Hidup Baru yang Utuh dan Sempurna dalam Dua Dimensi

Hidup Utuh

Pesta Sto Filipus & Yakobus, Rasul
Selasa, 3 Mei 2022
Bacaan: 1Korintus 15: 1-8; Yohanes 14: 6-14

Keutuhan dan kesempurnaan hidup tidak hanya terdapat dalam dimensi yang kelihatan, tetapi juga di dalam dimensi yang tak kelihatan. Secara sederhana dalam diri dan hidup setiap orang selalu ada hal yang tampak bagi mata manusia, tetapi ada juga hal yang tersembunyi. Seluruh ‘bagian luar’ dari diri dan hidup kita pada umumnya dapat dilihat, disentuh, diraba dan dirasakan. Tetapi ada banyak sekali ‘bagian dalam’ yang tenggelam atau tertutup.

Aktivitas bagian luar selalu bergerak mulai dari dalam. Tanpa komando dari ‘dalam’ tidak terjadi apa-apa pada bagian luar. Contoh, kepala kita pada bagian luar dapat berpikir karena ada komando dari otak kita pada bagian dalam. Tangan dan kaki kita pada bagian luar dapat bertindak untuk melakukan apa saja karena ada perintah dari bagian dalam. Intinya, tidak ada bagian luar yang bergegerak sendiri tanpa ada ‘suruhan’ dari bagian dalam.

Dalam rumusan negatif, Yesus berkata: “Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang” (Mrk 7: 20-23).

Dari kata-kata Yesus ini, bagian dalam adalah komando kunci dari bagian luar. Perbuatan bagian luar bisa baik dan bisa jahat, hal itu amat tergantung ‘dari dalam, dari hati”, kata Yesus. Karena itu ‘bagian dalam’ atau ‘hati’ harus selalu bersih dan dibersihkan. ‘Bagian dalam’ harus diselamatkan lebih dahulu baru bagian luar. Pertanyaannya, bagaimana kita membersihkan atau menyelamatkan hati atau bagian ‘dalam’ hidup kita?

Manusia sendiri tidak dapat membersihkan, menyucikan atau menyelamatkan hatinya atau bagian dalam hidupnya. Pribadi tunggal yang dapat mengubah hati atau bagian dalam hidup kita hanyalah Yesus Kristus yang tidak hanya hidup lalu mati tetapi sesudah hidup dan mati Ia ‘bangkit’ atau ‘dibangkitkan’. Inilah kesaksian Rasul Paulus dalam bacaan I hari ini. “Kristus telah wafat karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci.” “Ia telah dimakamkan, dan pada hari yang ketiga telah dibangkitkan sesuai dengan Kitab Suci” (Kis 15: 3-4).

Dari teologi Paulus ini, manusia hidup, itu biasa. Manusia mati, itu juga biasa. Tetapi manusia hidup lagi sesudah mati, itu tidak biasa, itu luar biasa, itu utuh, itu lengkap dan sempurna. Keutuhan, kelengkapan dan kesempurnaan hidup seperti itu hanya ada di dalam Yesus Kristus. Di luar Dia atau terpisah dari Dia hidup hanya sampai pada kematian. Betapa sia-sia hidup kita bila ujungnya adalah kematian. Mungkin lebih baik tidak ada hidup daripada begitu ada hidup langsung ada bayangan tentang kematian. Hidup akan diliputi dengan kecemasan, kegelisahan dan ketakutan bila puncaknya adalah kematian.

Karena itu, betapa amat hakiki dan mendasar serta amat penting dan ‘harus’ ada ‘communio’ atau persekutuan hidup dengan Yesus Kristus. Sungguh, “di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15: 5). Terhadap hidup saja, manusia cukup sering tidak bisa berbuat apa-apa. Apalagi terhadap kematian, manusia pasti lebih tidak mampu lagi untuk berbuat apa-apa. Manusia menjadi ‘lumpuh’ ,‘gelap’ dan ‘tak berdaya’’ berhadapan dengan kematian. Kematian menghantar manusia menuju sheol atau dunia orang mati. Dengan kematian, manusia hancur lebur menjadi tanah atau abu tanpa bekas.

Hanya Yesus Kristus mampu merombak dan membongkar sejarah kematian menjadi sejarah kehidupan. Dengan kebangkitan-Nya kematian tidak lagi menjadi ujung kehidupan, tetapi menjadi awal baru atau babak baru sejarah kehidupan. Kebangkitan-Nya sama sekali tidak dapat diragukan, karena sesudah kebangkitan-Nya Ia sendiri “telah menampakkan Diri kepada Kefas, kemudian kepada kedua belas murid-Nya. Sesudah itu Ia menampakkan Diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang … Selanjutnya Ia menampakkan Diri kepada Yakobus, lalu kepada semua rasul. Dan paling akhir, Ia menampakkan diri juga kepadaku, seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya” (1Kor 15: 5-8).

Beberapa fakta sejarah tentang penampakan Yesus ini menegaskan bahwa kebangkitan adalah suatu kebenaran yang tidak bergantung kepada iman dan kepercayaan manusia. Manusia percaya atau tidak percaya, Kristus tetap bangkit dari kematian. Kebenaran tentang kebangkitan Yesus ini mengubah secara total sejarah hidup manusia dari kehidupan lama yang berujung pada kematian kepada suatu kehidupan baru yang “tidak binasa” (2Kor 4: 9).

Inilah kehidupan yang utuh, lengkap dan sempurna,, yaitu suatu kehidupan yang oleh kebangkitan Yesus Kristus membawa manusia dan menyatukan kita kepada “Allah yang hidup, yang kekal untuk selama-lamanya” (Dan 6: 27). Persekutuan abadi dengan Allah yang hidup dan yang kekal (utuh) untuk selama-lamanya’ ini merupakan sumber kekuatan, harapan dan optimisme yang tidak akan pernah hilang dari hidup kita di dunia ini. Maka marilah kita memohon doa dan perantaraan Bunda Maria agar dengan kelimpahan belas kasih dan kemurahan Yesus Puteranya, kita mencapai dan mengalami ke(hidup)an yang utuh, lengkap dan sempurna bukan hanya di dunia ini, tetapi juga di dunia baru kelak dalam persekutuan yang abadi dengan Allah dan semua orang kudus di surga.

Doaku dan berkat Tuhan
Mgr Hubertus Leteng.

Ikuti infopertama.com di Google Berita dan WhatsApp Chanel 

 

error: Sorry Bro, Anda Terekam CCTV