“Sebagai tanaman daratan yang memiliki kontribusi menekan emisi karbon, melalui produk kerajinan bambu juga akan memberikan nilai tambah ekonomi kepada pengerajin bambu. Hal ini sejalan dengan pencapaian SDGs pada poin 8 pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, poin 13 terkait penanganan perubahan iklim. Dan, poin 15 terkait ekosistem daratan, serta juga wujud komitmen implementasi ESG di Pertamina,” ujar Fadjar
Bambu adalah tanaman “ajaib” yang mampu memulihkan lahan kritis, menyimpan air, mencegah longsor, bahkan menyerap karbon. Bambu juga memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat sehingga dapat dipanen secara lestari dan terus menerus. Karena hal inilah YBLL menawarkan agroforestri bambu berbasis desa untuk mengatasi dua masalah utama di kawasan pedesaan kita. Yakni, (1) Menurunnya kualitas lingkungan, (2) kemiskinan.
“Indonesia punya sejarah panjang dengan bambu dan masyarakat kita juga sudah terbiasa menggunakan bambu dalam berbagai aspek hidupnya. Karena itu sangat tepat kalau kita memilih bambu sebagai media utama dalam melakukan transisi ke Green Economy, Green Energy dan Green Mobility,” tegas Monica.
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel