Ruteng, infopertama.com – Jumlah kasus HIV/AIDS di Kabupaten Manggarai menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Data Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Manggarai hingga Juni 2025 mencatat sebanyak 26 kasus aktif.
Dari jumlah tersebut, 19 berasal dari Manggarai, 2 dari Manggarai Barat yang menjalani pengobatan di Ruteng, 2 dari Manggarai Timur, dan 3 lainnya masih dalam proses rujukan.
Pada tahun sebelumnya, hingga Desember 2024, tercatat 67 kasus. Rinciannya, 51 kasus dari Manggarai, 5 dari Manggarai Barat, dan 7 dari Manggarai Timur, dengan tambahan 4 kasus rujukan.
Sekretaris KPAD Manggarai, Kosmas Takung, mengatakan bahwa data final tahun 2025 akan dirilis pada Desember mendatang.
”Data baru dilaporkan final pad akhir Desember 2025,” tutur Kosmas, Kamis, (16/10/2025).
Ia juga menekankan pentingnya edukasi berkelanjutan dan keterlibatan semua pihak dalam pencegahan dan penanganan HIV/AIDS di tingkat akar rumput.
Dari total kasus HIV/AIDS yang tercatat di Kabupaten Manggarai hingga pertengahan 2025, mayoritas penderitanya adalah laki-laki.
Menurutnya, dominasi kasus pada laki-laki dipicu oleh pola migrasi penduduk yang tinggi ke luar daerah dalam jangka waktu panjang untuk mencari pekerjaan. Mereka meninggalkan keluarga, lalu kembali membawa risiko penularan kepada pasangan mereka di rumah.
“Setelah bertahun-tahun merantau, ada potensi penularan ke istri saat mereka kembali ke kampung halaman,” jelas Kosmas.
KPAD sebagai lembaga yang memimpin penanggulangan HIV/AIDS terus memperkuat upaya sosialisasi dan edukasi setiap tahun. Program ini menyasar masyarakat umum, aparat desa, hingga lembaga pendidikan.
Kosmas menyebut, pihaknya menjalin kerja sama aktif dengan sekolah-sekolah, khususnya SMA/SMK, untuk membangun kesadaran sejak dini.
“Puji Tuhan, sekolah-sekolah sangat responsif, bahkan para guru sangat antusias mendukung program sosialisasi ini,” ujarnya.
Menurut Kosmas, upaya penanggulangan HIV/AIDS harus mengacu pada semboyan Three Zero: tidak ada korban meninggal, tidak ada infeksi baru, dan tidak ada stigma. Prinsip ini menjadi fondasi KPAD dalam membangun kesadaran kolektif di masyarakat.
Ia juga mendorong pemanfaatan teknologi informasi dalam mendukung upaya edukasi, termasuk oleh para camat, lurah, dan kepala desa.
Kosmas menyarankan agar aparat desa mulai memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT untuk menggali informasi terkait gejala, pencegahan, dan penanganan HIV/AIDS secara cepat dan akurat.
“Teknologi harus dimanfaatkan untuk menambah wawasan. Gunakan tools seperti ChatGPT agar aparat bisa cepat tanggap dan memberikan informasi yang tepat ke masyarakat,” ujarnya.
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel



