Ruteng, infopertama.com – Warga Desa Wewo, Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengapresiasi langkah yang dilakukan PT. PLN (Persero) UIP Nusa Tenggara (Nusra).
Pasalnya, kurang lebih satu bulan terakhir PLN melaksanakan kegiatan Free Prior Informed Consent (FPIC) atau persetujuan atas dasar informasi di awal tanpa paksaan (PADIATAPA).
Kegiatan PADIATAPA bertujuan untuk memberikan atau menyampaikan informasi sedetailnya kepada masyarakat tentang program pengembangan PLTP Ulumbu di wilayah Poco Leok.
Dalam kegiatan sosialisasi PADIATAPA tersebut, pihak PLN memberikan pemahaman kepada warga tentang dampak pengembangan PLTP Ulumbu Poco Leok. Baik dari sisi lingkungan, sosial, kesehatan, maupun keselamatan dan bagaimana tahapan setiap programnya.
Selain itu, PLN juga menjelaskan tahapan dan dasar-dasar pertimbangan baik teknis maupun non teknis sesuai regulasi yang ada. Sekaligus, mendengarkan aspirasi atau masukan dari masyarakat.
Menanggapi hal itu, Laurensius Langgut selaku Kepala Desa Wewo menyampaikan apresiasi atas langkah cerdas yang dilakukan oleh pihak PLN.
Menurutnya, kegiatan sosialisasi yang telah dilaksanakan merupakan bukti transparansi informasi dari PLN kepada masyarakat setempat.
“Yang pertama, saya jujur dan senang bahwa selama ini pihak PLN sangat terbuka sekali dalam kegiatan sosialisasi Pengembangan PLTP unit 5-6 Poco Leok melalui tim FPIC. Begitu antusiasnya masyarakat desa Wewo untuk mendengar tentang apa yang perlu didengar terkait Geothermal ataupun dampak yang dijelaskan oleh pihak PLN,” ungkapnya, Rabu, 25 Oktober 2023.
Kata dia, masyarakat desa Wewo tentunya sangat senang karena memang ada banyak informasi yang simpang siur beberapa tahun terakhir khususnya yang berkaitan dengan adanya dampak buruk dari pengembangan PLTP Ulumbu.
“Jadi selama kegiatan dari FPIC ini masyarakat desa Wewo baik gendang maupun masyarakatnya sangat senang sekali. Artinya mereka menilai bahwa PLN itu sangat terbuka atau transparan untuk menjelaskan soal geothermal. Sehingga, perlu diluruskan bahwa pengembangan PLTP ini adalah bukan tambang. Tetapi, aktivitas kegiatan di dalamnya itu sangat ramah lingkungan dan itu sudah dijelaskan oleh tim PLN atau FPIC,” kata Kades Wewo.
Ia juga menambahkan, karena itu, dengan penjelasan dari pihak PLN, masyarakat di desa Wewo mengaku sudah mulai paham.
Ia menyampaikan, dalam kegiatan sosialisasi selama ini ada banyak hal yang telah disampaikan khususnya berkaitan dengan usulan dari masyarakat ke pihak PLN. Namun jawaban PLN tergantung poin-poin mana yang harus diprioritaskan.
Intinya, PLN sangat terbuka dan sudah berkomitmen agar usulan warga itu harus dilaksanakan nantinya. Baik pada itu pada sektor ekonomi, kesehatan, pendidikan dan lingkungan.
“Ada yang jadi skala prioritas hal mana yang pihak PLN Penuhi jika tidak dilakukan atau diakomodir oleh pemerintah kabupaten, kecamatan maupun pemerintah desa. Sehingga tidak ada tumpang tindih program.” Pungkas Kades Laurensius.
Disinggung mengenai gagal panen dan adanya keluhan terkait seng atap yang cepat karat gegara kandungan H2S pada Geothermal, kades Laurensius menampiknya.
Menurutnya, menurunnya produksi pertanian beberapa tahun terakhir bukanlah karena faktor tunggal Geothermal Ulumbu. Tetapi, kata dia lebih karena perubahan iklim.
“Saya kira tidak karena Ulumbu. Di wilayah lain di Manggarai bahkan di berbagai wilayah di Indonesia ini produktifitas pertanian itu semua menurun. Cengkeh yang kurang berbuah itu kan tidak hanya di sini. Di kecamatan lain di Manggarai Raya ini mengalami hal yang hampir sama karena saat pohon cengkeh berbunga curah hujannya tinggi, maka otomatis tidak jadi, berguguran semua bunganya.”
Sementara kalau seng atap rumah cepat karat, kata Laurensius, mungkin karena kualitas seng itu sendiri yang kurang terlalu bagus.
“Di desa Wewo ini, di kampung Lale masih ada rumah tua peninggalan Bupati Lega. Kondisinya masih bagus, tidak ada yang bocor. Berbeda dengan seng atap yang baru sekarang, umur pakainya tidak lama. Mungkin hanya 15 tahun sudah harus ganti baru. Tidak hanya di sini, di tempat lain juga begitu. Artinya, memang karena umur pakai seng atap itu yang sudah tidak sama dengan seng atap yang lama seperti di rumah tua di Lale tadi.” Tuturnya meyakinkan.
Sementara itu, General Manager (GM) PT PLN (Persero) UIP Nusra, Abdul Nahwan, menerangkan bahwan kegiatan FPIC ini diperlukan untuk mengakomodasi informasi terkait rencana pengembangan PLTP Ulumbu 5-6 di Poco Leok kepada masyarkat melalui sumber yang jelas dan kredibel.
“Selain sebagai wadah silaturahmi, sosialisasi FPIC ini merupakan bentuk transparansi PLN kepada masyarakat sekitar kawasan pengembangan PLTP Ulumbu unit 5-6 di Poco Leok terkait detail program PSN ini,” ucap GM Abdul Nahwan.
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel