Cepat, Lugas dan Berimbang

Akhir Era PLTD: Transformasi Energi Bersih Indonesia Timur Dimulai

Dalam skala yang lebih luas, PLN juga membangun lebih dari 12.000 kilometer jaringan transmisi baru di wilayah timur. Jaringan ini menjadi bagian dari proyek Green Enabling Super Grid yang bertujuan menyalurkan energi terbarukan dari wilayah pelosok ke pusat-pusat permintaan seperti kota dan kawasan industri. Potensi Geothermal di NTT atau tenaga air di Papua kini bisa menjadi tulang punggung pasokan energi nasional.

Meski demikian, perjalanan ini tentu tidak tanpa tantangan. Infrastruktur LNG kecil masih terbatas, dan dibutuhkan pelatihan bagi tenaga kerja lokal untuk mengoperasikan pembangkit hybrid yang menggabungkan gas dan surya. Koordinasi lintas lembaga, mulai dari PLN, BPH Migas, hingga pemerintah daerah, juga menjadi kunci keberhasilan logistik antarpulau yang andal dan efisien.

Namun tantangan-tantangan tersebut bukan penghalang, melainkan bagian dari investasi jangka panjang menuju sistem kelistrikan nasional yang lebih tangguh dan inklusif. Ini adalah investasi untuk masa depan yang tidak lagi bergantung pada solar bersubsidi, tidak lagi dibayangi krisis logistik, dan siap menghadapi tekanan perubahan iklim global.

Langkah PLN menghentikan PLTD adalah sinyal kuat bahwa era lama telah usai. Kini Indonesia Timur tidak lagi menjadi beban dalam peta kelistrikan nasional, melainkan pionir dari transformasi energi bersih. Strategi milk run LNG bukan sekadar inovasi logistik, melainkan simbol bahwa keterisolasian geografis pun bisa ditaklukkan dengan kecerdikan dan kemauan untuk berubah.

Kini tugas kita bersama adalah mengawal agar transformasi ini tidak berhenti di rencana. Pemerintah pusat perlu mempercepat perizinan dan regulasi pendukung, pemerintah daerah harus menjadi mitra aktif dalam implementasi, dan sektor swasta didorong untuk berpartisipasi melalui investasi dan inovasi teknologi.

Transisi energi bersih di Indonesia Timur bukan sekadar soal mengganti pembangkit, tetapi soal menghadirkan harapan. Harapan bahwa setiap anak bisa belajar dengan lampu menyala, bahwa setiap warga bisa hidup tanpa ketakutan akan gelap. Dan bahwa dari ujung timur Nusantara, cahaya masa depan bisa menyala lebih terang-bagi seluruh Indonesia.

★Feiral Rizky Batubara merupakan pemerhati kebijakan publik dan praktisi ketahanan energi. Feiral telah lama berkiprah dalam perumusan kebijakan energi nasional, mengawal transisi menuju ketahanan energi yang berkelanjutan.

Ia juga merupakan Ketua Dewan Pembina Asosiasi Energi Angin Indonesia (AEAI) , pendiri Indonesia Center of Energy Resilience Studies, dan Wakil Ketua Komite Tetap Perencanaan Pengembangan Energi Baru Terbarukan Kadin Indonesia.

Dengan latar belakang akademik yang beragam dari Institut Teknologi Bandung, Universitas Pelita Harapan, dan Peking University, serta berbagai program eksekutif dari Harvard University, Oxford University, Lee Kuan Yew School of Public Policy dan London School of Economics, membawa pendekatan berbasis ilmu pengetahuan yang holistik dalam setiap kebijakan yang ia rancang.

Feiral dikenal dengan gaya pemikiran yang progresif, menggabungkan inovasi dan pragmatisme dalam menghadapi tantangan energi global. Selain itu ia aktif menulis dan advokasi untuk mendorong percepatan kebijakan energi hijau, optimalisasi cadangan nasional, dan sinergi investasi strategis untuk meningkatkan kesiapsiagaan ketahanan energi Indonesia.

Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel