Ruteng, infopertama.com – Yayasan Ayo Indonesia dan Tim Bible Center SVD Ruteng melakukan kunjungan pastoral ke Kelompok Disabilitas Desa Lentang, Kecamatan Lelak, Kabupaten Manggarai, pada Sabtu, 8 Februari 2025.
Cuaca ekstrem tidak memupuskan semangat kami untuk “lejong” bertemu dan berdiskusi dengan kelompok tersebut.
Dalam perjalanan dari Ruteng menuju Kampung Pelus, Desa Lentang, kami dihadapkan pada cuaca yang sangat buruk, ditandai dengan kabut, angin kencang, dan hujan deras. Suhu udara terasa dingin. Kendaraan kami, Avanza dan Terios, terpaksa melaju dengan kecepatan rendah untuk beradaptasi dengan kondisi cuaca.
Meskipun alam menunjukkan tanda-tanda yang menakutkan dan mengkhawatirkan, kami tetap bertekad untuk berkunjung ke Kelompok Disabilitas Desa (KDD) Sahabat Lenteng, karena alam dipandang sebagai sahabat.
Kunjungan Pastoral ini bertujuan untuk meyakinkan kelompok bahwa apa yang mereka lakukan bersama Yayasan Ayo Indonesia selama ini dalam kegiatan diakonia pemberdayaan social ekonomi merupakan wujud kitab suci yang hidup.
Sekilas tentang KDD Sahabat Lentang
Kelompok ini beranggotakan 22 kepala keluarga dengan anak penyandang disabilitas dan keluarga peduli. Sejak tahun 2024, mereka bekerja sama dengan Yayasan Ayo Indonesia untuk melaksanakan kegiatan diakonia melalui usaha sayuran dengan tujuan ekonomi dan gizi. Tercapainya kedua tujuan tersebut diharapkan dapat mewujudkan pemenuhan hak-hak anak penyandang disabilitas, khususnya terkait pendidikan, pangan, dan sandang. Jenis disabilitas anak-anak mereka meliputi disabilitas fisik dan mental.
Pola pertanian yang diterapkan oleh kelompok ini adalah pertanian organik karbon, yang dapat menjamin kontinuitas produksi sayuran baik pada musim kering maupun hujan. Penerapan pupuk organik karbon dipilih untuk menciptakan ketangguhan terhadap perubahan iklim yang sedang terjadi. Penggunaan pupuk organik karbon berpengaruh baik terhadap peningkatan kesuburan tanah, produksi, dan kualitas sayuran.
Selain itu, penggunaan karbon dari arang sekam mencegah kerusakan sayuran ketika hujan berlangsung dalam durasi yang lama.
Sebagian besar anggota kelompok berasal dari masyarakat rentan dengan pendapatan yang relatif rendah. Bertani sayuran telah menjadi pekerjaan utama untuk menopang ekonomi keluarga mereka selama ini, namun penghasilan yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya informasi tentang permintaan pasar, skala usaha yang masih kecil, keterbatasan air, dan curah hujan yang tinggi saat musim hujan.
Berangkat dari kondisi ini, Yayasan Ayo Indonesia hadir untuk mempromosikan pendekatan pertanian organik karbon, mendorong perluasan lahan usaha, dan berjejaring dengan pedagang sayuran di Pasar Ruteng. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pendapatan. Selain itu, mereka juga didorong untuk membentuk usaha bersama simpan pinjam dan credit union guna menumbuhkan perilaku menabung dan memudahkan akses permodalan usaha.
Kekuatan yang ada pada mereka adalah lahan yang tersedia, kerajinan, akses jalan ke pasar yang cukup baik, serta pedagang yang datang membeli langsung di kebun.
Berkat kerja keras dan komitmen yang kuat untuk pemenuhan hak anak-anak penyandang disabilitas, setiap musim tanam dengan durasi 1-4 bulan, mereka berhasil menjual berbagai jenis sayuran, antara lain sawi, kestela, fanboks (sayur daun), terung, dan bawang daun. Nilai penjualan per musim tanam berkisar antara Rp1,5 juta hingga Rp4 juta. Patut diacungkan jempol setiap tanggal 8 pada bulan mereka berkumpul di rumah ketua KDD untuk kegiatan usaha bersama simpan pinjam dalam bentuk menyetor tabungan sebesar Rp20.000,- dan memberi kesempatan anggota lain meminjam uang.
Beberapa dari mereka juga menyetor uang tabungan di Koperasi Kredit KSP Florette dan Ayo Mandiri. Dalam UBSP jumlah simpanan per anggota bernilai Rp500.000 per Februari 2025. Mereka telah melek keuangan dan dorong untuk bergabung menjadi anggota Koperasi Kredit agar punya akses modal untuk bisnis.
Berkat kerja keras dan komitmen yang kuat untuk memenuhi hak anak-anak penyandang disabilitas, setiap musim tanam dengan durasi 1–4 bulan, mereka berhasil menjual berbagai jenis sayuran, antara lain sawi, kestela, fanboks (sayur daun), terung, dan bawang daun. Nilai penjualan per musim tanam berkisar antara Rp1.500.000 hingga Rp4.000.000.
Setiap tanggal 8, mereka berkumpul di rumah Ketua KDD untuk kegiatan usaha bersama simpan pinjam, dengan menyetor tabungan sebesar Rp20.000 dan memberikan kesempatan kepada anggota lain untuk meminjam uang. Beberapa dari mereka juga menyetor uang tabungan di Koperasi Kredit KSP Florette dan Ayo Mandiri. Dalam UBSP, jumlah simpanan per anggota mencapai Rp500.000 per Februari 2025. Mereka telah melek keuangan dan didorong untuk bergabung menjadi anggota koperasi kredit agar memiliki akses modal untuk bisnis.
Kitab Suci sebagai santapan jiwa
Pater Yosep Masan Toron SVD, Ketua Bible Center SSpSSVD Ruteng, menyatakan rasa senangnya saat bertemu dengan anggota Kelompok Disabilitas Desa (KDD) dan anak-anak disabilitas dalam pertemuan tersebut.
“Saya sangat senang dapat bertemu dengan Bapak-Ibu dan anak-anak sekalian,” katanya.
Meskipun memiliki keterbatasan fisik, anggota KDD dan anak-anak disabilitas tetap memiliki harapan dan optimisme. Keterbatasan fisik tidak membuat mereka putus asa. Mereka telah berjuang untuk membuat kehidupan lebih baik.
“Tentu saja, hal ini tidak terlepas dari bimbingan dan animasi yang dilakukan oleh Yayasan Ayo Indonesia,” kata Pater Yosep.
Ia menegaskan bahwa disabilitas bukanlah kutukan. “Keterbatasan apapun bentuknya, kita tetap dapat menampilkan diri sebagai citra Allah yang sempurna.”
Pater Yosep berharap anggota KDD akan rajin membaca kitab suci sebagai sumber kekuatan, inspirasi, dan motivasi dalam melakukan diakonia melalui usaha sayuran.
“Kitab suci adalah santapan jiwa dan pedoman hidup. Dengan membaca kitab suci, kita pasti akan menemukan kehadiran Tuhan yang menyertai kita dan membuat hidup kita lebih berkualitas.”
Bapak Mikael Madel, salah satu anggota KDD, menyatakan bahwa kitab suci telah menjadi kekuatan baginya. “Pasang surut dalam membangun kehidupan keluarganya dipandang sebagai satu hal yang biasa. Tidak perlu putus asa dalam menghadapi soal, tetap sabar dan berjuang sebab kitab suci yang mengajarkan saya tentang Tuhan Yesus yang tersalibkan (tanda kemenangan).” Untuk mendapatkan sukacita, kebahagian, perlu kerja keras dan pengorbanan.
Mikael melanjutkan bahwa masa lalunya sangat sulit, namun oleh ketekuan berdoa dan menghadiri perayaan misa setiap minggu, hidupnya berubah menjadi lebih baik. “Dari usaha sayuran, saya mendapatkan berkat dalam wujud bisa membangun rumah, menyekolahkan anak-anak, dan membantu sesama yang mengalami kesusahan.”
Pada akhir kegiatan, Pater Yosep memberikan berkat untuk peneguhan iman kepada anggota Kelompok Disabilitas Desa (KDD) Sahabat Lentang dan anak-anak disabilitas. Kegiatan ini diawali dengan doa dan mendengarkan Firman Tuhan.
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp ChanelÂ
Â