidak bisa dapat akses informasi, membangun komunikasi dan sulit mendapatkan ilmu pengetahuan dari berbagai sumber.

Eksistensi media menjadi satu topik pembicaraan hangat generasi milenial. Tidak hanya masyarakat di kota tetapi menyebar menembus batas kehidupan masyarakat secara umum, misalnya di desa.

Kehadiran media sudah melekat bahkan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Bahkan media mampu mengeksploitasi sumber daya manusia dan sumber daya alam. Hal ini perlu dilakukan pada kehidupan masyarakat setempat sehingga mampu dikenal di seluruh belahan dunia.

Eksistensi Media Menurut Para Ahli

Charles R. Wright sebagai sosiolog komunikasi massa serta analisis fungsional media asal Amerika. Beliau memberikan pemahaman kepada dunia tentang Media dengan fokus pada komunikasi massa.

The new form can be distinguished from older types by following mayor characteristic it is directed toward relatively large, heterogeneous and anonymous audiences; message are transmitted publicly often-times to reach most audience member simultaneously, and are transient in character; the communicator tends to be or to operate within a complex organization that may involve great expense (Wright, 1975).

Terjemahan bebasnya bahwa komunikasi massa adalah suatu bentuk baru komunikasi yang dapat kita bedakan dari bentuk komunikasi sebelumnya, dengan beberapa karakteristik utama. Yaitu diarahkan kepada khalayak yang luas, heterogen, dan anonim; pesan dikirimkan kepada publik guna menjangkau sejumlah besar khalayak secara simultan dan serempak; komunikator cenderung merupakan organisasi yang kompleks atau mereka yang berada dalam organisasi yang kompleks.

Media dalam kehidupan masyarakat menjadi salah satu sub system yang memberikan warna pada arah dan kondisi kehidupan masyarakat itu sendiri.

Teori -teori komunikasi fungsional menempatkan posisi media menjadi bagian dari system. System yang memberikan pengawasan, korelasi, menghubungkan antar generasi dan hiburan dalam rangka menciptakan keberlangsungan kehidupan masyarakat.

Namun apakah dalam kenyataannya media memberikan pengaruh yang sesuai dengan fungsinya, belum bisa menjamin. Wright lebih lanjut merumuskan kemungkinan media memberikan pengaruh yang disfungsional, yaitu tidak sesuai atau menyimpang dari fungsinya.

Bentuk pengaruhnya pun bagi Wright, kemungkinan terjadi secara nyata atau tidak nyata. Mengenai kemungkinan efek yang terjadi, teori-teori efek komunikasi merumuskan berbagai formula yang berbeda-beda.

Liberalisasi dan Industrialisasi Media

Dengan mengacu pada pandangan bahwa media berpengaruh kuat dalam kehidupan masyarakat maka isi media sangat dominan.

Permasalahannya bagaimana menghadapi kecenderungan fenomena media dewasa ini yaitu liberalisasi dan industriliasasi media.

Liberalisasi media yang lakukan di berbagai negara termasuk di Indonesia, mengurangi dan cenderung menghapus pengaturan negara terhadap media.
Faktor liberalisasi dan industrialisasi menjadi kerangka kerja(frame work) para pemilik dan pengelola media dalam memproduksi isi media.

Dalam proses produksi, media berusaha merancang isi media, menentukan program dan kemasan yang sesuai selera pasar.

Teori jurnalisme misalnya jurnalisme kendali professional atau driven jounalism. dan jurnalisme yang dikendalikan massa atau market driven journalism _ (McManus,1994).

Ketika media berada dalam pengarihindustrialisasi yang kemungkinan akan menjauhkan dari nilai-nilai masyarakat, dan ketika negara dan masyarakat tidak bisa mengendalikan media maka nilai fungsi media akan menjadi fungsional dalam kehidupan masyarakat sangat tergantung pada kondisi literasi masyarakatnya.

Demografis Masyarakat dan Literasi Media

Kondisi literasi masyarakat terhadap media akan berkaitan dengan kondisi demografis masyarakatnya. Hal itu mencakup melipjenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan pekerjaan.

Adanya keterkaitan antara faktor demografis dengan literasi media. Perbedaan itu diantaranya perbedaan individual, social dan kultural yang bisa membedakan karakteristik akses terhadap media.

Sampel dalam analisis eksistensi literasi media masyarakat kota adalah masyarakat perkotaan provinsi Kalimantan Selatan. Kalimantan Selatan sebagai salah satu provinsi yang terjangkau oleh media televisi yang pancarkan dari jakarta.

Dengan begitu, penelitian ini bertujuan memberikan gambaran literasi masyarakat perkotaan di Provinsi Kalimantan Selatan.

Secara konseptual literasi sering dihubungkan dengan media cetak, dimana istilah literasi mengandung pengertian kemampuan membaca.

Menurut Steyer(2002) mendefinisikan literasi media sebagai kemampuan untuk mengakses, menganalisis, evaluasi dan proses produksi media.

Dalam konteks media massa, literasi media lebih kepada upaya untuk memperkuat pilihan dari pada upaya untuk melindungi pengaruh yang negatif.

Tiga Aspek Esensial Literasi Media Masyarakat Kota

Di sini ada tiga kelompok bahasan yang esensial mengenai literasi media yaitu pada lokasi personal, struktur personal dan keahlian.

Pada aspek personal, literasi media dilihat dari apakah masyarakat mengikuti media memiliki tujuan dan dorongan tertentu. Jika memiliki tujuan maka masyarakat lebih fokus untuk mengikuti program atau isi media tertentu yang sesuai dengan tujuannya. Sedangkan dorongan (drives) yang dimiliki akan menunjukkan tingkat perhatian dalam mengikuti media. Jika dorongannya kuat maka perhatiannya akan tinggi.

Aspek yang kedua struktur pengetahuan , yaitu informasi yang terorganisasi dalam memori seseorang. Aspek yang ketiga yaitu kemapuan (skill), yaitu keahlian masyarakat dalam melakukan penilaian terhadap isi media.

Hal ini meliputi kemampuan analisis, evaluasi, pengelompokkan apa objek analisisnya untuk membedakan satu sama lain.

Yang terakhir ialah meliputi kemampuan mendeskripsikan secara akurat jelas dan singkat tentang sebuah esensi pesan. Dalam konteks ini literasi media memampukan seseorang untuk merumuskannya secara baik. Oleh karena itu, media literasi bersifat multidimensional, tidak terbatas pada aspek komunitif tetapi juga meliputi dimensi emosi, estetik, dan moral.

Analisis Kemampuan Literasi Media

Sebuah analisis ini berkaitan dengan berita, untuk mengetahui bagaimana kemampuan literasi media masyarakat terhadap berita.

Dari tiga kelompok literasi yaitu lokus personal, struktur pengetahuan dan kemampuan(skill), fokusnya pada pengetahuan dan kemampuan.

Pengetahuan dan kemampuan masyarakat mengenai isi berita media dan prosesnya. Lebih jauh juga pada efektivitasnya dan kemampuan dalam menilai suatu berita dengan cara-cara yang mereka lakukan dalam menilai berita.

Literasi merupakan sebagai media cetak dan media sebagai kemapuan untuk mengakses, menganalisis, evaluasi, dan proses produksi media. Masyarakat memiliki tingkat literasi yang cukup baik pada tataran pengetahuan dan kemampuan.

Faktor pendidikan tidak memberikan konstribusi pada literasi menunjukkan implikasi perlunnya edukasi literasi media abad ke-21 ini.

Keberadaan literasi media saat ini sesungguhnya hidup dalam demografis masyarakat. Maka meng-akar-kan literasi media dalam kehidupan masyarakat dengan mengolah segala skill masyarakat. Secara umum dengan cukup sederhana, membaca, membaca dan terus membaca.

Membaca baik buku, tulisan-tulisan pada media online maupun mengolah kemampuan visual dengan baik ketika berhadapan dengan televisi atau sejenisnya.

Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel 

Â