Cepat, Lugas dan Berimbang

Mengenal Keindahan Alam dan Stalagmit Petak Sawah di Gua Liang Woja

Gua Liang Woja

Ruteng, infopertama.com – Sang Pencipta menganugrahi Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan keindahan alam yang istimewa. Salah satunya adalah Gua Liang woja yang terletak di Desa Barang, Kecamatan Cibal, Kabupaten Manggarai.

Jika hendak ke sana, Anda cukup menempuh perjalanan dengan jarak kurang lebih 40 km dari Ruteng, Ibu kota Kabupaten Manggarai.

Anda hanya membutuhkan waktu 45 menit jika menggunakan sepeda motor, atau kurang lebih 1 jam jika menggunakan kendaraan roda empat.

Melewati jalan Negara dari Ruteng ke Pagal Ibu Kota kecamatan Cibal. Selanjutnya dari Pagal menuju menuju Golo, Desa Golo. Akses lokasi terdekat Gua.

Gua Liang Woja memang berada di wilayah Desa Barang. Namun akses masuk yang mudah dan cepat terdapat di Kampung Golo, Desa Golo.

Saat Tiba di Golo, Anda hanya butuh waktu 10 menit menapaki stapak dengan jarak kurang lebih 100 meter. Selanjutnya menyeberangi sebuah sungai. Setelah melewati sungai, Anda langsung mendapati pintu masuk Gua Liang Woja.

Di dalam Gua liang Woja, Anda akan menyaksikan berbagai bentuk stalagmit dan Stalagtit yang begitu menawan. Ada Kristal dengan cahaya berkilauan di kegelapan. Merasakan hawa yang sejuk. Dan yang paling istimewa adalah keberadaan stalagmit yang menyerupai petak sawah.

Berikut ini merupakan keindahan alam yang akan Anda nikmati jika berkunjung di Gua Liang Woja.

Terdapat Dua Pintu Masuk

Gua Liang Woja

Gua Liang Woja memiliki luas sekitar 50 atau 60 meter persegi. Saat hendak masuk ke dalam gua, terdapat dua pintu utama yang bisa anda lalui. Pintu tersebut ada di bagian barat dan bagian timur Gua.

Namun yang paling sering pengunjung lalui adalah pintu masuk bagian bagian Barat. Pada pintu bagian barat itu, sudah ada desainan anak tangga yang terbuat dari campuran batu, pasir dan semen.

Anda bisa dengan mudah turun dan masuk ke dalam Gua.

Sinar Mentari menerangi anda pada ruangan pertama. Warga sekitar telah membuatkan sebuah altar dalam ruangan tersebut.

Di altar itu warga tempatkan sebuah arca atau patung Bunda Maria.

Namun, ketika menengok di sekeliling ruangan dengan luas sekitar 20 meter persegi itu, Anda akan melihat ada empat lorong masuk. Lorong tersebut nampak gelap dan tak ada cahaya mentari.

Memiliki Empat Lorong di dalam Gua

Gua Liang Woja

Di dalam Gua Liang Woja terdapat empat lorong. Dari empat lorong tersebut, bisa anda jajaki tiga lorong. Sementara satu lorong lainya tidak bisa anda masuki. Pada tiga lorong itu Anda bisa jalan dengan santai.

Setiap lorong di dalamnya memiliki ruangan dengan ukuran sekitar 10-15 meter persegi. Di sana Anda akan menikmati hawa sejuk dan segar alami.

Namun saat masuk Anda perlu alat penerang. Sebab dalam lorong dengan jarak masuk sekitar 30 sampai 40 meter itu, tak ada lagi cahaya mentari.

Tangan boleh meraba sisi kiri dan kanan. Mata sedikit memandang langit gua. Ada stalagtit dan stalagmit penuh kristal dengan cahaya yang berkilauan.

Terdapat Satu Lorong dengan Jarak Masuk 7 km

Gua Liang Woja

Menurut Andy Paju seorang warga asal Golo, satu dari empat lorong dalam gua memiliki jarak masuk yang cukup jauh. Sekitar 7 km panjangnya.

Dahulu, warga sering memasuki lorong tersebut. Bahkan lorong itu warga gunakan sebagai jalan pintas dari kampung Golo, menuju kampung Barang.

“Tapi sekarang sudah tidak ada lagi yang berani masuk. Ada kemungkinan lorong tersebut telah tertutupi stalagmit dan stalagtit,” kata Andy.

Selain itu, kata dia, warga enggan masuk karena takut jika di dalam lorong itu ada binatang buas atau ular berbisa.

Meski demikian dari luar pintu lorong tersebut bisa dipandangi. Disenter dengan cahaya. Terlihat lubang kecil masuk yang jauh. Sama dengan yang lain. Penuh stalagmit dan stalagtit dengan kilauan cahaya kristal.

Terdapat Tetesan Embun dari Atap Langit Gua

Gua Liang Woja

Pada stalagtit yang tumbuh dari langit gua Liang Woja. Muncul tetesan embun. Embun tersebut terasa begitu dingin.

Bahkan lebih dingin dari embun pagi. Seperti butiran salju tepatnya. Embun tersebut tetes teratur. Jika anda perhatikan tetesan embun setiap 2 menit sekali jatuh dan membasahi lantai Gua.

Terdapat Stalagmit Menyerupai Petak Sawah

Gua Liang Woja

Pada salah satu ruangan di dalam Gua Liang Woja, Anda akan melihat stalagmit persis menyerupai petak sawah. Petak itu berbaris miring dengan rapih.

Barisanya mirip Spiderrice atau sawah lodok yang ada di Cancar, Kecamatan Ruteng. Sedangkan, di tepi atas sawah terdapat stalagmit menyerupai saluran irigasi. Saluran tersebut seperti terbuat untuk mengaliri air ke sawah.

Di sekitar stalagmit sawah, terdapat beberapa tumpukan debu tanah berwarna hitam. Menyerupai tepung kopi. Saat menyentuh, tumpukan tepung kopi tersebut terasa dingin namun kering karena tak tersentuh basah embun.

Selain itu, ada juga tumpukan debu seperti pasir halus warnah putih meyerupai pupuk tanaman padi di sawah.

Keberadaan mini spiderrice tersebut, membuat Gua Liang Woja memiliki daya tarik tersendiri dan berbeda.

Keunikan itu membuatnya lebih istimewa dari kebanyakan Gua yang ada di Manggarai.

Menurut Andy Paju, keberadaan stalagmit yang menyerupai sawah itulah yang membuat nenek moyang mereka dahulu menyebut gua itu dengan nama Liang Woja.

“Dalam bahasa Manggarai, Liang artinya Gua sedangkan Woja artinya padi. Sementara padi umumnya tanam di sawah. Jadi ada keterkaitan antara petak sawah dan padi sehingga munculah nama Liang Woja,” kata Andy.

Dengan demikian, terminologi Liang Woja bisa sebagai sebuah Gua yang di dalamnya memiliki stalagmit menyerupai atau berbentuk petak sawah.

Ruangan Besar Jadi Tempat Ibadat

Gua Liang Woja

Di ruangan utama Gua atau ruangan yang pertama Anda temui saat masuk, terdapat rancangan bambu. Warga sekitar membuat Rancangan tersebut berbentuk bangku.

Bangku itu gunakan sebagai tempat duduk saat umat katolik Stasi Golo hendak beribadat.

Menurut Andy Paju, sebelum memiliki Kapela, dahulu umat katolik kampung Golo menggunakan Ruang di Gua Liang Woja sebagai tempat untuk melaksanakan Ibadat.

Terutama saat Ibadat sabda setiap Minggu.

“Sekarang karena telah memiliki kapela, ruangan di Gua Liang Woja hanya gunakan untuk beribadat pada saat pembukaan dan penutupan bulan Santa Maria,” kata Andy.

Dekat dengan sungai

Gua Liang Woja

Di dekat Gua Liang Woja, anda akan menemui aliran air sungai yang penuh batu-batu besar. Namanya Wae Kebong. Airnya begitu jernih dan segar.

Menariknya, ada juga beberapa kolam kecil di bawa pancuran sungai itu. Kolam tersebut terbentuk secara alami. Jika sebelum masuk atau saat keluar dari gua, badan Anda terasa gerah. Boleh singgah sebentar untuk mandi.

Sekali terjun dijamin segar. Anda tak perlu khawatir. Sungai tersebut sangat bersih. Jernih dan alami tanpa kotoran sampah atau pun limbah pabrik.

Selain itu, terdengar pula suara burung yang terus-menerus bersiul merdu. Burung tersebut berloncat-loncatan di pepohonan yang rindang. Suasana alam akan terasa begitu nyata.

Ada Pemandangan Persawahan Warga

Gua Liang Woja

Di jalan stapak sebelum sampai di Gua, ada keindahan lain yang anda jumpai. Keindahan itu ialah menyaksikan padi yang menghijau di persawahan warga.

Persawahan itu juga mirip spiderrice atau sawah lodok

Sementara saat anda melihat ke timur, utara dan barat, ada bukit-bukitan. Tampak juga pada kejauhan hiasan cahaya genteng rumah warga dari perkampungan di lereng gunung. Panorama alam tersebut bakal membuat Anda ingin bertahan sejenak.

Itulah gambaran keindahan alam yang anda jumpai saat berada ke Gua Liang Woja.

Jika penasaran silahkan berkunjung. Dijamin tidak menyesal dan tidak mengecewakan.

Apalagi, saat ini untuk masuk Gua Liang Woja masih gratis. Anda perlu siapkan bekal alat penerangan yang baik.

Gua Liang Woja bisa menjadi rekomandasi yang cocok untuk berwisata bersama keluarga, sahabat, gebetan atau pacar.

Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel