Ruteng, infopertama.com – Kampung Kalo di Desa Lentang dan Kampung Nterlango di Desa Poco Likang dipenuhi suasana syukur dan sukacita ketika Romo Jossy Erot, Ketua Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) Keuskupan Ruteng, menyerahkan bantuan kambing kepada dua Kelompok Disabilitas pada Selasa dan Rabu, 11-12 November 2025.
Dalam acara yang sederhana namun penuh makna itu, sebanyak 21 ekor kambing diserahkan kepada Kelompok Disabilitas di KDD Lentang dan 40 ekor kambing diserahkan kepada Kelompok Disabilitas di KDD Poco Likang. Acara penyerahan bantuan ini dihadiri oleh unsur pemerintah desa, Seksi PSE dari Paroki Rejeng-Ketang dan Paroki Santo Klaus Kuwu, Forum Pelita Keluarga (FPK), serta Yayasan Ayo Indonesia yang selama ini telah setia mendampingi para anggota kelompok dalam usaha pertanian organik.
Dalam sambutannya, Romo Jossy menyampaikan bahwa bantuan kambing itu merupakan wujud nyata komitmen Gereja dalam mendukung usaha ekonomi keluarga. Terutama, melalui usaha sayuran organik yang telah dijalankan kedua kelompok bersama Yayasan Ayo Indonesia.
Ia menegaskan bahwa bantuan tersebut bersumber dari Aksi Puasa Pembangunan (APP) yang dikumpulkan umat Katolik dari seluruh Indonesia. Apa yang hari ini diterima para anggota, katanya, merupakan bentuk solidaritas bersama yang disumbangkan oleh saudara-saudari seiman yang ingin membantu mereka yang membutuhkan alat/sarana produksi.
Lebih jauh, Romo Jossy menguraikan makna APP sebagai bagian dari pertobatan batin umat dalam masa pra-Paskah. Pertobatan sejati, katanya, tidak berhenti pada pembersihan hati, tetapi harus menjelma menjadi tindakan nyata yang menyentuh orang lain.
Melalui APP, umat diajak untuk memberikan sedikit dari apa yang mereka miliki demi kehidupan sesama yang sedang berjuang untuk mencapai kesejahteraan. Kasih yang diwujudkan melalui derma kecil itu pada akhirnya kembali kepada banyak keluarga dalam bentuk bantuan ekonomi, pendampingan, dan fasilitas usaha.
Dana APP nasional, jelasnya, dikelola dalam tiga arah utama. Sebanyak 30 persen diserahkan ke PSE KWI untuk mendukung program pemberdayaan ekonomi, baik bagi umat Katolik maupun non-Katolik yang membutuhkan. Bagian lain disalurkan ke Karina KWI untuk membantu keluarga-keluarga yang terdampak bencana seperti kebakaran rumah, banjir, longsor, dan erupsi gunung api.
Sementara 70 persen digunakan oleh Puspas untuk pelatihan dan peningkatan kapasitas Dewan Pastoral Paroki, Dewan Stasi, dan kelompok-kelompok basis yang tersebar di keuskupan.
Dalam penjelasannya, Romo Jossy menekankan kembali nilai penting subsidiaritas, yaitu keberanian untuk menopang sesama yang masih lemah. Ia menjelaskan bagaimana seribu rupiah dari banyak orang dapat berubah menjadi kekuatan yang signifikan untuk menolong keluarga lain.
Romo Jossy juga mengingatkan umat agar senantiasa meneladani Kristus yang memberi tanpa menuntut balasan, dan menghidupi semangat “pati”—memberi terlebih dahulu sebelum menerima—yang telah lama hidup dalam budaya Manggarai.
“Memberi adalah bentuk syukur karena semua yang dimiliki manusia berasal dari kemurahan Tuhan,” tegasnya.
Ia menambahkan, “Jika kambing ini berkembang dari segi jumlah, jangan lupa untuk memberikan kepada keluarga lain di luar kelompok.”
Dengan demikian, Romo Jossy mengajak umat khususnya anggota KDD untuk terus berbagi kasih dan menjadi berkat bagi orang lain.
Dalam kesempatan itu, Romo Jossy juga mengajak para orang tua untuk memberikan perhatian penuh bagi anak-anak yang memiliki disabilitas. Ia menegaskan bahwa mereka bukan beban, tetapi pribadi yang memiliki potensi dan masa depan. Dengan pendampingan yang penuh kasih, mereka dapat tumbuh menjadi pribadi yang mandiri.
Rasa haru tak terelakkan ketika Mikael Madel, perwakilan anggota peduli dalam kelompok, menyampaikan apresiasi kepada Romo Jossy.
Ia mengaku baru memahami betapa besar dan luas makna APP setelah mendengar penjelasan mendalam itu. Lebih dari sekadar kewajiban tahunan, APP kini disadarinya sebagai sumber kekuatan untuk membangun kehidupan bersama. Mikael menegaskan bahwa tradisi berbagi sudah menjadi nilai turun-temurun di Manggarai, dan penjelasan itu menguatkan semangat kelompok untuk terus hidup dalam nilai tersebut.
Sebelum sambutan Romo Jossy, Ketua KDD Desa Lentang, Viktoria, memaparkan berbagai kegiatan kelompok sejak tahun 2022. Ia menjelaskan bahwa kelompok telah mengikuti pelatihan melek keuangan, pelatihan pembuatan jamu, pembuatan pupuk organik berbahan karbon, serta studi agribisnis ke beberapa tempat, yaitu di Bajawa dan mengunjungi Rita Diut, salah satu petani sukses di Kakor, Lembor.
Selain itu, kelompok juga telah membangun jejaring dengan pedagang sayur di Pasar Ruteng dan menyelenggarakan Unit Bersama Simpan Pinjam (UBSP) setiap bulan untuk memperkuat solidaritas dan ikatan sosial antaranggota. Dana UBSP sebagian disimpan dalam rekening simpanan harian (SIBUHAR) kelompok sebagai bagian dari Aksi Diakonia di KSP CU Florette.
Di sisi lain, Richardus Hariyanto, staf lapangan proyek diakonia pemberdayaan dari Yayasan Ayo Indonesia yang bekerja sama dengan Missionprokur SVD Swiss, menambahkan bahwa KDD Desa Lentang sudah lama memproduksi sayuran untuk tujuan ekonomi dan gizi. Sayuran hasil panen dijual melalui pedagang setempat yang memasarkannya ke Ruteng dan Labuan Bajo.
Mereka bahkan sudah bergabung dalam Forum Pedagang Sayuran Pasar Ruteng, yang semakin memperluas jaringan pemasaran. Setiap anggota rata-rata memperoleh sekitar Rp4.000.000 setiap musim tanam atau tiga bulan sekali.
Meski demikian, Richardus mengungkapkan bahwa ketersediaan air pada musim kemarau menjadi hambatan/tantangan besar. Karena itu, pada musim kering, para anggota memilih mengolah lahan yang dekat dengan sumber air. Ia juga menyampaikan bahwa beberapa anggota telah terhubung dengan KSP CU Florette untuk mendapatkan akses permodalan dan menabung untuk masa depan keluarga mereka.
Maria T. Wanai, Ketua Forum Pelita Keluarga, di KDD Nterlango Desa Poco Likang menyerahkan bantuan perlengkapan sekolah kepada Athanasius Janes Susanto, siswa kelas 1 SDK Benteng Wake yang memiliki disabilitas fisik. Athanasius menerima seragam sekolah, tas, sepatu, buku tulis, pena, kaos kaki, dan krayon—hadiah yang memberi semangat baru dalam perjalanan pendidikannya.
Mengakhiri seluruh rangkaian kegiatan, Romo Jossy menumpangkan tangan untuk memberikan berkat perutusan bagi semua anggota kelompok. Ia berharap agar bantuan yang diterima hari itu tidak berhenti pada penerimaan semata, tetapi menjadi api yang menyalakan kembali semangat berbagi, saling menopang, dan mencintai sesama. Karena, seperti katanya, kasih hanya dapat hidup jika diteruskan dari satu hati ke hati yang lain.
Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel




