Cepat, Lugas dan Berimbang

Tentang Bu★uh Diri

Bu★uh diri….

Masalah hidup yang diciptakannya sendiri kemudian membawanya pada kebuntuan dan ketakberdayaan. Dalam keadaan pasrah dan putus asa itulah ia mengambil jalan pintas dengan mengakhiri hidupnya. Seolah-olah ia melawan takdir kematian, oleh kebebasan atas hidupnya. Ia lupa bahwa sebagai sebuah pemberian, hidup juga butuh pertanggungjawaban.

Angka dan Data

Bu★uh diri berasal dari kata bahasa Latin suicidium, yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris yakni suicide yang berarti membunuh diri sendiri atau yang lebih akrab, bu★uh diri. Bu★uh diri merupakan sebuah tindakan sengaja bahkan terencana yang menyebabkan kematian diri sendiri. Tindakan mengakhiri hidup dapat dilakukan melalui berbagai macam cara; mulai dari gantung diri, meminum racun, menabrakan diri, menembak diri sendiri, membuang diri dari gedung ataupun jembatan hingga melakukan aksi bom bu★uh diri.

Kasus bu★uh diri semakin hari semakin menjadi fenomena peradaban manusia, dari tingkat global sampai lokal daerah. Berdasakan data WHO pada 2019, lebih dari 700.000 orang meninggal dunia karena bu★uh diri. Di tahun-tahun selanjutnya terus meningkat. Pada tahun 2021 lebih dari 800.000 orang bu★uh diri. Bahkan WHO menyatakan setiap 40 detik ada orang yang melakukan bu★uh diri. WHO juga mencatat 75-78% kasus bu★uh diri terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Di Indonesia sendiri tren bu★uh diri terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Statistik Potensi Desa Indonesia dan Data Penduduk Indonesia pada tahun 2014 terjadi 4.002 orang bu★uh diri. Pada tahun 2018 angka meningkat menjadi 4.560 orang. Pada tahun 2020 Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sebanyak 5.787 orang. Ini artinya kasus bu★uh diri di Indonesia mengalami kenaikan secara terus menerus. Lalu bagaimana di tingkat lokal?

BPS NTT pada tahun 2018 mencatat 158 orang yang melakukan bu★uh diri. Dari angka ini 10 kasus terjadi di Kab. Manggarai. Adapun data kasus bu★uh diri 2019-2022 di Kab. Manggarai berdasarkan data Polres Manggarai sebagai berikut: pada tahun 2019 terdapat 6 kasus, tahun 2020 2 kasus, tahun 2021 3 kasus dan tahun 2022 periode Januari-Juli 2022 tercatat 6 kasus. Kalau diperhatikan kasus di Kab. Manggarai sifatnya fluktuatif-naik turun.

Mencermati angka dan data dari global hingga lokal, khususnya Kab. Manggarai, seharusnya menyadarkan kita semua bahwa fenomena bu★uh diri bukanlah hal sepele. Tindakan mengakhiri hidup oleh diri sendiri semestinya menjadi perhatian serius dan berkesinambungan oleh seluruh pihak; dari pemerintah, masyarakat hingga keluarga. Terutama sekali, oleh kita semua yang memang sudah memiliki kesadaran diri sebagai manusia.

Kebuntuan dan Ketakberdayaan

Kepahitan hidup yang tak lagi mampu dihadapi membawa seseorang pada kebuntuan dan ketakberdayaan. Di dalam situasi itulah ia akan memilih pilihan sadis yakni mengakhiri hidupnya.

bu★uh diri

Mengapa orang bu★uh diri? Pertanyaan ini pasti selalu terniang di benak kita ketika membaca-menonton pemberitaan ataupun melihat langsung aksi bu★uh diri. Secara ilmu pengetahuan, seseorang bu★uh diri lazimnya dilatarbelakangi situasi kejiwaan yang menggejolak yakni depresi. Depresi biasanya disebabkan oleh banyak situasi, seperti akibat terlilit utang, faktor genetik, perundungan (bullying) hingga masalah percintaan.

Tidak terlepas dari anggapan ilmiah yang menyatakan depresi sebagai penyebab seseorang mengakhiri hidupnya sendiri, tetapi mari mencoba bicara fenomena bu★uh diri secara lebih mendalam. Pertama-tama, kita bicara kemungkinan seseorang untuk bu★uh diri. Terkait kemungkinan, kita wajib paham bahwa setiap orang memiliki kemungkinan untuk bu★uh diri. Artinya, siapapun sangat mungkin untuk mengakhiri hidupnya dengan sengaja dan terencana. Karena kemungkinan itu ada, maka selanjutnya tinggal bagaimana setiap orang menggunakan kemungkinan itu.

Setelah faktor kemungkinan, kita menuju pada unsur kebuntuan. Suka atau tidak, kebuntuan akan keadaan hidup sangat berpotensi untuk bu★uh diri. Bayangkan ketika anda terlilit utang akibat anda meminjam uang  di banyak tempat dalam waktu bersamaan, semisal kredit di bank, pinjam di koperasi serta melakukan pinjaman online (pinjol); sementara anda tidak memiliki pemasukan yang jelas?

Ketika anda tidak lagi mampu membayar cicilan dari berbagai pintu pinjaman itulah yang membuat anda berada dalam kebuntuan; situasi yang mana anda seperti mentok dengan keadaan. Begitu pula dengan masalah lain seperti percintaan. Ketika anda terjebak di dalam situasi yang mana anda tidak lagi dapat menghadapi kenyataan bahwa putus cinta sebagai konsekuensi logis dalam hubungan percintaan, maka anda berada dalam kebuntuan.

Situasi dan keadaan kita yang mentok tersebut kemudian membuat kita pasrah dengan keadaan. Kepasrahan ini kemudian membawa kita pada ketakberdayaan. Ketakberdayaan merupakan keadaan diri yang mana kita tidak lagi mampu melakukan apapun untuk bisa keluar dari kenyataan pahit yang dihadapi. Dalam keadaan seperti ini, sikap putus asa pasti tak terhindarkan lagi. Rangkaian keadaan-keadaan seperti inilah yang membuat seseorang memilih jalan pintas untuk bu★uh diri.

Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel